Sebagai negara tropis, Indonesia masih belum bisa terbebas dari kasus malaria. Dari 514 kabupaten/kota di Indonesia, baru 247 kabupaten/kota 247 yang dinyatakan bebas malaria. Sedangkan sisanya masih berada di endemis menengah dan tinggi malaria.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, M. Subuh mengatakan, salah satu upaya pencegahan yang bisa dilakukan adalah memasang kelambu. Langkah ini, menurut dia, 80 persen efektif mencegah gigitan nyamuk Anopheles sp yang membawa parasit malaria. Nyamuk menggigit pada umumnya mulai dari jam 6 sore hingga jam 6 pagi.
“Keberhasilan di daerah Purworejo bisa mengurangi 200 angka kejadian malaria atau annual parasite incidence (API) dalam waktu 6 tahun menjadi di bawah 3 salah satunya karena bupati dan seluruh komponen di Purworejo mensosialisasikan pemakaian kelambu,” ujar M Subuh pada temu media Hari Malaria Sedunia di Jakarta, Senin (17/4/2017).
Sedangkan saat berada di luar rumah, Subuh menghimbau, agar masyarakat di daerah endemi menengah dan tinggi menggunakan pakaian lengan panjang atau lotion anti nyamuk. Apalagi jika di sekitar tempat tinggal mereka masih terdapat rawa atau ladang yang disukai nyamuk.
“Kita temukan juga masyarakat mempunyai lahan perkebunan misalnya durian, mereka memanen pada malam hari, disitulah mereka terkena gigitan. Ada juga kita temukan warga yang tidak punya sanitasi, mereka sering keluar di malam hari untuk buang air kecil atau buang air besar,” tambah dia.
Gejala malaria sendiri meliputi demam, menggigil berkeringat dan dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare, dan nyeri otot atau pegal-pegal.