Dalam rangka percepatan penurunan stunting diperlukan koordinasi dan konvergensi melalui 8 aksi konvergensi dimana salah satu aksi konvergensi stunting adalah aksi 3 rembuk stunting. Masalah stunting bukan hanya masalah tinggi badan saja namun yang lebih buruk adalah dampaknya terhadap kualitas hidup individu disaat dewasa sebagai akibat munculnya penyakit kronis, keterlambatan kecerdasan dan kalah dalam bersaing dengan negara lain.
Pemerintah Kabupaten Bangka berkomitmen untuk melaksanakan percepatan penurunan stunting melalui rembuk stunting, bersama Organisasi Perangkat daerah (OPD), Forum Komunikasi Perangkat Daerah (Forkominda) serta sektor/ lembaga non pemerintah dan masyarakat. Memastikan rencana pelaksanaan rencana kegiatan intervensi pencegahan dan penurunan stunting yang dilakukan bersama sama.
Rembuk stunting tahun 2023 yang dilaksanakan di Manunggal Hotel, Sungailiat Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada hari Senin 10 Juli 2023, dibuka oleh Bupati Bangka H. Mulkan, Wakil Bupati selaku Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Bangka Syahbudin, S.IP, M.Tr.IP juga dihadiri Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Bangka Belitung MHD. Irsal, Kepala Bappeda Prov. Bangka Belitung Fery Insani, Kepala Bappeda Bangka Pan Budi Marwoto, Sekda Bangka Andi Hudirman, Kepala DP2KBP3A Nurita, Kepala Dinas Kesehatan Kab. Bangka Then Suyanti serta perangkat Forkominda, Camat, Kades Desa lokus stunting, Kepala Puskesmas, Direktur RSUD, Ketua PKK, Kader Desa lokus stunting, Petugas Gizi Puskesmas, perwakilan Bank Sumsel Babel, Babel Pos serta dari PT RBT.

Dalam kesempatan ini dilakukan penandatanganan berita acara kesepakatan dan komitmen bersama untuk percepatan penurunan stunting oleh Bupati Bangka, Wakil Bupati Bangka, Sekda Bangka, OPD terkait percepatan penurunan stunting, pihak non pemerintah dari Bank Sumsel Babel, Perwakilan Wartawan, Perguruan Tinggi, GOW, TP PKK serta Camat, Kepala Puskesmas dan Kepala Desa lokus stunting.
Dalam sambutannya Bupati mengatakan di Kabupaten Bangka terdapat 10 desa lokus stunting yang perlu perhatian bersama, 7 desa ada di Kecamatan Mendo Barat yaitu Mendo, Cengkong Abang, Labuh Air Pandan, Kemuja, Petaling Banjar, Penagan dan Kota Kapur, 1 desa di Kecamatan Sungailiat yaitu Desa Rebo, Desa Banyuasin di Kecamatan Riau Silip dan Desa Gunung Muda dari Kecamatan Belinyu.
“Meskipun angka stunting sudah turun namun jangan sampai ada penambahan desa lokus baru dikarenakan layanan belum maksimal”, imbuhnya.
Selanjutnya paparan dari Kepala Bappeda Bangka Pan Budi Marwoto mengatakan prevalensi stunting balita di Kabupaten Bangka yang bersumber pada data elektronik pencatatan pelaporan gizi berbasis masyarakat (ePPGBM) mengalami penurunan signifikan dari 1,68% pada tahun 2021 turun menjadi 1.34% pada tahun 2022. Sedangkan dari data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 prevalensi stunting balita turun dari 17,5% menjadi 16,2% pada tahun 2022 (SSGI, 2022). Karena itu perlu upaya sungguh-sungguh untuk menurunkan kembali angka stunting sesuai target pada tahun 2024 menjadi 14%.
Penyebab stunting lainnya di Kabupaten Bangka adalah tingginya pernikahan anak. Pengaruh sosial ekonomi, media serta kurangnya pengawasan dari keluarga menyebabkan banyak remaja putri menikah muda, padahal remaja masih dalam masa pertumbuhan sehingga apabila hamil akan berisiko melahirkan anak mengalami stunting. Rembuk stunting yang dilakukan secara berjenjang sampai tingkat desa dan kecamatan diharapkan dapat percepat penurunan stunting di Kabupaten Bangka melalui intervensi program/ kegiatan yang dilakukan antar OPD penanggung jawab layanan dan partisipasi masyarakat dalam mewujudkan Kabupaten Bangka Zero Stunting.
