Program pertukaran pelajar atau program exchange kerap dijadikan ajang mengembangkan kemampuan nonakademik bagi mahasiswa. Salah satunya dirasakan oleh mahasiswa S-2 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Nurhasmadiar Nandini.
Ia mengisahkan pengalamanya selama mengikuti program research exchage di Universitas Brunei Darussalam.
Diar -sapaan akrabnya-, mengaku selama proses pertukaran pelajar itu mendapatkan wawasan tentang pelayanan kesehatan di negara tetangga. Selain itu, ia juga mendapatkan pegalaman berkolaborasi dengan peneliti di negeri minyak tersebut untuk menghasilkan publikasi riset di jurnal internasional yang telah memiliki reputasi.
Menurut Diar, program exchange-nya yang terkait keperluan penelitian tersebut bukan hanya menambah kaya wawasan semata, tetapi juga jaringan.
“Keikutsertaan dalam program pertukaran itu tidak hanya berhenti saat penelitian selesai, tetapi juga bisa dikembangkan untuk keperluan membangun networking (jejaring),” ungkap Diar seperti dilansir dari laman Unair, Selasa (23/5/2017).
Selain Diar, ada pula kisah mahasiswa program studi S-1 Manajemen, Evelyn Rahmadanti Darminto yang pernah melakukan hal yang saat program exchange di Negeri Kincir Angin, Belanda. Menurutnya, kegiatan-kegiatan selama mengikuti pertukaran mahasiswa menjadi pengalaman tak ternilai.
Di Belanda, Evelyn mengaku belajar mengaktualisasi diri. Dengan berada di Belanda, ia menjadi berani berinteraksi dengan sesama mahasiswa, dosen, termasuk mengutarakan pendapat di saat kuliah berlangsung.
“Nilai terbesar yang kita dapatkan ketika exchange adalah aktualisasi diri,” ungkap Evelyn peserta Fontys University Exchange Program yang mengaku dulu tak berani tampil.
Selain pengembangan aktualisasi diri, Evelyn mengatakan tinggal di negara orang membuatnya lebih disiplin mengatur waktu. “Selama mengikuti pertukaran, saya lebih menghargai waktu bahwa satu menit bisa mengubah segalanya,” tutupnya.
Sumber news.okezone.com