Membumikan Kesehatan Masyarakat Lewat Aksara

Hari ini kita harus menyadari, bahwa status kesehatan masyarakat (kesmas) Indonesia masih perlu untuk dibenahi. Angka kematian ibu, kematian bayi, dan gizi kurang masih sangat tinggi. Umur harapan hidup masyarakat kita memang meningkat tetapi masih terjadi kesenjangan yang tinggi antar beberapa daerah di Indonesia.

Sekelumit permasalahan kesmas, tidak bisa dilihat secara parsial saja. Kesehatan masyarakat merupakan suatu yang kompleks, yang tidak hanya berbicara tentang bagaimana cara mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan, akan tetapi, juga melibatkan aspek-aspek yang lain, seperti, kondisi ekonomi-politik, sosial-budaya dan pelbagai kebijakan lain yang -baik secara langsung maupun tidak langsung- berdampak bagi kesehatan masyarakat.

Sebagai orang-orang yang terlibat dalam dunia kesmas, baik itu dosen, mahasiswa, praktisi, dll, kita diamanahkan tanggung jawab dalam setiap jengkal permasalahan yang melanda kesehatan masyarakat Indonesia. Usaha tersebut bisa berupa konsep pemikiran kritis atau gagasan praktis tentang solusi yang akan diberikan kepada pokok permasalahan. Selain itu, hal ini juga merupakan tugas moral dan sosial seorang yang terlibat dalam dunia kesmas untuk membantu membumikan kesehatan masyarakat melalui pengetahuan yang dia miliki.

Sampai hari ini, kita juga menyadari bahwa masih minimnya produk intelektual dari mahasiswa, praktisi dan akademisi kesmas dalam merespon permasalahan yang up to date. Semangat literasi (kegemaran membaca, menulis, dan memunculkan inovasi) perlu untuk didukung dan dikembangkan agar serpihan gagasan dan ide bisa menjelma sebuah karya yang menyadarkan dan mencerahkan bagi semua kalangan masyarakat. Hal ini lantas mengharuskan adanya sebuah media yang bisa menampung sekaligus sebagai alat diseminasi semua gagasan pembaharuan tersebut.

Media untuk membumikan kesehatan masyarakat, akan bisa kita hadirkan jika semua orang yang bergelut dalam bidang ini memilki ketertarikan yang baik terhadap aktivitas literasi. Sayangnya, hal inilah yang menjadi masalah. Kita punya banyak pemikir hebat di bidang kesmas, praktisi, ataupun inovator untuk membenahi masalah kesehatan, namun, sangat sedikit jejak intelektual yang bisa kita dapatkan.

Kita bisa melihat beberapa upaya kesehatan masyarakat di Indonesia yang berhasil menekan angka kesakitan dan meningkatan taraf hidup masyarakat. Dan lagi-lagi, kita hanya bisa mendengarnya dari telinga ke telinga, tanpa bisa mempelajari seluk-beluk kegiatan hingga metodenya untuk diterapkan di lingkungan sekitar kita berada. Padahal, seandainya setiap kegiatan tersebut memiliki catatan atau panduan yang gampang dipahami, tak berbelit-belit, dan tak membingungkan, kita bisa mengambil pelajaran dari sana.

Seorang aktivis kesehatan masyarakat, saya kira mesti memiliki keterampilan menulis yang baik. Hal ini penting, agar semua ide atau praktik kesehatan masyarakat bisa dituliskan dan menginspirasi semua kalangan agar bisa hidup sehat. Hari ini, kita sudah sangat gampang mengakses media informasi, baik itu media daring (dalam jaringan) atau luring (luar jaringan), kita harus memanfaatkan kesempatan ini untuk membumikan kesehatan masyarakat baik di Indonesia, maupun di mancanegara.

Aktivisme digital, menurut Mary Joyce dalam bukunya berjudul Digital Activism Decoded: The New Mechanics of Change, adalah meluasnya penggunaan teknologi digital dalam kampanye untuk perubahan sosial dan politik. Dan kita, sebagai aktivis kesehatan masyarakat, harus mampu menjadi pencerah agar bisa meningkatkan kesehatan masyarakat lewat penyebaran informasi di media sosial.

Kita bisa membagikan informasi yang berkaitan dengan usaha meningkatkan kesehatan lewat grup-grup di medsos yang kita punya. Selain itu, kita juga harus mengemasnya dengan kemasan yang populer, kekinian, dan mengikuti selera zaman. Tujuannya, agar informasi kesehatan yang kita sebarkan,gampang membuat orang tertarik untuk membacanya dan terlebih mengamalkannya.

Jika kita perhatikan, begitu banyak informasi di media sosial yang sangat tak berguna, dan bahkan mampu meningkatkan kadar stres. Alih-alih dapat menjadikan kita semakin bahagia, medsos malah menjadi sarang penyakit bagi kesehatan jiwa dan pikiran kita. Oleh karena itu, penting kiranya untuk melakukan counter dan memenuhi informasi di timeline medsos kita dengan kabar gembira dan kampanye hidup sehat yang mampu memberikan diri kita kesehatan yang paripurna.

Membumikan kesehatan masyarakat lewat aksara, saya kira, menjadi tugas baru kita di era informatika. Maka, menulislah.

Yuk Share Postingan Ini:
Mario Hikmat
Mario Hikmat

Mahasiswa Kesehatan Masyarakat
Universitas Hasanuddin Makassar
Menulis puisi dan esai.
Buku terbarunya, Jalan Panjang Tanpa Nama (2017)

Articles: 2

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *