Ini tentang pengalaman kami rombongan tim Puskesmas menuju Desa Bone-bone, Kec. Baraka, Kabupaten Enrekang, tak begitu jauh dari kaki Gunung Latimojong – gunung tertinggi se-Sulawesi Selatan.
Semua bermula dari awalnya pihak Desa yang diwakili Petugas Poskesdes mendatangi Kepala Puskesmas Baraka meminta kesedian Tim PKM untuk menilai kondisi dan standarisasi fasilitas CTPS (Cuci Tangan Pakai Sabun) di Desa Bone-bone. Kegiatan ini dalam rangka lomba Perilaku CTPS di desanya demi mendukung pencapaian 100% PHBS tatanan RT.
Masyarakat Desa Bone-bone memang terkenal dengan keaktifan, kegotong royongan, bahu membahu membangun kampungnya.
Akhirnya di PKM sendiri dibentuklah tim kecil 7 sampai 10 orang untuk menyusun instrumen penilaian fasyankes. Desa Bone-bone yang dikenal dengan semua masyarakatnya tidak ada yang merokok, kita mau kembangkan dengan semua masyarakatnya membudayakan cuci tangan pakai sabun.
Kami berangkat dari PKM sekitar pukul 08.00 pagi hari, Kamis, 21 Desember 2017 menuju Desa Bone-bone. Beranggotakan 11 orang, 6 motor, 2 motor trail. Sampai ke dusun terjauh sekitar pukul 11 menjelang siang.
Desa Bone ada 3 dusun; Dusun Buntu Billa, Angin-angin dan Pendokesan. Lokasi pertama tim melakukan penilaian di Dusun Bunttu bila, kedua di Dusun Angin-angin, ketiga karena paling jauh di Dusun Pendokesan, ada kader/masyarakat serta petugas kesehatan di desa yang menemani saat melakukan kunjungan rumah, karena kita semua nda tau lokasi jalan-jalannya.
Saat menuju ke Dusun Pendokesan, ada beberapa motor petugas tidak mampu mendaki, terpaksa ada sebagian tim yang dibonceng oleh masyarakat Dusun Pendokesan yang memang motornya berbeda dengan motor pada umumnya, sudah dimodifikasi begitu.
Ada banyak yang jadi item penilaian, baik dari segi estetika, kreatifitas/ inovasi fasilitas CTPS, ketersediaan sarana dan prasrana dan ada wawancara dengan masyarakat per KK terkait keberlanjutan fasilitas dan pengunaannya untuk perubahan perilaku. Saat dilapangan, tak lupa semua tim penilai melakukan edukasi partisipatif terhadap masyarakat.
Saat diwawancarai, ada pertanyaan seberapa penting adanya fasilitas ini, mereka sangat menyambut baik dan. mereka merasa penting dan perlu adanya fasilitas untuk CTPS ini.
Pesannya adalah keberlangsungan kegiatan mencuci tangan ditelur tularkan ke generasi/ anak-anak. Sehingga kedepan tak ada lagi penyakit menular berbasis hiegine sekelas sakit perut, diare yang berulang ditiap tahunnya.
Kami dari pihak Puskesmas Baraka, inisiasi masyarakatlah yang memang akan mewujudkan masyarakat sehat.
Mungkin inilah yang dimaksud sebuah gerakan perubahan sosial, gerakan masyarakat untuk hidup sehat, dari masyaralat dan oleh masyarakat itu sendiri. Petugas kesehatan bertugas mendampingi sehingga dampak bisa terlihat lebih tepat.
Selesai kegiatan, kami pun diajak kesalah satu rumah terapung (kolam ikan) dan di ajak makan hasil budidaya ikan tawar masyarakat. Kami pun menikmati Pullu Mandoti, beras ketan yang harum, menurut masyarakat Enrekang hanya ada di daerah sekitar Bone-bone.
Kepala Puskesmas, drg. Ira desti Saptari, M. Adm. Kes, mendukung kegiatan ini karena menurut beliau hal ini sebagai usaha perubahan perilaku masyarakat. Terkadang perubahan perilaku tak cukup hanya dengan pengetahuan yang baik, tapi perlu ada fasilitas yang mendukung yang didekatkan dengan masyarakat.