Muda dan berprestasi. Itulah dua kata untuk menggambarkan sosok dr Rio Herison. Pemegang dua kali gelar Dokter Teladan tingkat Kabupaten Meranti pada 2015 dan 2017. Serta Dokter Teladan tingkat Provinsi Riau pada 2017. Dan yang lebih membanggakan ia masuk dalam 10 besar dalam nominasi Dokter Teladan tingkat nasional pada 2017.
Usianya baru genap 33 tahun pada 28 Desember 2017 lalu. Namun, kiprahnya menjadi pelayanan masyarakat di bidang kesehatan, sungguh luar biasa.
Usai lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Riau, Rio langsung mendaftar menjadi dokter pegawai tidak tetap (PTT) Kementerian Kesehatan. Ia lulus dengan penempatan di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Puskesmas Pulau Merbau, Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau pada April 2012.
Pilihan yang tidak biasa karena menjadi dokter di daerah terpencil lebih banyak pengabdiannya ketimbang mengejar materi semata.
“Ini panggilan jiwa. Menjadi dokter dan melayani masyarakat di pelosok karena Allah ta’la,” ujar pria kelahiran Bagan Siapiapi, Rokan Hilir.
Lantas kiprah apa yang membuat dokter yang masih lajang ini selalu diganjar dokter teladan ?
“Saya berikhtiar membentuk Posyandu Remaja di sekolah sekolah yang ada di Pulau Merbau,” ujar pria gempal berkulit manis ini.
Setidaknya ada tiga sekolah setingkat SMU dan sederajat yang dibentuk posyandu yakni SMU N 1 Pulau Merbau, Madrasah Aliyah (MA) Hidayatul Mubtadiin Semukut dan MA Hidayatul Rahmah Batang Meranti.
Siswanya dilatih menjadi kader Posyandu. Mereka dipandu untuk bisa mengukur tinggi dan berat badan sehingga bisa menentukan status gizi rekannya. Dalam kegiatan Posyandu Remaja ini juga diisi dengan pemberian tablet penambah darah untuk remaja putri.
Setidaknya kegiatan ini sudah menelurkan 65 kader posyandu remaja yang akan terus berkembang karena kegiatannya positif dan mendapat dukungan banyak pihak.
Yang lebih penting lagi, posyandu remaja ini melahirkan kader kader anti merokok.
“Hasil pengamatan pada awal awal tahun mengabdi di Pulau Merbau, saya melihat tingkat kenakalan remajanya cukup tinggi. Ini bisa dilihat dari kebiasaan mereka merokok di tempat umum tanpa takut dan sungkan,” ujar Kepala Unit Promosi Kesehatan UPT Puskesmas Pulau Merbau ini.
Hasil surveinya, sekitar 40 persen remaja SMP dan SMU di Pulau Merbau punya kebiasaan merokok. Kebiasaan ini dilakukan tidak lagi sembunyi sembunyi. Malah buat gagah gagahan.
Ia khawatir sekali kebiasaan merokok ini bisa menjadi pintu masuk bagi perilaku kenakalan lainnya seperti penyalahgunaan narkoba. Apalagi Pulau Merbau merupakan wilayah pesisir yang berbatasan dengan negeri jiran Malaysia. Sehingga salah satu pintu masuk paling rawan penyelundupan dan peredaran narkoba.
Setelah dua tahun lebih posyandu ini berjalan, remaja merokok di Pulau Merbau bisa ditekan hingga menjadi 4 persen.
“Kader kader Posyandu itu membentuk remaja anti merokok. Mereka aktif mengkampanyekan bahaya merokok kepada teman teman mereka. Dan bisa merubah stigma merokok bukan kebiasaan ‘jantan’ untuk remaja,” ujarnya.
Kader posyandu ini juga aktif melakukan sosialisasi dan kampanye kesehatan ke SMP dan SD. Ini sebagai langkah langkah dini pengenalan bahaya merokok. Dengan langkah ini, lambat laun bisa tercipta kesadaran kolektif di masyarakat tentang bahaya merokok.
Para remaja kader anti rokok ini juga melakukan sosialisasi ke orang terdekat mereka di rumah. Mulai dari ayah, paman atau Abang abang mereka yang merokok.
“Mereka bilang begini, bapak harus berhenti merokok karena berbahaya untuk kesehatan. Saya kader anti rokok, selalu melarang orang orang untuk berhenti merokok. Masak, bapak saya sendiri nggak berhenti,” ujarnya mengulang cerita para remaja anti rokok binaannya.
Alhamdulillah, banyak bapak bapak yang berhenti merokok karena malu terus menerus diingatkan anaknya.
Muatan Lokal IKR
Tidak hanya posyandu remaja yang digagas Rio. Ia bersama pihak UPT Puskesmas Pulau Merbau juga menginisiasi pelajaran Ilmu Kesehatan Remaja (IKR) sebagai Muatan Lokal yang diajarkan di sekolah tingkat SMU sederajat yakni MA Hidayatul Mubtadiin Semukut dan MA Hidayatul Rahmah Batang Meranti.
“Ini merupakan satu-satunya muatan lokal di sekolah tingkat SMU sederajat yang berbasis kesehatan tidak hanya di Kabupaten Kepulauan Meranti, bahkan di Provinsi Riau,” ungkapnya.
Mata pelajaran ini merupakan kerja sama lintas sektoral dengan UPTD Pendidikan Kecamatan Pulau Merbau melalui penandatanganan MoU dengan kedua sekolah tersebut.
Rio sendiri yang menjadi gurunya. Ia mengajar sebulan sekali dengan mata pelajaran tadi. Pembelajaran Ilmu Kesehatan Remaja ini menganut sistem Problem Base Learning (PBL) dengan jadwal sebulan sekali pada hari Sabtu di Minggu ke-III setiap bulannya.
Di kelas ini, siswa diharapkan mampu memahami dan mengerti tentang informasi-informasi kesehatan remaja mulai dari bahaya rokok, sex bebas, bahaya narkoba, HIV-AIDS dan masalah lainnya.
Yang membuat mata pelajaran ini berbeda dibandingkan dengan penyuluhan kesehatan remaja lainnya yakni siswa tidak hanya mempelajari materi materi yang diberikan. Tetapi juga mengikuti test diakhir materi. Nilai Mid semester dan Ujian Akhir Sekolah dimasukkan ke dalam rapor sekolah.
Pada kelas pertama Muatan Lokal Ilmu Kesehatan Remaja di MA Hidayatul Rahmah diikuti sebanyak 28 orang siswa.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau Hj Mimi Nazir mengatakan sangat mengapresiasi atas kiprah dokter Rio Herison di Pulau Merbau. Makanya, pihaknya menganugerahi Rio sebagai dokter teladan tingkat Provinsi Riau. Serta mengirimnya untuk tingkat nasional.
“Dokter Rio sudah mengharumkan nama Riau karena masuk 10 besar tingkat nasional,” ujarnya.
Mimi berharap, apa yang dilakukan Rio bisa menjadi inspirasi bagi dokter dokter lainnya tidak hanya di Riau. Tapi juga di berbagai pelosok nusantara. Mengabdikan diri untuk pelayanan kesehatan di mana pun berada.