Kanker serviks merupakan kanker nomor 2 terbanyak pada perempuan di Indonesia, setelah kanker payudara. Penyebab utama kanker serviks yakni infeksi HPV (Human Papilloma Virus).
Dokter Spesialis Ongkologi Ginekologi Prof. Dr. dr. Andrijono SpOG(K) mengatakan, tak ada gejala pada prakanker serviks. “Biasanya tanda itu setelah seseorang mengalami kanker serviks,” kata Andrijono dalam diskusi media di Jakarta, Selasa, 11 April 2017.
Ketua Himpunan Ongkologi Ginekologi Indonesia (HOGI) ini menjelaskan rata-rata perempuan yang terkena kanker serviks menunjukkan sejumlah tanda, yakni berdarah saat berhubungan seksual dan keputihan yang tidak sembuh-sembuh. “Kalau mengalami itu sebaiknya langsung melakukan skrining,” ujarnya.
Skrining atau pemeriksaan kanker serviks terutama jika mengalami keputihan yang sudah mengeluarkan bau yang tak sedap. “Saya biasanya sudah mengetahui jika pasien masuk ke ruangan dan ada bau, saya langsung suruh skrining,” kata dia.
Melalui skrining, kanker serviks ditemukan pada 1 dari 1.000 perempuan. Andrijono mengatakan, sekitar 73,50 persen penderita kanker serviks yang datang berobat sudah stadium lanjut. “Sudah stadium dua ke atas,” kata Andrijono.
Andrijono menjelaskan, penderita kanker serviks yang sudah berada di stadium lanjut, pengobatannya sudah tidak bisa dioperasi. “Pengobatannya hanya disinar atau kemoterapi,” ujarnya.