Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Faktor penyebab DBD adalah tingginya curah hujan yang menyebabkan genangan air dan suasana lembab di sekitar rumah, tidak menjaga kebersihan lingkungan, sistem imun melemah, pernah terinfeksi DBD, dan mobilitas penduduk.
Di Indonesia sendiri, dikutip dari BBC, dari awal tahun 2024 hingga 28 April 2024, tercatat 88.593 kasus DBD yang mengakibatkan 621 orang meninggal dunia. Angka ini naik tiga kali lipat dibandingkan dengan tahun lalu, yang mana pada periode Januari–April 2023, kasus DBD tercatat 28.579 kasus dengan 209 orang meninggal dunia.
Sementara itu, di Kabupaten Tasikmalaya, dikutip dari Detik News, kasus DBD di Kabupaten Tasikmalaya sejak Januari–Februari 2024 tercatat 111 kasus, yang mana pada bulan Januari tercatat 60 kasus dan bulan Februari tercatat 50 kasus. Dari jumlah tersebut, satu orang dinyatakan meninggal. Pasien yang meninggal terlambat mendapatkan penanganan karena dianggap sembuh. Salah satu Puskesmas yang ada di Kabupaten Tasikmalaya, Puskesmas Sukaraja mencatat untuk kasus DBD pada bulan Mei tercatat 29 kasus, bulan Juni 20 Kasus, dan bulan Juli 10 kasus.
Ketika seseorang terjangkit DBD, terdapat tiga fase yang akan terjadi. Pertama, fase demam. Pada fase ini pengidap akan merasakan demam tinggi yang muncul sekitar tiga atau empat hari setelah gigitan nyamuk, lalu akan timbul ruam atau bintik-bintik merah pada kulit. Kedua, fase kritis. Di fase ini terjadi kebocoran plasma secara tiba-tiba di perut sehingga pengidap akan menunjukan tanda-tanda penyempitan intravaskuler atau pendarahan berat. Pada fase kritis, pengidap haruslah dibawa ke rumah sakit. Terakhir adalah fase penyembuhan. Kebocoran plasma akan berhenti sejalan dengan reabsorpsi plasma dan cairan. Tanda-tanda yang menunjukan masuknya fase penyembuhan adalah kembalinya nafsu makan, stabilnya denyut nadi, meningkatnya urin, dan pemulihan pada ruam.
Beberapa hal yang dapat dilakukan masyarakat untuk mencegah perkembangan nyamuk diantaranya mengoptimalkan pemberantasan sarang nyamuk dengan 3M (menguras, menyikat, dan menutup tempat-tempat penampungan air serta mendaur ulang berbagai barang yang berpotensi menjadi tempat nyamuk berkembang biak). Hal lainnya yang juga dianjurkan pemerintah adalah memelihara ikan pemakan jentik nyamuk, menggunakan obat anti nyamuk, memasang kasa pada jendela dan ventilasi, gotong royong membersihkan lingkungan, periksa tempat-tempat penampungan air, meletakkan pakaian bekas pakai ke dalam wadah tertutup, memberikan larvasida pada penampungan air yang susah dikuras, memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar, serta menanam tanaman pengusir nyamuk.
Sumber:
https://repository.kemkes.go.id
https://www.bbc.com/indonesia/articles/cxwv4mj1d1mo : Kematian akibat DBD melonjak tiga kali lipat – Mengapa Pemerintah Kelimpungan Mengatasinya?
https://www.detik.com/jabar/berita/d-7241009/satu-warga-tasik-meninggal-gegara-dbd : Satu Warga Tasik Meninggal Gegara DBD.
https://diskes.badungkab.go.id/artikel/47186-6-fakta-penting-tentang-demam-berdarah#:~:text=%E2%80%9CDemam%20berdarah%20adalah%20gangguan%20yang,adanya%20gigitan%20nyamuk%20aedes%20Aegypti. : 6 Fakta Penting Tentang Demam Berdarah
Artikel edukasi penyakit DBD ini sudah direview oleh:
Agneta Juwanita, S.KM
Promkes Puskesmas Sukaraja
Puskesmas Sukaraja
Jalan Cibalanarik KM. 01, Desa Sukapura, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat 46183
Telp/WA : 081320209108