Diabetes Melitus atau yang biasanya di singkat DM merupakan penyakit yang bersifat kronik. Secara umum, International Diabetes Federation (IDF) memperkirakan jumlah penderita diabetes di dunia dapat mencapai 783,7 juta pada tahun 2045. Jumlah ini meningkat 46% dibandingkan jumlah 536,6 juta di tahun 2021.
Pada dasarnya, diabetes adalah penyakit yang bisa dialami oleh siapa saja, namun cenderung lebih rentan terjadi pada lansia. Jika tidak ditangani dengan tepat, dapat beresiko menimbulkan sejumlah komplikasi serius.
DIABETES MELITUS
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit yang diakibatkan terganggunya proses metabolisme glukosa di dalam tubuh disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, dan pembuluh darah disertai lesi pada membran basalis dengan karakteristik hiperglikemia.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2023 tercatat, prevalensi diabetes melitus di Indonesia mencapai 11,7%. Rinciannya pada usia lebih dari 60 tahun, terdapat 6,5% yang terdianogsis. Hanya 6,06% yang melakukan pengobatan; 5,46% pengobatan sesuai petunjuk; dan 4,12% yang melakukan kunjungan ulang.
MENGENAL DIABETES MELITUS PADA LANSIA
Diabetes dapat di klasifikasikan menjadi dua tipe, yaitu:
- Diabetes tipe 1, kondisi ketika organ pankreas dalam tubuh tidak mampu menghasilkan hormon insulin (hormon pengendali gula darah) secara optimal. Kondisi ini biasanya terjadi karena faktor genetik, sehingga penyakitnya sering kali dimulai pada masa kanak-kanak dan dewasa muda.
- Diabetes tipe 2 (diabetes melitus), penyakit gula darah terjadi karena tubuh tidak mampu merespon terhadap kerja hormon insulin dengan baik. Diabetes tipe 2 lebih sering terjadi pada orang dewasa dan lansia.

Melalui pemeriksaan gula darah, dapat mendeteksi terjadinya diabetes pada lansia. Berikut adalah kisaran kadar gula darah normal pada lansia:
- Kadar gula darah puasa normal : 70-100 mg/dL
- Kadar gula darah pada 2 jam setelah makan : < 140 mg/dL
- Kadar gula darah sewaktu: < 200 mg/dL
- Kadar gula darah pada 140-199 mg/dL telah masuk kategori prediabetes
FAKTOR RISIKO DIABETES MELITUS PADA LANSIA
Sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya pada lansia:
- Tekanan darah tinggi/hipertensi
- Memiliki kadar kolestrol tinggi
- Riwayat penyakit jantung
- Pola hidup tidak sehat, seperti kebiasaan merokok, jarang berolahraga dan lain sebagainya.
- Obesitas

GEJALA DARI DIABETES MELITUS PADA LANSIA
Sebagian penderita diabetes cenderung mengalami gejala ringan atau bahkan tidak sama sekali.
Gejala umum yang patut di waspadai pada lansia diantaranya:
- Penyembuhan luka cenderung lebih lama daripada biasanya.
- Merasa haus terus-terusan walau sudah minum air (polidipsia).
- Sering buang air kecil lebih dari biasanya (poliuria).
- Kesemutan atau mati rasa di sekitar tangan dan kaki

- Mudah Lelah
- Mulut terasa kering (xerostomia)
- Penglihatan kabur
- Peningkatan nafsu makan (polifagia)
- Nyeri Kepala

PENCEGAHAN AGAR TERHINDAR DARI DIABETES MELITUS PADA LANSIA
Seperti yang telah dijelaskan di atas, berikut penjelasan cara pencegahan diabetes miletus:
- Melakukan pemeriksaan kadar gula darah secara rutin
- Menerapkan gaya hidup sehat, seperti berhenti merokok, mencukupi waktu tidur (8–9 jam setiap malam), dan perbanyak minum air putih

- Hindari mengonsumsi makanan yang mengandung gula dan lemak secara berlebihan karena dapat memicu peningkatan kadar glukosa di dalam tubuh.
- Bergerak aktif, seperti berolahraga secara rutin.
Meski usia semakin bertambah, disarankan untuk tetap rutin melakukan aktivitas fisik ringan dan sederhana.

Diabetes pada lansia merupakan kondisi yang perlu ditangani, jika dibiarkan tanpa penanganan yang tepat, diabetes pada lansia dapat meningkatkan risiko terjadinya berbagai komplikasi serius di antaranya adalah gangguan sistem saraf, penyakit Alzheimer, stroke, gangguan fungsi ginjal, hingga serangan jantung (infark miokard).

Melakukan pemeriksaan kadar gula darah secara rutin merupakan salah satu upaya yang penting dilakukan guna mengendalikan penyakit diabetes pada lansia.
Artikel Edukasi Diabetes Melitus Pada Lansia ini sudah direview oleh:
Dewi Ratna Sari, S.K.M
Programer Promkes Puskesmas Manonjaya
Puskesmas Manonjaya
Jl. Tangsi No. 6, Manonjaya, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat 46197
(0265) 381108 / 7530456
Referensi:
- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Infodation Tetap Produktif, Cegah, dan Atasi Diabetes Melitus. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI
- Sari, Mila Trisna. Faktor Risiko Terjadinya Diabetes Melitus Tipe 2: Literatur Reviw. Jurnal Implementa Husada 2.2 (2022): 224-236
- https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2024/07/05/prevalensi-diabetes-indonesia-naik-jadi-117-pada-2023. Diakses pada 23 Juli 2024
- World Health Organization. Diakses pada 23 Juli 2024 dari https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/diabetes
- https://p2ptm.kemkes.go.id/informasi-p2ptm/penyakit-diabetes-melitus. Diakses pada 23 Juli 2024
- https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/diabetes-tipe-2. Diakses pada 23 Juli 2024
- https://www.halodoc.com/kesehatan/diabetes. Diakses pada 23 Juli 2024
- https://ayosehat.kemkes.go.id/cegah-diabetes-melitus-dengan-6-langkah-sehat. Diakses pada 23 Juli 2024
- https://hellosehat.com/diabetes/tipe-diabetes/. Diakses pada 23 Juli 2024