Bercerita sedikit ketika saya ingin berkunjung ke dokter kandungan untuk melakukan cek IUD. Dimana 6 bulan yang lalu saya memutuskan untuk menggunakan alat kontrasepsi berupa IUD yaitu plastik berbentuk T seukuran uang logam yang ditempatkan di dalam rahim untuk mencegah kehamilan.
Beruntung saya diperiksa oleh dokter obsgyn dr. Mahindria Vici Virahaju, Sp.OG. Beliau menyampaikan, ada dua cara untuk mengecek posisi IUD, lewat atas atau lewat bawah. Lewat atas yang dimaksud adalah menggunakan alat USG (Ultra sono graphy) yaitu prosedur pencitraan menggunakan teknologi gelombang suara berfrekuensi tinggi untuk memproduksi gambar tubuh bagian dalam, seperti organ tubuh atau jaringan lunak. Dan lewat bawah yang dimaksud adalah melalui lubang vagina.
Masing-masing ada keuntungannya, hanya saja pengecekan posisi IUD akan lebih untung lagi dikarenakan saat pengecekan dapat dilakukan juga pemeriksaan IVA. Apa itu pemeriksaan IVA? IVA singkatan dari Inspeksi Visual Asam Asetat, dimana pemeriksaan tersebut dapat mendeteksi secara dini ada atau tidaknya sel kanker. Seperti yang kalian tahu, bahwa kanker serviks merupakan salah satu penyakit yang sangat ditakuti setiap perempuan.
Jika anda sendiri terasa ngeri saat membayangkan, maka hal itu juga yang saya rasakan saat saya dijelaskan oleh dr. Mahindria Vici Virahaju, Sp.OG tentang pemeriksaan IVA. Namun beliau berhasil meyakinkan saya, bahwa melakukan pengecekan IUD melalui lubang vagina itu penting, karena bisa juga dilakukan pemeriksaan IVA.
Menurut beliau, pemeriksaan IVA memang disarankan untuk perempuan yang sudah pernah melakukan hubungan intim dengan syarat saat akan melakukan pemeriksaan IVA disarankan untuk tidak berhubungan intim selama 24 jam sebelum pemeriksaan, serta kondisi tidak sedang haid.
Proses pemeriksaan IVA sendiri berjalan cepat, tidak sampai 10 menit. Berikut langkah – langkahnya :
- Anda akan diminta berbaring dengan posisi kaki terbuka (litotomo), biasanya ada bed khusus untuk pemeriksaan ini
- Dokter memasukan alat bernama speculum kedalam vagina, atau biasa disebut dengan alat cocor bebek. Hal tersebut dilakukan agar leher dan mulut rahim dapat terlihat
- Dokter akan mencelup gumpalan kapas kelarutan asam asetat dengan kadar 3-5%, asam asetat ini adalah asam cuka.
- Menunggu sekitar 1 menit, Dokter akan menilai reaksi yang muncul. Jika muncul bercak putih pada permukaan leher rahim, maka bisa di perkirakan ada sel abnormal pada servisk, bisa sel tumor atau sel kanker. Jika tidak mengalami perubahan warna setelah dioles, maka jaringan serviks bisa dibilang sehat.
Dan alhamdulilah, hasil pemeriksaan IVA saya sehat. Begitu pun dengan posisi IUD, masih pada posisinya yang benar.
Dari pengalaman tersebut, saya membaca beberapa artikel terkait tingkat akurasi pemeriksaan IVA. Secara umum, memang tingkat pemeriksaan IVA lebih rendah jika dibanding dengan pemeriksaan lain untuk kanker serviks yaitu 61%. Pemeriksaan pap smear memiliki tingkat keakuratan sekitar 80% dan pemeriksaan kolposkopi sekitar 75%.
Meski begitu, pemeriksaan IVA dinilai efisien, cukup akurat dan bisa jugadilakukan di instansi kesehatan seperti Puskesmas. Pemeriksaan IVA sebaiknya dilakukan 3-5 tahun sekali, hal ini dilakukan untuk mendeteksi kanker serviks secara dini sebab gejala kanker serviks stadium awal sering kali tidak jelas.
Nah, saya sudah melakukan test IVA, bagaimana dengan anda?