Angka stunting Indonesia berdasarkan riset tahun 2013 masih tinggi yaitu 37,2 persen. Artinya jika jumlah balita di Indonesia 22 juta anak, total stuntingnya mencapai 9 juta balita, atau 3 balita 1 stunting.
Hal tersebut dikemukakan Direktur Gizi, Dirjen Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI, Ir. Dody Izwardi, seusai Pembekalan Supervisor Mahasiswa Baru tentang Pendampingan Desa Mitra Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Undip, di Kampus Undip Tembalang, Sabtu (19/8/2017).
“Stunting itu masalahnya bukan pendeknya, tapi konigtifnya rendah. Nah itu hanya bisa diperbaiki dari usia 0 hingga 2 tahun. Tapi kalau sudah lebih dari 2 tahun itu sudah sangat sulit memperbaiki tinggi badannya,” ucapnya.
Dody menambahkan, pada usia 20 tahun ke atas, anak-anak stunting bisa punya beberapa penyakit seperti ginjal, jantung, hipertensi, dan Kanker.
“Yang paling kita takuti adalah Konigtif. Yaitu gangguan kecerdasannya, sehingga kesuliatan nanti dalam proses pendidikan, dan mengalami kesulitan dalam mencari pekerjaan,” imbuhnya.
Di tempat yang sama, Dekan FKM Undip, Hanifa M. Denny, SKM, MPH, Ph.D. menuturkan, pihaknya mempunyai program, FKM Undip tidak hanya sebagai tempat belajar mahasiswa menghasilkan ijasah, tapi betul-betul bisa berperan untuk mencari solusi dan men scaling up, membantu pemerintah.
Menurutnya, masalah yang masih sangat serius dihadapi pemerintah Indonesia saat ini adalah bagaimana menyelamatkan 1000 hari pertama kehidupan, termasuk menurunkan angka stunting.
“Kami mengamati bahwa dari tahun ke tahun tinggi badan mahasiswa bukan malah makin tinggi tapi justru semakin pendek-pendek,” tuturnya. Artinya ini ada hal yang harus diselesaikan, karena ke depan kita akan sulit mencari, atlit, kita akan sulit mencari pramugari, serta akan sulit mencari tentara yang tangguh. In masalah yang sangat serius,” tegasnya.
Sementara Koordinator Program Desa Mitra Kampus FKM Undip, Yudhy Darmawan, SKM, MKes, menambahkan, kegiatan Pendampingan Desa Mitra merupakan bagian dari proses Program Soskil dan Pengembangan Karakter Mahasiswa Baru (MABA).
“Kami saat ini mendampingi di 2 wilayah Puskesmas, yaitu puskesmas Rowosari dan Puskesmas Kedungmundu Semarang. Puskesmas Rowosari kita mendampingi 5 Kelurahan, di Kedungmundu kita mendampingi 2 kelurahan. Jadi kita sesuaikan dengan jumlah mahasiswa. 2 atau 3 mahasiswa mendampingi 1 keluarga,” jelasnya.
Menurut Yudhy, kegiatan ini diperuntukkan bagi mahasiswa baru, sejak masuk hingga April 2018.
“Jadi selama 1 tahun kita paparkan mereka dengan pola pendidikan karakter. Salah satunya langsung praktek ke masyarakat mendampingi keluarga yang sedang hamil atau mempunyai bayi. Sehingga setiap bayi yang lahir diharapkan bayi-bayi sehat, tidak stunting dan tidak kekurangan gizi,” pungkasnya.
Sumber rri.co.id