Hipertensi (tekanan darah tinggi) sering disebut sebagai “silent killer” karena penyakit ini biasanya tidak menunjukan gejala tertentu, tetapi ketika tekanan darahnya sudah terlalu tinggi akan menunjukan gejala yang bisa mengancam nyawa penderita. Menurut WHO (World Health Organization), hipertensi terjadi ketika tekanan darah sistolik berada di atas 140 mmHg dan tekan darah diastolik berada di atas 90 mmHg. Orang dewasa yang sehat memiliki nilai tekanan darah antara 90/60 mmHg hingga 120/80 mmHg. Sedangkan nilai tekanan darah normal lansia memiliki rentang yang lebih tinggi yaitu 130/80 mmHg hingga 140/90 mmHg.
Resiko hipertensi meningkat seiring dengan bertambahnya usia karena pembuluh darah kehilangan elastisitasnya secara bertahap sehingga dapat meningkatkan tekanan darah. Penyakit hipertensi menjadi salah satu masalah kesehatan terbesar bagi kalangan lansia di seluruh dunia. Menurut data WHO, lansia yang menderita hipertensi terdapat kurang lebih 972 juta orang atau 26,7% orang di seluruh dunia. Kemungkinan angka tersebut akan mengalami peningkatan hingga mencapai 29,2% pada tahun 2025.
PREVALENSI HIPERTENSI
Berdasarkan RISKESDAS 2018, prevalensi hipertensi lansia di Indonesia untuk umur 55–64 tahun sebesar 45,9%, umur 65–74 tahun sebesar 57,6%, dan umur di atas 75 tahun sebesar 63,8%. Prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk umur 18 tahun ke atas di Provinsi Jawa Barat mencapai 39,6%. Diperkirakan hanya sepertiga kasus hipertensi di Indonesia yang terdiagnosis.
Menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya, cakupan penderita hipertensi yang mendapatkan pelayanan Kesehatan pada tahun 2022 mencapai 81,37 %, yaitu 124.877 orang mendapatkan pelayanan Kesehatan sesuai standar dari jumlah sasaran sebanyak 153.474. Adapun target dari Puskesmas Rajapolah pada tahun 2024 mampu memberikan pelayanan Kesehatan sesuai standar bagi penderita hipertensi sebanyak 3208 orang.
FAKTOR RESIKO HIPERTENSI
Terdapat beberapa faktor resiko terjadinya hipertensi pada lansia, yaitu :
- Konsumsi Garam Berlebih : konsumsi garam yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gr/ hari. Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi terjadi melalui peningkatan volume plasma dan tekanan darah.
- Konsumsi Makanan Berlemak : lansia yang sering mengkonsumsi makanan berlemak erat kaitannya dengan peningkatan berat badan yang beresiko mengakibatkan penyempitan pembuluh darah.
- Gaya hidup : lansia yang kurang aktivitas fisik dan merokok memiliki kapasitas jantung yang rendah sehingga jantung harus bekerja lebih keras untuk memenuhi aliran darah.
- Stres berkepanjangan : stres merangsang ginjal melepaskan hormon adrenalin yang menyebabkan tekanan darah naik.
GEJALA-GEJALA HIPERTENSI
Penyakit hipertensi seringkali tidak menujukkan gejala tertentu, namun beberapa gejala yang mungkin terjadi adalah sebagai berikut :
- Sakit Kepala
- Kesulitan bernapas
- Pendarahan hidung
- Pusing/ vertigo
- Penglihatan kabur
- Nyeri dada
PENCEGAHAN HIPERTENSI
Upaya pencegahan dan pengendalian hipertensi sangat penting dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi penyakit seperti stroke, serangan jantung, gagal ginjal, dan sebagainya. Pencegahan hipertensi membutuhkan disiplin dalam menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Salah satu kegiatan yang dapat dilakuakan adalah melalui gerakan PATUH, yaitu :
- Periksa Kesehatan Rutin dan Ikuti Anjuran Dokter : Pemeriksaan rutin bertujuan untuk memantau tekanan darah. Apabila menunjukan resiko hipertensi, dokter akan segera menganjurkan pengobatan yang tepat untuk mencegah terjadinya komplikasi penyakit.
- Atasi Penyakit dengan Pengobatan yang Tepat dan Teratur : Jika terdiagnosis menderita hipertensi, segera atasi hipertensi dengan pengobatan yang tepat dan teratur sesuai anjuran dari dokter. Penting untuk mengikuti instruksi penggunaan obat yang benar untuk menurunkan tekanan darah dan mengendalikan kondisi.
- Tetap Diet dan Gizi Seimbang : Konsumsi makan makanan dengan gizi seimbang, seperti buah, sayuran, dan sumber protein rendah lemak (ikan, ayam, kacang-kacangan). Hindari makanan tinggi garam dan olahan cepat saji.
- Upayakan Aktivitas Fisik dengan Aman : Olahraga yang teratur dapat meningkatkan kebugaran dalam tubuh dan melancarkan peredaran darah. Selain membantu mengontrol tekanan darah, rutin olahraga juga bisa membantu menurunkan berat badan sehingga mengurangi resiko terjadinya berat badan berlebih yang meyebabkan hipertensi.
- Hindari Asap Rokok, Alkohol, dan Zat Karsinogenik Lainnya : Asap rokok meningkatkan beban kerja pada jantung sehingga dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah. Selain itu, kebiasaan konsumsi alkohol dan zat karsinogenik lainnya dapat merusak kesehatan.
PENGOBATAN HIPERTENSI
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.01.07/MENKES/4634/2021 tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Hipertensi Dewasa, strategi pengobatan yang dianjurkan pada panduan tata laksana hipertensi saat ini adalah dengan menggunakan terapi kombinasi pada sebagian besar pasien, untuk mencapai tekanan darah sesuai target. Bila memungkinkan dalam bentuk single pill combination (SPC), untuk meningkatkan kepatuhan terhadap pengobatan. Lima golongan obat antihipertensi utama yang rutin direkomendasikan yaitu: ACEi, ARB, beta bloker, CCB dan diuretik.
Selain pengobatan medis tersebut, penderita juga harus melakukan perubahan gaya hidup. Hal ini dilakukan melalui penerapan gerakan CERDIK (Cek kesehatan secara rutin, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas fisik, Diet seimbang, Istirahat cukup, Kelola stress).
DAFTAR PUSTAKA
- Fitrianingsih, D., Winahyu, K. M., Wibisana, E., & Azizah Ahmad, S. N. (2022). Efikasi Diri dan Gaya Hidup Lansia dengan Hipertensi. Jurnal JKFT: Universitas Muhamadiyah Tangerang, 108-112.
- Imelda. (2020). Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Puskesmas Air Dingin Lubuk Minturun. HEME (Health and Medical Journal), 68-77.
- Kemenkes. (2022, Oktober 2022). Hipertensi pada Lansia. Retrieved from Ayo Sehat: https://ayosehat.kemkes.go.id/topik-penyakit/pencegahan-infeksi-pada-lansia/hipertensi-pada-lansia
- Kemenkes Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat. (2018, Mei 16). Hipertensi Membunuh Diam-diam, Ketahui Tekanan Darah Anda. Retrieved from Sehat Negeriku Sehatlah Bangsaku: https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20180516/5625911/hipertensi-membunuh-diam-diam-ketahui-tekanan-darah/
- Kemenkes Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan . (2023, Maret 17). Hipertensi – The Silent Killer. Retrieved from https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/2254/hipertensi-the-silent-killer
- Kemenkes Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. (2023, Mei 31). Penanganan Hipertensi dengan Perilaku CERDIK dan PATUH. Retrieved from https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/2517/penanganan-hipertensi-dengan-perilaku-cerdik-dan-patuh
- Kemenkes RI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan . (2019). Laporan Nasional RISKESDAS 2018. Jakarta: LPB (Lembaga Penerbit Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan).
- Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK. 01.07/MENKES/4634/2021 tentang Pedoman Nasional Pelayanan kedokteran Tata Laksana Hipertensi Dewasa .
- Sari, M. T., & Putri, M. E. (2023). Pengendalian dan Pencegahan Komplikasi Hipertensi pada Lansia Melalui Pendidikan Kesehatan Perilaku Patuh dan Teknik Relaksasi Otot Progresif. Jurnal Abdimas Kesehatan (JAK), 145-151.
- Suprayitna, M., & Hajri, Z. (2022). Faktor Resiko Terjadinya Hipertensi pada Lansia. Jurnal Ilmiah Pannmed (Phamacyst, Analyst, Nurse, Nutrition, Midwivery, Environment, Dental Hygiene), 82-88.
Artikel Edukasi ini telah Direview Oleh :
Sri Nurjanah, S.K.M.
Staf Promkes Puskesmas Rajapolah
Puskesmas Rajapolah
Jl. Raya Rajapolah, Rajapolah, Kec. Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat 46155