Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla dalam Nawacita agenda prioritas kelima, berkomitmen meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Sebagai bagian dari Kabinet Kerja, Kementerian Kesehatan mengambil peran untuk mewujudkannya melalui program Indonesia Sehat yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019.
Kementerian Kesehatan juga berkomitmen hadir dari pinggir ke tengah melalui program Indonesia Sehat. Ada tiga pilar yang ditetapkan untuk merealisasikannya. Pertama, melakukan revolusi mental masyarakat agar memiliki paradigma sehat. Pilar ini diimplementasikan melalui pendekatan keluarga dan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS).
Dengan pendekatan keluarga, aktivitas kegiatan yang dilakukan oleh jajaran kesehatan, khususnya di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) bertujuan untuk mendekatkan akses layanan kesehatan dengan mendatangi keluarga.
Sedangkan GERMAS kegiatannya tidak hanya dilakukan jajaran kesehatan saja, tapi juga lintas sektor dan seluruh komponen masyarakat. Masyarakat diajak untuk rutin melakukan aktivitas fisik, mengonsumsi sayur dan buah, serta melakukan cek kesehatan secara berkala.
Selain itu, melindungi masyarakat melalui imunisasi menyeluruh. Ketua Satuan Tugas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia, dr.Cissy B. Kartasasmita mengatakan cakupan imunisasi merupakan salah satu hal penting yang perlu dipenuhi pemerataannya di Indonesia agar kualitas kesehatan anak Indonesia semakin baik. ”Salah satu cara yang efektif mendorong keberhasilan pemberian imunisasi secara menyeluruh melalui sosialisasi, pemberian informasi yang komprehensif, juga pendekatan terhadap masyarakat,” ujarnya.
Beberapa capaian berhasil dilakukan melalui pilar pertama ini. Di antaranya terjadi penurunan angka kematian ibu dari 5.019 orang pada 2013 menjadi 4.340 orang pada 2016. Begitu pula angka kematian bayi juga berhasil diturunkan dari 23.703 anak pada 2013 menjadi 17.037 anak pada 2016. Angka balita yang mengalami stunting juga turun dari 37,2 persen pada 2013 menjadi 27,5 persen pada 2016.
Kedua, penguatan layanan kesehatan mulai dari pinggiran di Daerah Tertinggal, Perbatasan, dan Kepulauan (DTPK) dengan melakukan terobosan pemerataan tenaga kesehatan. Sejak April 2015 hingga Mei 2017, telah ditempatkan sebanyak 1769 orang dalam tim Nusantara Sehat di 311 Puskesmas di DTPK dan Daerah Bermasalah Kesehatan (DBK). Pengembangan rumah sakit rujukan juga menjadi bagian dari penguatan layanan kesehatan ini.
Hingga 2019, Kementerian Kesehatan menargetkan terbentuknya 14 rumah sakit rujukan nasional, 20 rumah sakit rujukan provinsi, dan 110 rumah sakit rujukan regional.Sampai akhir 2016 sebanyak 777 rumah sakit dan 1.465 Puskesmas yang telah terakreditasi.
Untuk meningkatkan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di DTPK, pemerintah juga mewajibkan program Wajib Kerja Dokter Spesialis (WKDS). Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Andi Asadul Islam, menjelaskan penyebaran tenaga dokter spesialis selalu menjadi masalah dalam pemerataan di sejumlah wilayah, terutama di lokasi terpencil. “Karena itu, kami menyambut baik program pemerintah pusat ini,” kata dokter spesialis bedah syaraf ini.
Ketiga, Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Dalam pelaksanaannya, jumlah peserta JKN semakin meningkat. Hingga Agustus 2017, tercatat jumlah peserta JKN 179.474.296 juta jiwa atau sekitar 70 persen dari total penduduk Indonesia. Sebanyak 92,6 juta diantaranya peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) yang preminya ditanggung oleh pemerintah. Fasilitas kesehatan yang telah bekerja sama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan untuk melayani peserta JKN berjumlah 26.860 yang terdiri atas Puskesmas, klinik, rumah sakit, dokter dan dokter gigi praktik perorangan, apotek, optik, dan laboratorium.
Ade Rai, olahragawan yang kini menggeluti bisnis pusat kebugaran, mengaku telah menjadikan program JKN sebagai bagian dari cara menyejahterakan ribuan karyawannya. “Saat sakit, mereka tidak perlu pusing lagi memikirkan biaya. Itu tentu akan berimbas pada produktivitas kerja mereka. Saya juga yang untung,” katanya.
Sumber tempo.co