Sebagian besar kematian ibu disebabkan oleh penyebab langsung, seperti perdarahan, infeksi, eklampsia, persalinan lama, dan komplikasi aborsi. Faktor lain seperti rendahnya tingkat sosial ekonomi, pendidikan, peran perempuan, budaya sosial, serta kendala transportasi juga turut memengaruhi. Dua masalah utama yang sering dihadapi adalah “Tiga Terlambat” (terlambat mengenali tanda bahaya, mencapai fasilitas kesehatan, dan mendapatkan layanan) dan “Empat Terlalu” (terlalu muda/tua melahirkan, terlalu sering/rapat jarak kehamilan).
Kompleksitas masalah kematian ibu hamil menjadikan upaya penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) membutuhkan pendekatan kolaborasi yang melibatkan berbagai sektor, baik pemerintah maupun swasta serta peran suami dan keluarga. Meskipun sudah ada program peningkatan pelayanan kesehatan ibu dan anak, masyarakat masih perlu lebih dilibatkan, terutama dalam mengenali tanda bahaya dan komplikasi pada ibu hamil serta peran kesetaraan gender dalam rumah tangga. Seringkali perempuan tidak memiliki akses atau kewenangan dalam pengambilan keputusan kesehatan dalam rumah tangga. Oleh karena itu, diperlukan dukungan lintas sektor untuk memberdayakan perempuan, keluarga, dan masyarakat dalam perencanaan persalinan dan kesiapan menghadapi komplikasi kehamilan.
Dalam upaya menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI), Kementerian Kesehatan menetapkan lima strategi operasional yang disampaikan oleh Menteri Kesehatan, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, dalam Rapat Kerja Nasional Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana. Strategi-strategi tersebut adalah:
- Penguatan Puskesmas dan jaringannya, termasuk paket pelayanan kesehatan reproduksi (kespro) esensial yang mencakup promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
- Penguatan manajemen program dan sistem rujukan untuk meningkatkan efektivitas pelayanan kesehatan.
- Meningkatkan peran serta masyarakat dalam mendukung kesehatan ibu hamil.
- Kerjasama dan kemitraan dengan berbagai pihak serta inovasi dan akselerasi untuk mempercepat pencapaian target pembangunan.
- Penelitian dan pengembangan inovasi untuk mengatasi masalah kesehatan ibu.
Kementerian Kesehatan juga meluncurkan program Jaminan Persalinan (Jampersal) pada tahun 2011 untuk memastikan akses pelayanan kesehatan ibu hamil, persalinan, nifas, dan pelayanan KB pasca-persalinan, dengan sasaran 2,8 juta ibu yang sebelumnya belum terjangkau oleh jaminan kesehatan lainnya.
Selain upaya yang dilakukan oleh pemerintah, edukasi untuk Ibu hamil serta suami dan keluarga juga perlu melalui penyuluhan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dilakukan oleh tenaga kesehatan bidan di Puskesmas. Berikut adalah langkah-langkah edukasi yang dapat diberikan:
1. Pemeriksaan Kehamilan Rutin (Antenatal Care)
Ibu hamil perlu menjalani pemeriksaan kehamilan setidaknya empat kali selama kehamilan. Pemeriksaan ini penting untuk mendeteksi risiko komplikasi dan memastikan kesehatan ibu dan janin.
2. Nutrisi yang Seimbang dan Suplementasi
Penting untuk mengonsumsi makanan bergizi seimbang, seperti zat besi, asam folat, kalsium, dan protein. Zat besi membantu mencegah anemia, sedangkan asam folat penting untuk perkembangan otak janin.
3. Pengenalan Tanda-tanda Bahaya Kehamilan
Edukasi ibu hamil tentang tanda bahaya sebagai berikut:
- Pendarahan berat
- Tekanan darah tinggi atau sakit kepala parah
- Pembengkakan pada wajah dan tangan
- Nyeri perut yang berlebihan
- Gerakan janin yang berkurang
4. Persiapan Persalinan yang Aman
Membuat rencana persalinan yang aman di fasilitas kesehatan dengan tenaga medis terampil.
5. Persalinan oleh Tenaga Medis Terlatih
Memastikan persalinan dilakukan di rumah sakit atau klinik bidan yang memiliki fasilitas lengkap dan tenaga medis terlatih.
6. Keluarga Berencana
Edukasi tentang pentingnya menjaga jarak kehamilan yang aman, setidaknya 2-3 tahun setelah melahirkan, untuk mengurangi risiko komplikasi pada kehamilan berikutnya.
7. Perawatan Pasca Persalinan (Postnatal Care)
Ibu harus memeriksakan kesehatan pasca persalinan untuk memantau apakah ada luka pasca operasi atau komplikasi lainnya. Serta diberikan dukungan dan edukasi tentang pentingnya memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama dan cara perawatan bayi yang benar.
8. Kesehatan Mental Ibu Hamil
Pentingnya dukungan Psikologis pada ibu pasca melahirkan untuk memastikan adanya dukungan emosional dari keluarga dan komunitas untuk mengurangi stres dan meningkatkan kesehatan mental ibu sertamemberikan edukasi untuk mengenali tanda-tanda depresi atau kecemasan yang sering terjadi pada masa kehamilan dan pasca melahirkan.
9.Akses ke Fasilitas Kesehatan
Pentingnya mempersiapkan akses transportasi ke fasilitas kesehatan terdekat serta memastikan biaya perawatan kehamilan dan persalinan sudah terjamin, misalnya dengan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
10. Pemberdayaan dan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi
Mengajarkan ibu tentang hak-hak kesehatan reproduksi, termasuk hak untuk mendapatkan informasi yang tepat dan akses ke fasilitas layanan kesehatan terdekat.
Upaya penurunan AKI dapat dilakukan melalui strategi operasional dari Kemenkes maupun melalui edukasi yang menyeluruh yang tidak hanya melibatkan ibu hamil namun juga peran suami, keluarga dan masyarakat sangat diperlukan dalam upaya menurunkan AKI di Indonesia. Sehingga diharapkan angka kematian ibu dapat ditekan dengan memastikan ibu hamil mendapatkan perawatan yang memenuhi standar kesehatan sejak awal masa kehamilan hingga pasca-persalinan.