Pemkab Balikpapan berhasil menekan wabah demam berdarah yang terjadi saban tahun. Sejumlah inovasi ditambah kesadaran masyarakat terbukti ampuh mengurangi populasi jentik nyamuk aedes aegypti.
Sekretaris Dinas Kesehatan Kota (DKK) Balikpapan Suheriyono mengatakan, penderita DBD tahun ini jumlahnya menurun drastis. Sebab, selain beberapa kelurahan telah menggunakan inovasi kelambu air, penanganan penyakit ini dilakukan dengan cepat oleh masyarakat.
“Kelambu air ini dilakukan di semua wilayah. Dengan sasaran awal Balikpapan Selatan. Sebab, paling tinggi kasusnya pada 2016 sebesar 979 kasus,” ucapnya sebagaimana dikutip dari Kaltim Post (Jawa Pos Group), Sabtu (22/7).
Dia menjelaskan, melalui pembagian gratis maupun bantuan CSR, ribuan kelambu air telah terpasang di rumah wilayah Kecamatan Balikpapan Selatan. Kemudian, tak lupa juga pemberian abate kepada masyarakat yang belum menggunakan kelambu air. Melalui penyuluh yang berkunjung ke rumah, abate ditabur di tempat penampungan air yang ada.
“Tahun lalu disediakan abate 14 ton. Kemudian sisa 4 ton. Dan tahun ini kita dapat 6 ton saja. Jadi, abate yang siap diberikan sepanjang 2017 ada 10 ton,” paparnya. Cara lain yang juga ditempuh dalam mengendalikan pertumbuhan nyamuk adalah fogging. Dengan prosedur yang tepat maka jentik nyamuk dan nyamuk bisa dikendalikan.
“Kami fogging gratis. Tidak boleh memungut biaya. Namun sebelum fogging perlu memerhatikan bebas jentik di rumah tersebut. Kalau masih banyak jentiknya percuma. Di-fogging lalu seminggu lagi banyak nyamuknya. Jadi, pencegahan lebih dulu dengan kelambu air atau abate,” ungkapnya.
Dalam pengendalian DBD, lanjutnya, DKK menganggarkan duit Rp 1 miliar. Dengan nominal tersebut, pihaknya berusaha keras dalam melakukan upaya pencegahan kasus DBD. Terbukti jumlah kematian tahun ini menurun drastis. “Tahun lalu, kasus DBD ada 4.113 kasus dengan 26 kematian. Tahun ini, jumlah kasus DBD hingga kini ada 610 kasus dengan 1 kematian. Semoga tidak bertambah lagi,” tutupnya.
Sumber jawapos.com