“Salah satu pilar masyarakat maju adalah tumbuhnya kegiatan yang berlandaskan inisiatif masyarakat sendiri. Kisah Tujuh Penjuru merekam kegiatan seperti itu oleh anak-anak muda kita di berbagai pelosok tanah air, khususnya dibidang kesehatan masyarakat. Saya sungguh menghargai semangat dan idealisme mereka untuk menyumbangkan karya nyata bagi bangsanya. Semoga memberikan inspirasi bagi kita semua.”
~ BOEDIONO, Wakil Presiden RI 2009 – 2014 ~
Kemarin saya dapat kiriman buku dari sahabat di Jakarta, Kisah Tujuh Penjuru, begitu saya baca Judul di sampulnya. Luar biasa pikir saya, betapa tidak, di sampul depan buku ini saja, tertulis “testimoni” atas nama Bp. Boediono, Wapres kita saat itu (Buku ini terbit tahun 2014).
Hujan turun di saat rombongan baru menempuh setengah perjalanan. Tidak ada tempat berteduh di tengah sungai. Perjalanan dilanjutkan sehingga seluruh anggota rombongan basah. Dingin sudah pasti, lapar juga tidak bisa diingkari. namun, tidak ada alasan untuk mengeluh. Semua tetap harus dinikmati sampai rombongan benar-benar sampai di kampung yang dituju.
Wah..wah…ini buku novel atau apa? Belum apa-apa sudah bikin penasaran aja. Salut untuk penulis, Editor, dan semua tim yang terlibat dalam penyusunan buku ini. Lha gimana gak salut, Editornya aja ada Pak Wisnu Nugroho, beliau ini disebut-sebut sebagai salah satu yang membidani lahirnya Visual Interaktif Kompas (VIK) Kompas, sebuah model laporan jurnalistik berbasis multimedia.
Tapi sepertinya, gaya penulisan buku ini serasa novel, bisa jadi karena ada sentuhan magis Arimbi Bimoseno disana. Hemm..hanya menduga saja, tapi mungkin ada benarnya. Dan yang paling bikin penasaran, buku ini ditulis oleh Tim Pencerah Nusantara. Siapa mereka? Apa sih yang mereka kerjakan, sampai-sampai Wapres pun mau kasih testimoni untuk “catatan perjalanan” mereka?
Kisah Tujuh Penjuru
Ini tentang pengabdian anak-anak muda yang peduli pada perbaikan kesehatan masyarakat di tujuh penjuru Indonesia, yaitu Sikakap, Pakisjaya, Tosari, Kelay, Ogotua, Lindu, dan Ende.
Berdiri di tujuh penjuru Indonesia, menyentuh kehidupan setidaknya 200.000 orang. Di daerah yang dilupakan, ditengah masyarakat yang ditinggalkan. Di pinggir sungai, di dalam hutan, di tengah samudra lepas, didaerah rawan bencana, di perbatasan, di pulau terpencil, kesemuanya mempresentasikan negeri kita yang beragam.
Ahhhh…baca pengatar demi pengantar, kalimat demi kalimat di awal buku ini saja sudah bikin hati ini terenyuh, iri (dalam arti positif), apa yang sebetulnya mereka pikirkan?
Seringkali mereka tertantang melangkah lebih maju & bergerak lebih cepat. kadangkala mereka memilih untuk diam, mendengar, dan merenung, semuanya adalah bagian dari sebuah petualangan yang bernama pengabdian untuk sebuah panggilan, PENCERAH NUSANTARA.
“Ratakan sabun dengan tangan sok gosok gosok…
Punggung tangan sela jari, sok gosok gosok…
Telapak tangan sela jari, juga digosok…
Pegang erat jari tangan yo ayo ayo…
Kuncup kanan kuncup kiri
Jempol kanan jempol kiri
Basuh tangan dan keringkan, kumannya hilang…yeee….”
(Catatan Tim PN Ogotua, hal:119)
Aahhhh….makin jatuh cinta. Buat kawan-kawan yang gak sempat punya bukunya, jangan khawatir, saya bakal bagi sekelumit kisah inspiratif mereka, Tim Pencerah Nusantara.
Saya sadar, catatan saya ini mungkin tak seindah para penulis aslinya. Tapi satu tujuan saya menulis ini, tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada para penulis, editor, dan semua tim yang terlibat dalam penulisan buku Kisah Tujuh Penjuru ini, ijinkan kami untuk dapat berbagi, meneruskan energi positif yang ada dalam buku ini, MOTIVASI, INSPIRASI dari kawan-kawan Pencerah Nusantara untuk generasi muda di pelosok negeri ini.
~ BERSAMBUNG…
Sumber Foto:
Dok Pribadi dan Dok Tim Pencerah Nusantara