Maraknya berita hoax yang sering beredar di jejaring sosial patut disikapi dengan bijak dan benar.
Sebab masyarakat sebagai pembaca harus dicerdaskan untuk memilih dan menyaring kabar mana yang benar dan mana yang bohong belaka, terutama di bidang kesehatan.
Hal itu yang membuat Kementerian Kesehatan mengumpulkan semua humas Dinas Kesehatan seluruh provinsi di Indonesia untuk turut mengontrol berita hoax di bidang kesehatan.
“Di era perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi saat ini belum sejalan antara pemanfaatan dan pengetahuan masyarakat. Kurang tanggung jawab masyarakat terhadap isi informasi dalam sebuah publikasi berujung pada maraknya hoax,” kata Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan RI Untung Suseno Sutarjo pada Pertemuan Koordinasi Humas Kemenkes dan Dinkes Provinsi, di Swiss Bellin Tunjungan, Kamis (23/3/2017).
Menurutnya saat ini cukup banyak hoax di bidang kesehatan yang marak bermunculan di media konvensional maupun media sosial.
Seperti yang baru saja ramai di Surabaya soal permen dot, lalu obat tertentu yang sudah dapat izin edar namun dikatakan beracun.
“Banyak obat yang sudah berijin edar tiba-tiba dikatakan beracun. Bahkan ada berita bahwa minum air yang banyak itu menyehatkan, padahal ada batasannya sehari dua liter saja,” kata Untung.
Oleh sebab itu ia menegaskan informasi kesehatan yang benar sangat dibutuhkan masyarakat. Keberadaan hoax di bidang kesehatan sangat merugikan.
“Di sinilah pentingnya peran humas yang belum banyak disadari para praktisi humas. Humas harus aktif membantu memerangi hoax di media,” tandasnya.
Menurutnya, semakin cepat hoax dikendalikan, maka hoax tidak akan disebarluaskan.
“Humas harus membuat counter naskah untuk melawan hoax,” kata Untung.
Sementara itu Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini yang juga hadir dalam forum itu mengatakan Kota Surabaya punya cara tersendiri mengatasi hoax.
Menurutnya pemerintah Kota Surabaya memilih memerangi hoax dengan pendekatan dan pencerdasan ke anak-anak.
“Kalau yang dewasa saya kira mereka sudah mengerti, yang masih rawan adalah yang anak-anak. Kita harus menanamkan ke anak-anak untuk tidak sampai percaya dan menyebarkan berita hoax,” kata Risma.
Menurutnya anak-anak Surabaya harus paham bahwa menyebarkan berita bohong ke satu orang saja sudah berdosa apalagi menyebarluaskan ke semua orang secara luas.
Lebih lanjut, ia merasa tidak perlu sampai membentuk tim khusus untuk memarangi hoax.
“Lebih baik langsung person to person. Berdasarkan pengalaman saya itu lebih efektif. Kalau hanya mengandalkan teknologi itu nggak bisa dua arah,” katanya.
Dalam kesempatan itu juga dilakukan penandatanganan nota kesepahamanan deklarasi anti hoax antara kementrian kesehatan dan dinas provinsi yang ada di Indonesia.
Penandatangan itu disertai kesepakatan untuk memberitakan kebenaran di bidang kesehatan.