Ketika mendengar atau membaca kata ”donor darah”, kontan membuat kita terperanjat dan takut membayangkan besarnya jarum donor yang ditusukkan di lengan kita. Yang ada di benak kita adalah sakitnya ditusuk jarum tersebut atau membayangkan jumlah darah kita berkurang karena didonorkan. Padahal, diri kita juga membutuhkannya.
Atau juga membayangkan terkena penyakit-penyakit menular dikarenakan jarum yang ditusukkan tidak steril. Keraguan kerap kali juga timbul ketika kita merasa darah kita masih sedikit, hemoglobin (Hb) darah kita kurang, tekanan darah kita rendah, atau mungkin perasaan takut setelah donor akan pingsan. Hal tersebut tidak salah, tetapi perlu dilakukan perbaikan pola pikir terhadap donor dan transfusi darah, karena suatu saat kita juga memerlukannya, sedangkan kekhawatiran kita yang berlebihan, sehingga menimbulkan ketakutan.
Memang, jarum yang digunakan untuk donor darah relatif lebih besar dibandingkan jarum yang biasa digunakan untuk menyuntik atau infus, tetapi ukurannya masih standar, sesuai dengan ukuran pembuluh darah tempat jarum ditusukkan. Yang penting adalah jarum tersebut steril dan tajam, sehingga tidak akan tertular penyakit lain dan tidak terlalu sakit.
Tusukan jarum donor darah itu sebenarnya tidak sesakit yang dibayangkan. Darah yang mengalir ke dalam kantong darah itupun tidak perlu ditakutkan. Banyak orang yang telah mendonorkan darahnya dan selama ini tidak terjadi apa-apa atau sehat-sehat saja. Bahkan, orang-orang yang terbiasa mendonorkan darahnya akan lebih sehat setelah donor darah dan justru merasa tidak enak badannya apabila terlambat mendonorkan darahnya. Kondisi seperti ini terjadi karena setelah mendonorkan darahnya, tubuh seseorang melalui sumsum tulangnya akan memproduksi sel darah menggantikan sel darah yang didonorkan tadi.
Di samping itu, setelah mendonorkan darah, nafsu makan akan meningkat. Jika ada sebagian orang setelah mendonorkan darahnya menjadi pingsan, itu dikarenakan kondisi tubuhnya pada saat melakukan donor darah sedang tidak fit atau sedang mengalami masalah kesehatan.
Apabila kita mendonorkan darah, biarkan semuanya berjalan apa adanya, sambil menggerakkan genggaman tangan kita agar darah mengalir lancar. Darah yang diambil hanya sekitar 250 mililiter (seperempat liter) dan sebenarnya tak ada artinya bagi kita. Jika kita mengalami luka besar, kemungkinan darah yang mengalir keluar dan terbuang dengan percuma bisa lebih banyak dari itu. Namun, apabila didonorkan, tentu darah yang kita keluarkan tersebut akan sangat bermanfaat bagi yang memerlukannya.
Donor darah, tidak hanya membantu orang yang membutuhkan, tetapi juga bermanfaat bagi si pendonor. Darah yang didonorkan dapat memberikan kesempatan hidup bagi yang membutuhkan dan bagi si pendonor kesehatannya akan terpelihara. Peristiwa donor darah dapat disamakan dengan cara hidup mutualisme, di mana kedua belah pihak sama-sama diuntungkan.
Adapun keuntungan bagi si pendonor adalah:
1) Menjaga kesehatan jantung, karena dengan melakukan donor darah akan menyetabilkan jumlah zat besi dalam darah, sehingga dapat mengurangi resiko terkena penyakit jantung dan stroke akibat zat besi yang berlebihan yang menyebabkan penumpukan kolesterol di dinding arteri.
2) Meningkatkan produksi sel darah merah, karena sum-sum tulang belakang akan segera mengisi dan mengganti sel darah merah yang didonorkan, sehingga tubuh mendapatkan pasokan darah baru setiap kali melakukan donor darah.
3) Membantu penurunan berat badan, disebabkan dengan melakukan donor darah akan membakar kalori dan membuat tubuh lebih ramping.
4) Mendapatkan kesehatan psikologis dikarenakan adanya kepuasan batin dapat membantu sesama manusia. Penelitianpun membuktikan bahwa orang lanjut usia yang rutin menjadi pendonor darah akan merasakan tetap bugar dan berenergi.
5) Mengetahui penyakit lebih dini, dikarenakan setiap kali melakukan donor darah, darah yang didonorkan akan dilakukan skrining / pemeriksaan, sehingga segera diketahui apabila si pendonor menderita penyakit, terutama penyakit menular.
Walaupun demikian, tidak semua orang boleh mendonorkan darahnya. Seorang pendonor harus memenuhi beberapa kriteria, antara lain;
a) calon pendonor harus berusia 18-60 tahun;
b) berat badan minimal 50 kg.;
c) kadar hemoglobin >12,5 gr%;
d) tekanan darah 100-150 (sistole) dan 70-100 (diastole);
e) menandatangani formulir pendaftaranan;
f) tidak mengalami gangguan pada pembekuan darah; dan
g) untuk menjaga kesehatan dan keamanan darah, calon donor tidak boleh dalam kondisi atau menderita sakit seperti alkoholik (ketergantungan alkohol), penyakit hepatitis (radang hati), diabetes militus (penyakit kencing manis), epilepsi (gila babi), atau kelompok masyarakat risiko tinggi menderita AIDS serta mengalami sakit seperti demam atau influenza, baru saja dicabut giginya kurang dari tiga hari, pernah menerima transfusi kurang dari setahun, dan belum setahun menato, menindik, atau akupunktur, hamil, atau sedang menyusui.
Beberapa kondisi terakhir dapat menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh si pendonor. Sedangkan apabila menderita penyakit menular, maka orang yang menerima darahnya kemungkinan besar akan ketularan penyakit si pendonor.
Pernahkah kita atau keluarga kita sakit atau mengalami masalah kesehatan yang sampai memerlukan transfusi darah? Jika ya, bagaimana kondisi waktu itu dalam mendapatkan darah? Sulit atau mudah?
Sudah saatnya kita memperbaiki pola pikir atau pandangan kita terhadap donor darah. Kita harus bersikap positif terhadap donor darah, karena tidak menutup kemungkinan suatu saat kitapun memerlukannya. Berpikir terbalik, tentu akan lebih dapat menyadarkan kita untuk bersikap dan berbuat lebih baik lagi.
Seandainya, suatu saat kita atau keluarga kita mengalami perdarahan atau penyakit yang membutuhkan transfusi darah, tetapi mengalami kesulitan mendapatkan darah, apa yang akan terjadi?
Jika suatu saat kita memerlukan transfusi darah dan tidak ada yang bersedia melakukan donor darah, apa yang akan terjadi?
Hal-hal tersebut perlu dipikirkan, agar tumbuh semangat kita untuk melakukan donor darah.
Berbuat dan beramal sedikit untuk keselamatan sesama manusia. Mendonorkan darah memang agak menakutkan, terutama bagi yang belum pernah melakukannya. Tetapi mendonorkan darah merupakan bukti cinta kasih dan kepedulian kita kepada sesama manusia.
Mereka (orang-orang yang terbaring sakit dan memerlukan transfusi darah) sangat memerlukan uluran tangan dan bantuan kita yang sehat dalam bentuk donor darah. Suatu saat, mungkin kita akan menjadi mereka. Sebelum kita menjadi mereka, sudah semestinya kita menanam amal terlebih dahulu, sehingga suatu saat kita dapat memanen hasilnya berupa kemudahan dalam mendapatkan bantuan dan pertolongan. Semoga.
*) Penulis adalah praktisi kesehatan masyarakat/promotor kesehatan dan pemerhati masalah sosial, berdomisili di Sampit, Kalimantan Tengah.