KESMAS-ID.com – Tidak terlihat dan tidak menular, tapi diam-diam sangar menyerang. Bisa diantisipasi sejak dini, namun awam masih tidak peduli, setelah terkena komplikasi dan mengancam diri baru menyesal setengah mati. Itulah Diabetes Melitus, si gula darah tinggi.
Beberapa waktu yang lalu, sempat ramai dalam platform media sosial TikTok, seorang ibu memberikan sarapan anaknya setiap hari secara sembarangan tanpa memperhatikan nilai gizi. Beliau menyajikan nasi uduk dua porsi untuk anaknya tanpa ada protein, menggabungkan karbohidrat nasi dan kentang goreng, serta memberikan susu kental manis yang ditambah gula.
Warganet jelas sangat meradang. Mereka mengingatkan bahaya diabetes yang mengancam si anak, namun tidak digubris. Lebih geramnya lagi, si ibu melakukan itu hanya untuk menggaet pengikut baru media sosialnya dan mendapatkan sejumlah uang dari oknum jika membuat konten memberikan makan anaknya tanpa sayur, protein, dan gizi yang baik.
Hal ini sangat miris. Ketika pemerintah melalui sektor kesehatan terus menggiatkan pencegahan diabetes, ada beberapa oknum yang sengaja melakukan kampanye gelap demi keuntungan sendiri. Dikutip dari laman Kementerian Kesehatan RI, berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF), Indonesia menduduki peringkat kelima negara dengan jumlah diabetes terbanyak dengan 19,5 juta penderita di tahun 2021 dan diprediksi akan menjadi 28,6 juta pada 2045. Diabetes tidak hanya memengaruhi orang dewasa, namun juga anak-anak dan remaja yang berusia sampai dengan 19 tahun, di mana jumlah penyandang diabetes pada kelompok ini juga meningkat setiap tahunnya.
Diabetes Melitus, Ibu Segala Penyakit
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kelainan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia atau kadar glukosa yang tinggi dalam darah karena kekurangan insulin, resistensi insulin atau keduanya. Pengidapnya tidak lagi mampu mengambil glukosa ke dalam sel dan menggunakannya sebagai energi. Diabetes merupakan salah satu dari empat prioritas Penyakit Tidak Menular (PTM). Jika tidak dikontrol dengan baik, diabetes menyebabkan kebutaan, serangan jantung, stroke, gagal ginjal dan amputasi kaki. Layaknya seorang ibu, diabetes ‘melahirkan’ berbagai penyakit lain.
Menerapkan pola hidup sehat merupakan kunci yang dapat meminimalisir seseorang terkena diabetes, baik di usia muda maupun usia lanjut. Penyakit ini tidak bisa disembuhkan tetapi dapat dikendalikan agar tidak terjadi komplikasi.
Kategori Diabetes
- Diabetes Tipe 1
Diabetes tipe 1 (DMT1) adalah penyakit autoimun kronis yang disebabkan tidak adanya produksi insulin sama sekali dalam tubuh. Insulin dibutuhkan untuk menjaga kadar gula darah tetap normal.
Penyakit ini umumnya bersifat keturunan dan sering terjadi sejak masa kanak-kanak. Namun, ada juga diabetes tipe 1 yang terjadi pada usia dewasa. Risiko seorang anak terkena penyakit keturunan ini akan lebih tinggi jika kedua orang tua kandungnya menderita diabetes tipe 1.
- Diabetes Tipe 2
Diabetes tipe 2 (DMT2) disebabkan tidak cukup dan tidak efektifnya kerja insulin, akibatnya sel-sel tubuh tidak dapat memproses glukosa dalam darah menjadi energi dan akhirnya menumpuk di dalam darah.
Diabetes tipe 2 biasanya terjadi karena faktor gaya hidup yang tidak sehat, seperti mengonsumsi makanan dan minuman manis berlebihan, kurang gerak, dan kelebihan berat badan.
- Diabetes Gestasional
Diabetes gestasional merupakan diabetes yang terjadi pada masa kehamilan, biasanya terjadi pada trimester kedua dan ketiga saat kehamilan karena hormon yang disekresi plasenta menghambat kerja insulin. Untuk itu ibu hamil harus mengecek kesehatan dan kehamilannya pada dokter secara rutin agar tidak menimbulkan komplikasi.
- Diabetes Tipe Lainnya
Diabetes tipe lain disebabkan oleh pemakaian obat, penyakit lain-lain, dan sebagainya.
Gejala Diabetes
Gejala diabetes akan muncul secara bervariasi pada setiap pengidapnya tergantung dari jenis diabetes yang diderita dan tingginya kadar gula darah.
Gejala Utama (Klasik):
- Sering kencing.
- Cepat lapar.
- Sering haus.
Gejala Tambahan:
- Berat badan menurun cepat tanpa penyebab yang jelas.
- Kesemutan.
- Gatal di daerah kemaluan wanita.
- Keputihan pada wanita.
- Luka sulit sembuh.
- Bisul yang hilang timbul.
- Penglihatan kabur.
- Cepat lelah.
- Mudah mengantuk.
- Impotensi pada pria.
Faktor Risiko
Faktor Risiko yang Tidak Bisa Diubah
- Usia ≥ 40 tahun.
- Mempunyai riwayat keluarga penderita diabetes.
- Kehamilan dengan gula darah tinggi.
- Ibu dengan riwayat melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir (BBL) > 4 kg.
- Bayi yang memiliki Berat Badan Lahir (BBL) < 2,5 kg.
Faktor Risiko yang Bisa Diubah
- Kegemukan, dengan ciri memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) > 23 kg/m2, lingkar perut pria > 90 cm dan wanita > 80 cm.
- Kurangnya aktivitas fisik.
- Hipertensi atau tekanan darah tinggi, yakni > 140/90 mmHg.
- Dislipidemia (kolesterol HDL laki-laki ≤ 35 mg/dL, perempuan ≤ 45, dan trigliserida ≥ 250 mg/dL).
- Riwayat penyakit jantung.
- Diet yang tidak seimbang, yaitu tinggi gula, garam, lemak, dan rendah serat.
- Merokok atau terpapar asap rokok.
Obat yang Digunakan Penderita Diabetes
Pilihan obat biasanya ditentukan oleh dokter berdasarkan jenis diabetes, riwayat medis, dan respons tubuh terhadap pengobatan. Berikut adalah beberapa jenis obat yang umum digunakan:
- Obat hipoglikemik oral, misalnya metformin, sulfonilurea (seperti glibenklamid), atau inhibitor SGLT2 (seperti dapagliflozin).
- Insulin, digunakan jika tubuh tidak menghasilkan cukup insulin atau jika diabetes sudah dalam kondisi lanjut.
- Obat-obat lain termasuk agonis GLP-1 (seperti liraglutide), inhibitor DPP-4 (seperti sitagliptin), atau thiazolidinedione (seperti pioglitazone).
Pencegahan dan Pengelolaan Diabetes
Saat ini, diabetes tipe 1 tidak bisa disembuhkan, karena penderita memerlukan pengobatan insulin seumur hidup untuk mengelola kadar gula darahnya. Diabetes tipe 2 tidak dapat sembuh secara permanen, tetapi dapat dikendalikan melalui perubahan gaya hidup. Sesuai dengan faktor risiko yang dapat diubah sesuai pembahasan di atas mulai sekarang orang tua harus CERDIK memperhatikan kesehatan anak dan keluarga.
Cek kesehatan berkala dapat dilakukan dengan melibatkan anak untuk membangun kebiasaan baik terutama edukasi tentang penyakit diabetes dengan rutin mengunjungi dokter ke klinik atau puskesmas terdekat. Enyahkan asap rokok apabila di lingkungan keluarga dan sekitar. Rajin aktifitas fisik dengan melakukan olahraga atau kegiatan kreatif sehingga tubuh terus bergerak. Diet sehat dengan kalori seimbang sesuai dengan ‘Isi Piringku’ serta mengurangi jajanan kekinian dengan penyedap melimpah, pemanis buatan, dan pewarna penarik pikiran. Istirahat cukup dengan mengawasi anak agar tidak begadang bermain gawai. Kelola stress dengan melakukan dukungan psikososial, karena stress dapat memengaruhi kadar gula darah.
Peran Serta Konten Kreator
Mengatasi penyakit diabetes bukan hanya tugas pemerintah melalui Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tetapi harus ada dukungan dari seluruh lapisan masyarakat. Jika sebuah video seorang ibu memberikan sarapan minim gizi pada anak saja bisa viral, apalagi jika kreator konten makanan diikutsertakan. Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mencatat pengguna internet Indonesia 215 juta jiwa pada 2023, naik 1,17%. Artinya, banyak masyarakat menggunakan gawai untuk mengakses media sosial.
Anak dan remaja saat ini cenderung mengikuti apa yang sedang tren di media sosial. Jika idolanya mengonsumsi minuman pemanis buatan dan makanan cepat saji, mereka cenderung mengikuti. Sudah banyak kreator konten kesehatan yang ‘speak up’ tapi kalah dengan kreator konten makanan kekinian. Mungkin mengajak mereka bisa menjadi solusi edukasi penyakit diabetes. Tentu harus dibarengi konsistensi dan perhatian lebih orang tua pada tayangan yang ditonton anak serta pemberian gizi yang baik sehari-hari. Diabetes itu mengancam nyawa, jika sayang dengan keluarga maka harus dijaga kesehatannya. Sakit itu mahal biayanya, tetapi sehat jauh lebih mahal harganya. (RN)
Artikel ini dipersembahkan oleh:
Puskesmas Singaparna
Jl. Pancawarna, Singasari, Singaparna, Tasikmalaya
0823-1788-8824
Instagram: pkmsingaparna
Referensi
Hardianto, Dudi. 2020. Telaah Komprehensif Diabetes Melitus: Klasifikasi, Gejala, Diagnosis, Pencegahan, dan Pengobatan. Jurnal Bioteknol Biosains Indonesia Vol. 7 No. 2 Tahun 2020. Tangerang: BPPT.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2019. Buku Pintar Kader Posbindu PTM. Jakarta.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa. Jakarta.
https://www.alodokter.com/berbagai-penyakit-keturunan-yang-perlu-anda-waspadai. Diakses pada 22 Juli 2024.
https://ayosehat.kemkes.go.id/cegah-diabetes-melitus-dengan-6-langkah-sehat. Diakses pada 22 Juli 2024.
https://www.halodoc.com/kesehatan/diabetes. Diakses pada 22 Juli 2024.
https://hellosehat.com/diabetes/obat-diabetes/. Diakses pada 22 Juli 2024.
https://hellosehat.com/diabetes/tipe-diabetes/. Diakses pada 22 Juli 2024.
https://katadata.co.id/digital/teknologi/646342df38af1/apjii-pengguna-internet-indonesia-215-juta-jiwa-pada-2023-naik-1-17. Diakses pada 22 Juli 2024.
https://kemkes.go.id/id/rilis-kesehatan/perilaku-cerdik-masa-muda-sehat-hari-tua-nikmat-tanpa-penyakit-tidak-menular. Diakses pada 22 Juli 2024.
https://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/penyakit-diabetes-melitus/apa-saja-tipe-penyakit-dm. Diakses pada 22 Juli 2024.
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/blog/20240110/5344736/saatnya-mengatur-si-manis/. Diakses pada 22 Juli 2024.
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1131/diabetes-melitus-adalah-masalah-kita. Diakses pada 22 Juli 2024.
Wah sangat bermanfaat, terima kasih kak✨️
👍👍👍