Kanker serviks menjadi salah satu dari 10 kanker terbanyak di Indonesia, setelah kanker payudara. Terlebih, kebanyakan kanker serviks ditemukan dalam stadium lanjut. Padahal, seyogianya kanker serviks bisa dicegah.
“Kanker serviks sudah diketahui sebabnya, yaitu HPV. Vaksinnya sudah ada. Deteksi dininya sudah ada, papsmear dan IVA (Inspeksi Vagina dengan Asam Asetat). Jadi ini 100 persen bisa dicegah,” kata Prof Dr dr Andrijono SpOG, KFER dalam Forum Ngobras di Hongkong Cafe, Jakarta Pusat, Selasa (11/4/2017).
Hanya saja, kata Prof Andri, karena vaksin HPV mahal diharapkan vaksinasi bisa masuk program vaksinasi nasional untuk anak-anak perempuan dalam rangka mencegah kanker serviks. Dijelaskan Prof Andri, ada lebih dari 100 jenis HPV atau Human Pappilloma Virus dan hanya 19 jenis yang bisa menyebabkan kanker.
Maka dari itu, selain kanker serviks, infeksi HPV juga bisa memicu kanker penis, dubur, mulut, juga vagina. Hadir dalam kesempatan sama, Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan DKI Jakarta, dr Widyastuti MKM mengatakan saat dilakukan ‘demonstrasi’ vaksin HPV untuk murid-murid sekolah dasar di DKI Jakarta di bulan November 2016, cakupannya 92 persen. Dari target 71.830 anak, jumlah yang mendapat vaksin 66.094 anak.
“Pastinya belum puas ya karena nggak 100 persen. Tapi kami senang banyak sekolah dan orang tua murid yang welcome dengan program ini. Memang masih ada 8 persen yang belum kooperatif atau meragukan. Kita berusaha dekati, dengan program ketuk pintu layani dengan hati, kita datangi, beri edukasi. Lalu kita gandeng juga Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jadi silakan jika orang tua hendak mengakses vaksin ini melalui layanan lain,” tutur dr Widy.
Sementara, Kasubdit Imunisasi Kemenkes RI dr Prima Yosephine mengatakan program vaksinasi HPV untuk anak-anak memang masih dalam tahap demonstrasi, belum masuk program nasional. Sebab, belum ada ‘pengalaman’ dari sudut program apakah memang ini bisa diimplementasikan.
“Terus uji coba, bukan dalam segi keamanan tapi apakah bisa jalan dengan kendaraan ini ibaratnya. Untuk demonstrasi ini dipilih daerah yang cakupan imunisasi lainnya sudah bagus sehingga program ini tidak menggeser program imunisasi lain dan provinsi tersebut ada anggaran untuk operasionalnya. Setelah DKI akan dicoba juga ke provinsi lainnya seperti DI Yogyakarta, Surabaya, Manado, dan Makassar,” pungkas dr Prima.