Pembelajaran Jarak Jauh Diperpanjang, Risiko Cumulative Trauma Disorders Mengancam!

Keluhan yang berkepanjangan dikhawatirkan dapat menyebabkan gangguan pada muskuloskeletal yang disebut Cumulative Trauma Disorders (CTDs).

Kondisi Indonesia hingga saat ini sedang tidak baik-baik saja karena kasus COVID-19 yang masih tergolong tinggi. Hal ini dibuktikan dengan grafik kasus harian terkonfirmasi positif COVID-19 pada halaman Satuan Tugas Penanganan COVID-19 yang masih melebihi angka 5000 kasus setiap harinya. Tingginya kasus tersebut berdampak langsung pada sektor pendidikan yang sampai saat ini masih menggunakan metode daring atau Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Metode pembelajaran tersebut diberlakukan serentak di Indonesia sejak diterbitkannya surat edaran tentang pelaksanaan pendidikan dalam kondisi darurat COVID-19 pada 24 Maret 2020 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim.

Dengan diberlakukannya PJJ bagi seluruh sivitas akademika, intensitas penggunaan perangkat elektronik seperti laptop atau komputer cenderung mengalami peningkatan. Banyak aktivitas yang dilakukan secara virtual atau daring seperti perkuliahan, mengikuti webinar, diskusi bersama dosen, teman dan masih banyak aktivitas lainnya. Namun tanpa disadari, intensitas penggunaan laptop yang tinggi berisiko menyebabkan terjadinya keluhan pada kondisi fisik mahasiswa.

Dibuktikan dengan penelitian salah satu mahasiswa FKM UI yang menjuarai ajang APRU Global Health Student (2020) bahwa dari total responden sebanyak 1.083 orang yang terdiri atas staf pengajar, staf tenaga kependidikan, dan mahasiswa menunjukkan adanya keluhan sakit pada pundak (76,2%), leher (86,4%), dan pada bagian punggung (70-76%). Keluhan yang berkepanjangan dikhawatirkan dapat menyebabkan gangguan pada muskuloskeletal yang disebut Cumulative Trauma Disorders (CTDs).

Penyebab Cumulative Trauma Disorders

Berdasarkan penelitian oleh Iqbal dan Alghadir (2017) pada jurnal Back and Musculoskeletal Rehabilitation bahwa CTD merupakan istilah yang digunakan untuk gangguan pada sistem muskuloskeletal dan syaraf, biasa terjadi pada pekerjaan yang cenderung statis atau tidak banyak bergerak. Dua faktor yang sering dianggap remeh dan tidak disadari dapat menyebabkan seseorang berisiko terkena CTD.

Faktor pertama adalah postur tubuh saat mengoperasikan laptop atau komputer yang pada umumnya dalam posisi duduk. Pada posisi tersebut biasanya kepala kita akan condong ke depan dan leher menunduk. Sehingga mengakibatkan terjadi keluhan pada bagian tubuh seperti leher, bahu dan lengan bawah.

Faktor kedua adalah durasi penggunaan laptop atau komputer yang lama. Berdasarkan petunjuk penggunaan laptop, durasi maksimal mengoperasikan laptop adalah 2 jam. Durasi yang lebih lama dapat menyebabkan kontraksi otot yang berlebihan. Hal ini mengakibatkan suplai oksigen menuju otot menurun,sehingga proses metabolisme karbohidrat dalam tubuh terhambat dan terjadi penimbunan asam laktat yang akan menyebabkan rasa nyeri pada otot.

Pada umumnya, seorang yang terkena CTD akan mengalami keluhan berupa nyeri, mati rasa atau kesemutan, pusing, bahkan bengkak. Gejala tersebut dirasakan pada beberapa bagian tubuh seperti leher, bahu, siku, pinggul, lutut, pergelangan tangan dan punggung. Gejala-gejala tersebut menyebabkan rasa sakit yang berkepanjangan pada tubuh dan dapat mengurangi efisiensi dan produktivitas dalam bekerja.

Metode pembelajaran Hybrid Learning 

Terkait dengan permasalahan tersebut perlu menjadi perhatian bersama agar kita semua terutama seluruh sivitas akademika dapat terhindar dari CTD. Ditambah lagi dengan informasi terbaru dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bahwa metode pembelajaran di Tahun 2021 akan dilaksanakan melalui metode Hibrid Learning.

Metode tersebut merupakan campuran dari pembelajaran jarak jauh (PJJ) dan pembelajaran tatap muka dengan protokol kesehatan yang ketat. Namun institusi atau perguruan tinggi yang akan menyelenggarakan pembelajaran tatap muka harus memenuhi persyaratkan yang tercantum dalam surat edaran tentang Panduan Penyelenggaraan Pendidikan Tahun 2020/2021.

Nizam selaku Direktur Jendral Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan pada saat konferensi pers virtual (2/12) menjelaskan bahwa perguruan tinggi tersebut harus mendapat rekomendasi dari pemerintah kabupaten/kota setempat. Selain itu juga harus membentuk satuan tugas penanganan COVID-19 kampus, dan proses pembelajaran tatap muka terbatas pada perkuliahan, penelitian dan pengabdian masyarakat.

Dari pernyataan di atas, kemungkinan sebagian besar perguruan tinggi di Indonesia masih melaksanakan perkuliahan melalui pembelajaran jarak jauh terutama daerah dengan kasus COVID-19 yang tinggi. Perpanjangan PJJ tersebut akan berdampak pada sivitas akademika karena risiko mengalami CTD semakin besar.

Oleh karena itu, untuk mengurangi risiko tersebut perlu kerja sama antara pihak universitas untuk melakukan edukasi kepada sivitas akademika terkait cara penggunaan laptop atau komputer dengan postur tubuh yang benar saat pembelajaran jarak jauh. Edukasi tersebut dapat dilakukan sebelum kelas atau setiap kegiatan online yang lain dimulai.  

Selain itu, setiap sivitas akademika terutama mahasiswa yang memiliki intensitas penggunaan laptop lebih dari 2 jam dapat melakukan peregangan dengan metode 20-5-20 yaitu 20 menit fokus dengan aktivitas di depan laptop, 5 menit rehat untuk melakukan peregangan atau relaksasi ringan dan jauhkan pandangan dari layer laptop selama 20 detik.

Tips agar dapat melakukan peregangan dengan rutin adalah menggunakan pengingat (reminder) pada laptop atau smartphone. Selain itu ditambah dengan olahraga rutin setiap akhir pekan untuk tetap menjaga badan agar tetap bugar meskipun pembelajaran masih dilakukan dengan metode daring.

Jadi untuk kalian yang masih PJJ, tetaplah jaga kesehatan fisik atau kebugaran tubuh dengan memperhatikan durasi dan postur tubuh yang baik saat bekerja di depan laptop. Sehingga tubuh dapat terhindar dari CTD dan produktivitas juga tetap terjaga.  

Yuk Share Postingan Ini:
Harun Al Rosyid
Harun Al Rosyid

Mahasiswa Kesehatan Masyarakat
FKM Univ. Indonesia

Articles: 2

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *