“ Faktanya menurut WHO, Penyakit Tidak Menular menjadi penyebab dari 74% kematian di dunia dan 77% dari kematian tersebut terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah”
PHBS merupakan sebuah siangkatan dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Menurut pengertiannya, PHBS merupakan suatu upaya untuk memperkuat budaya seseorang, kelompok maupun masyarakat agar peduli dan mengutamakan kesehatan untuk mewujudkan kehidupan yang lebih berkualitas. PHBS sejatinya perlu menjadi gaya hidup setiap orang dimanapun berada baik dalam lingkungan keluarga atau tempat tinggal, lingkungan sekolah, lingkungan kerja maupun lingkungan masyarakat.
Untuk mengetahui apakah sesorang telah melakukan PHBS dapat dilihat melalui beberapa indikator PHBS berikut ini :
- Persalinan ditolong Oleh Tenaga Kesehatan
- Memberi bayi ASI Eksklusif
- Menimbang bayi dan anak sampai dengan usia 6 tahun secara rutin setiap bulan
- Menggunakan air bersih
- Cuci tangan pakai sabun dengan benar
- Gunakan jamban sehat
- Memberantas jentik nyamuk di dalam rumah seminggu sekali secara rutin
- Makan makanan sehat dan bergizi
- Melakukan aktivitas fisik setiap hari
- Tidak merokok.
Manfaat Perilaku PHBS
Penerapan PHBS dapat mendatangkan berbagai manfaat kesehatan, mencegah berbagai penyakit, dan menjaga kebersihan lingkungan. Berikut merupakan manfaat dari perilaku PHBS:
- Terhindar dari berbagai penyakit
- Menjaga kebersihan lingkungan
- Meningkatkan produktivitas
- Mengoptimalkan tumbuh kembang anak
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) memiliki peran penting dalam pencegahan Penyakit Tidak Menular (PTM) dengan cara pengaturan tindakan sehari-hari seperti menjaga kebersihan, konsumsi makanan bergizi seimbang, aktivitas fisik yang cukup, tidak merokok dan mengonsumsi alkohol. Kebiasaan-kebiasaan PHBS sederhana tersebut apabila dikerjakan terus-menerus akan terbentuk menjadi suatu pola atau gaya hidup yang sehat baik terhadap kondisi fisik maupun mental masyarakat. Implementasi PHBS dapat mencegah atau mengurangi resiko individu untuk terkena berbagai macam penyakit tidak menular seperti diabetes,hipertensi,penyakit jantung, kanker dan lain sebagainya. Lebih jauh lagi, gaya hidup pada seorang individu misalnya pada pola makan tidak hanya akan berpengaruh terhadap diri sendiri melainkan dapat berpengaruh mengubah DNA tubuh dan kelak dapat diwariskan pada generasi selanjutnya. Menurut Prof. Jose Gutierrez Marcos seorang ahli biologi molekuler dan genetik menjelaskan mengenai perubahan lingkungan DNA (epigenetik) dalam kuliah umum di Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan mencontohkan pada seorang ibu hamil dengan pola makan yang tidak terkontrol pada saat kehamilan dengan asupan gula dan kalori yang berlebih kelak akan menurunkan resiko menderita diabetes empat kali lebih besar kelak pada cucunya.
Penyakit Tidak Menular (PTM) dikenal sebagai penyakit kronis yang seringkali disebabkan dari hasil kombinasi faktor genetik, fisiologis, lingkungan dan perilaku. PTM dapat dicegah dengan menurunkan faktor-faktor resiko yang menjadi penyebab kemunculnya PTM. Menurut WHO, PTM dapat disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya dapat berasal dari pola makan yang tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik, paparan asap rokok, penggunaan alkohol, terjadinya urbanisasi yang tidak terencana, globalisasi gaya hidup tidak sehat dan adanya penuaan populasi. Beberapa PTM atau penyakit degeneratif yang banyak diderita masyarakat Indonesia diantaranya hipertensi, diabetes melitus, stroke, dan gagal ginjal.
Pencegahan Penyakit Tidak Menular dan Implementasinya
Berdasarkan perjalanan penyakit tidak menular memerlukan waktu yang cukup panjang untuk dapat terakumulasi menjadi sebuah penyakit, hal tersebut pula menjadikan 80% dari kasus PTM utama dapat dicegah dengan menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Pencegahan PTM dapat dilakukan dengan prinsip – prinsip berikut beserta implementasinya :
1.Mengutamakan preventif, promotif melalui berbagai kegiatan edukasi promotif – preventif dengan tidak mengesampingkan aspek kuratif-rehabilitatif melalui peningkatan jangkauan dan kualitas pelayanan gizi dan kesehatan.
- Beberapa contoh upaya preventif dalam pencegahan PTM yaitu dengan aktif melakukan pemeriksaan kesehatan rutin misalnya melakukan pemeriksaan tekanan darah, gula darah, kolesterol atau Indeks Massa Tubuh (IMT) sebagai deteksi dini munculnya PMT serta melakukan vaksinasi apabila diperlukan misalnya melakukan vaksinasi HPV untuk mencegah kanker, vaksin hepatitis B untuk mencegah penyakit hati dan lain sebagainya.
- Upaya promotif dapat dilakukan melalui kegiatan pendidikan kesehatan di masyarakat melalui seminar, lokakarya, mengadakan dukungan fasilitas publik yang dapat mempermudah masyarakat untuk berolahraga serta melakukan kampanye gaya hidup sehat.
- Upaya kuratif dilakukan dengan cara pengobatan ketika PTM tidak dapat dihindarkan dan sudah mengenai seseorang.
- Pengobatan PTM dapat dilakukan melalui berbagai tindakan medis maupun dengan konsumsi obat.
- Sedangkan upaya rehabilitatif dilakukan sebagai bentuk pemulihan pasca terkena penyakit / diagnosis agar dapat menjalani kehidupan normal dalam lingkungan sosial, misalnya dengan melakukan rehabilitasi fisik, konseling dan dukungan psikososial, fisioterapi, penggunaan alat bantu dan lain sebagainya.
2. Melakukan pencegahan dalam seluruh siklus hidup manusia.
Resiko PTM bukan hanya rentan terjadi pada usia dewasa maupun usia yang lebih tua melainkan telah menjadi faktor resiko dalam berbagai kelompok usia. Sehingga pencegahan pada siklus kehidupan manusia dimulai sejak dalam kandungan, bayi, balita, usia sekolah, remaja, dewasa hingga lansia.Macam-macam upaya pencegahan dalam siklus kehidupan dapat dilakukan sebagai beriku ini :
- Kehamilan : menjaga kesehatan dan pemenuhan gizi pada ibu hamil dan janin agar pertumbuhan dan perkembangan tidak terhambat karena pada masa kehamilan rentan terjadinya gangguan kehamilan yang dapat berpengaruh terhadap perkembangan otak, pertumbuhan fisik dan perkembangan oragn metabolik. Hal ini menyebabkan adanya resiko PTM pada saat kelahiran ,maupun resiko yang terbawa ketika dewasa. Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan ANC terpadu, mengonsumsi makanan sehat dan bergizi serta lain ssebagainya
- Bayi dan balita : menjaga kesehatan dan pemenuhan gizi bayi dan balita dengan memberikan pemberian ASI Eksklusif, pemberian makanan bergizi khususnya asupan protein, melakukan imunisasi lengkap, melakukan pemantauna tumbuh kembang bayi dan balita melalui posyandu agar tidak terjadi kondisi stunting, gizi buruk, gizi kurang dan masalah malnutrisi lainnya. Berdasakan penelitian, anak dengan kondisi stunting akan beresiko terkena gangguan metabolik atau PTM ketika usia dewasa.
- Usia Sekolah : menjaga kesehatan dan pemenuhan gizi anak usia sekolah, melakukan skrining PTM dapat melalui sekolah, tidak mebiasakan anak mengkonsumsi junk food, membatasi screen time pada anak serta lain sebagainya.
- Remaja : menerapkan pola hidup sehat dan produktif, mengurangi konsumsi makanan yang tidak sehat seperti junk food, makanan tinggi gula, garam dan minyak dan beralih ke makanan yang sehat dan bergizi, menghindari aktivitas sedentary lifestyle dan lain sebagainya.
- Dewasa : menerapkan pola hidup sehat, mengurangi konsumsi gula, garam, lemak, perbanyak mengonsumsi serat, hindari mengonsumsi alkohol, tidak merokok, berolahraga atau meningkatkan aktivitas fisik dan lain sebagainya.
- Lanjut usia : menerapkan pola hidup sehat dan memenuhi asupan gizi, melakukan skrining, pemeriksaan dan pemantauan kesehatan secara rutin dapat dilakukan melalui poyandu lansia, mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi, melakukan aktivitas fisik yang cukup, mengelola stress dan lain sebagainya. Pada kelompok lanjut usia resiko PTM menjadi lebih besar karena adanya faktor usia dan perubahan metabolisme tubuh yang membuat lansia lebih rentan terkena penyakit.
3.Menerapkan pedoman gizi seimbang
Makanan gizi seimbang dapat berpedoman pada panduan yang telah dibuat oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Dalam pencegahan terjadinya PTM asupan makanan difokuskan pada konsumsi sayur dan buah (sumber serat, vitamin dan mineral), sumber makanan hewani dan mengurangi asupan makanan berlemak / minyak, dan membatasi konsumsi gula dan garam. Berdasarkan penelitian, faktor makanan menjadi faktor yang dapat dirubah dalam pencegahan PTM. Konsumsi lemak, asin, manis, jeroan, kafein, penyedap (tidak sesuai anjuran) meningkatkan resiko hipertensi. Konsumsi makanan tinggi lemak dan kolesterol menjadi faktor kejadian kardiovaskular. Konsumsi makanan olahan yang tinggilemak dan gula cenderung menyebabkan obesitas, sehingga untuk pencegahan obesitas tersebut dengan mengonsumsi sayur dan buah. Berdasarkan penelitian (Smith etc, 2022) Peningkatan konsumsi buah dan sayur ≥2 porsi buah dan ≥3 porsi sayur sehari pada negara berpendapatan rendah dan menengah dapat mencegah beberapa PTM diantaranya diabetes, penyakit paru kronis, gangguan penglihatan serta depresi.
4.Melakukan aktifitas fisik
Lakukan aktivitas fisik untuk menjaga kesehatan tubuh dan menjaga kesehatan fungsi organ. Berdasarkan anjuran dari World Health Organization (WHO) untuk usia dewasa 18 – 64 tahun aktifitas fisik yang dilakkukan setidaknya 150 – 300 menit aktifitas aerobik intensitas sedang atau setidaknya 75 – 150 menit aktifitas aerobik intensitas tinggi atau kombinasi antara keduanya sepanjang minggu. Sedangkan berdasarkan rekomendasi dari Kemenkes RI aktivitas fisik juga dapat dilakukan dengan rutin berolagraga 30 menit setiap hari.
5.Melibatkan semua sektor baik pemerintah maupun masyarakat untuk secara nyata melakukan sinergi dalam melakukan pencegahan PTM.
Dengan mengadopsi dan menerapkan PHBS, dapat secara signifikan mengurangi berbagai resiko penyakit tidak hanya pada penyakit infeksi tetapi juga sangat berpengaruh terhadap PTM. Selain iitu, dengan penerapan PHBS dapat menjadi pondasi terciptanya masyarakat yang sehat, kuat dan lebih produktif secara keseluruhan.
Artikel Edukasi PHBS Ini Dipersembahkan Oleh :
Puskesmas Tinewati
Jl. Garut – Tasikmalaya No.82, Singasari, Kec. Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat 46412