Stunting adalah masalah kurang gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak. Seorang anak dianggap mengalami stunting jika tinggi badan mereka lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya (WHO-MGRS).
Menurut UNICEF, Stunting didefinisikan sebagai anak-anak usia 0 – 59 bulan dengan tinggi di bawah minus (stunting sedang dan berat) dan minus tiga (stunting kronis) yang diukur dari standar pertumbuhan anak yang dikeluarkan WHO. Stunting diakibatkan oleh banyak faktor, seperti ekonomi keluarga, penyakit atau infeksi yang berkali-kali.
Kondisi lingkungan yang juga mempengaruhi terjadinya stunting adalah polusi udara, air bersih dan jamban sehat. Tidak jarang pula masalah non kesehatan menjadi akar dari masalah stunting seperti masalah ekonomi, politik, sosial, budaya, kemiskinan, kurangnya pemberdayaan perempuan, pola asuh serta masalah degradasi lingkungan.
Stunting menjadi salah satu fokus pemerintah saat ini sebagai upaya agar anak-anak Indonesia dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan maksimal, disertai kemampuan emosional, sosial, dan fisik yang siap untuk belajar, mampu berinovasi dan berkompetisi di tingkat global.
Tata laksana penanganan kasus stunting menitikberatkan pada pencegahannya bukan pada proses pengobatannya. Sehingga fokus penanganan dilakukan secara sensitif (langsung ke orang yang berpotensi mengakibatkan stunting atau menjadi stunting) dan orang tua berperan untuk mengontrol tumbuh kembang anaknya masing-masing dengan memperhatikan status gizinya.
Pertumbuhan dan perkembangan sesudah lahir harus naik atau baik dan apabila ada masalah harus segera dikonsultasikan ke dokter atau ahli gizi. Upaya pencegahan lebih baik dilakukan semenjak dini demi masa depan sang buah hati sebagai generasi penerus bangsa yang berhak tumbuh dengan sehat.
Jauh di pelosok Kalimantan Tengah, ibu-ibu kader kesehatan di Desa Bukit Harapan Kecamatan Parenggean Kabupaten Kotawaringin Timur membuat sebuah inovasi pencegahan stunting mulai dari usia remaja dengan nama Geram Runting (Gerakan Masyarakat Memberantas Stunting). Inovasi tersebut didasari oleh tingginya jumlah anak stunting di desa tersebut dan menjadi salah satu dari 10 desa lokus utama stunting di Kabupaten Kotawaringin Timur.
Hal ini membuat masyarakat, kader, dan perangkat desa merasa malu karena desa mereka ditetapkan sebagai lokus stunting. Dengan dasar penetapan itulah diadakan rembuk stunting dan penggalangan komitmen untuk pencegahan Stunting di Desa Bukit Harapan.
Geram Runting merupakan kegiatan pencegahan Stunting dengan memantau setiap rumah tangga terhadap ketaatan masyarakat terhadap 12 indikator stunting yang harus dilaksanakan sesuai dengan kesepakatan bersama dalam forum musyawarah desa.
Setiap rumah di desa tersebut ditempeli stiker pemantauan 12 Indikator Geram Runting. Adapun ke-12 indikator tersebut adalah:
- Balita ditimbang setiap bulan,
- Pemberian ASI Eksklusif pada bayi sampai umur 6 bulan,
- Anak mendapatkan imunisasi dasar lengkap,
- Mengkomsumsi makanan bergizi dan beraneka ragam,
- Mengkomsumsi garam beryodium,
- Setiap balita, ibu hamil dan ibu menyusui mendapatkan Vitamin A,
- Pemberian tablet Tambah darah bagi Remaja Putri,
- pemberian obat cacing pada anak,
- Melakukan cuci tangan pakai sabun,
- Memiliki sarana air bersi,
- Memiliki jamban keluarga, dan
- Rumah bebas asap rokok
Hasil pemantauan tersebut direkap kader setiap bulan dan disampaikan pada setiap kegiatan musyawarah desa, yang nantinya akan menentukan dalam perencanaan kegiatan di desa.
Geram Runting telah dilaksanakan sejak pertengahan tahun 2018 sampai saat ini. Pada tahun 2018 jumlah anak stunting di desa Bukit Harapan sebanyak 20 anak, tahun 2019 ada 18 anak, tahun 2020 ada 11 anak dan tahun 2020 hingga Bulan Juni masih tersisa 9 anak balita yang menderita stunting.
Anak yang menderita stunting diberikan penanganan secara intensif dan dirujuk ke Pukesmas untuk memeriksa penyakit penyerta dan memberikan intervensi perbaikan gizi anak tersebut, dan apabila Puskesmas tidak dapat menangani, akan dirujuk ke dokter spesialis anak di ibu kota kabupaten.
Anak umur 2 sampai 3 tahun apabila mendapatkan penanganan yang tepat dan cepat, kesempatan untuk perbaikan akan lebih baik daripada anak yang memiliki umur lebih tua, oleh karenanya dibutuhkan pemantauan yang terus menerus terhadap tumbuh kembang anak balita dengan menimbang anak dan mengukur perkembangan anak setiap bulan di Posyandu, serta memastikan anak mendapatkan ASI Ekslusif dan Imunisasi Dasar Lengkap.
Di samping itu, kegiatan Kelas Ibu Hamil dan Kelas Ibu Balita adalah salah satu kegiatan yang dilaksanakan untuk menambah pengetahuan ibu terhadap pola hidup sehat, mengkomsumsi beraneka ragam bahan pangan dan memakai garam beryodium, perbaikan gizi anak, dan memastikan anak dan ibu menyusui mendapatkan tablet vitamin A serta pemberian obat cacing pada anak umur 1 sampai 12 tahun sebanyak 2 kali dalam setahun.
Untuk remaja, terutama remaja putri dan Wanita Usia Subur (WUS) diberikan Tablet Tambah Darah (TTD) sebanyak 1 tablet setiap minggu. Dengan pemberian tablet tambah darah tersebut diharapkan tidak terjadi anemia gizi pada remaja putri dan WUS yang nantinya akan melahirkan generasi yang sehat.
Demikian pula dengan ketersediaan infrastuktur di setiap rumah tangga terutama adanya sarana air bersih dan jamban sehat, yang disertai dengan kebiasaan cuci tangan pakai sabun dan memastikan rumah bebas dari asap rokok terutama mereka yang memiliki anak balita.
Kegiatan Geram Runting saat ini telah diadopsi oleh hampir seluruh desa yang ada di wilayah Puskesmas Parenggean I, dengan nama dan penambahan indikator yang dianggap sesuai dengan kondisi desa masing masing. Dengan adanya kegiatan dan pemantauan secara berkala diharapkan stunting tidak ada lagi pada anak di desa di Kecamatan Parenggean.
Geram Runting mungkin masih jauh untuk dikatakan sempurna, tapi dengan semangat dan kerjasama semua pihak yang ada di Desa Bukit Harapan, memberi secercah harapan untuk masa depan generasi mendatang. Predikat Desa Lokus Stunting memang masih melekat sampai saat ini, akan tetapi dengan Geram Runting di masa yang akan datang Desa Bukit Harapan Akan menjadi desa sehat dan bebas stunting.
Penulis:
Mustafa,
Puskesmas Parenggean I
Kab. Kotawaringin Timur