Masalah kesehatan masyarakat di Indonesia sangatlah komplek. Berbagai bidang kesehatan memiliki permasalahan yang harus diselesaikan dan menjadi prioritas masalah. Saat ini Indonesia fokus pada perbaikan gizi, penurunan angka kematian ibu dan bayi serta perilaku kesehatan melalui program Gerakan Masyarakat Sehat (Germas).
Derajat kesehatan masyarakat menurut teori H.L. Bloom ditentukan oleh 4 aspek yaitu Genetik, Lingkungan, Pelayanan Kesehatan dan Perilaku.
Perilaku jika kita urai dan kaji, merupakan aspek yang dipengaruhi oleh determinan budaya. Dalam konsep budaya menurut Koentjaraningrat, budaya merupakan faktor pembentuk perilaku.
Ada 7 aspek budaya menurut Koentjaraningrat, diantaranya:
- Sistem Kepercayaan
Dalam fakta di lapangannya ini, sistem kepercayaan berkaitan dengan budaya pantangan atau tabu. Indonesia memiliki banyak kebudayaan, sehingga memiliki banyak tabu atau pantangan yang berkaitan dengan kesehatan.
Sebagai contoh pada masyarakat Sunda dan Sulawesi mengenal pantangan bayi dibawa keluar rumah pada usia 0-40 hari, hal ini jelas akan mempengaruhi status kesehatan bayi yang mana pada usia tersebut sudah harus dibawa ke posyandu maupun ke tenaga kesehatan.
- Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan masyarakat akan kesehatan penting dalam pembentukkan perilaku sehat. Dalam konsep promosi kesehatan ada tingkatan mulai dari tahu, mau dan mampu. Tahu, tentunya dipengaruhi oleh pengetahuan, jika pengetahuannya baik maka masyarakat akan tahu kemudian memunculkan kemauan untuk hidup sehat. Jika sudah memiliki kemauan maka selanjutnya akan mencoba untuk mampu hidup sehat.
- Sistem Mata Pencaharian
Sistem mata pencaharian memiliki hubungan dengan kesehatan, aktivitas pekerjaan serta jadwal mereka bekerja memiliki pengaruh terhadap status kesehatan masyarakat. Masyarakat pedalaman yang bermata pencaharian petani pada umumnya mereka berladang dengan cara ladang berpindah, ada jadwal khusus kapan mereka pergi berladang kegunung-gunung dan kapan mereka turun gunung.
Tidak sedikit intervensi kesehatan yang tidak menyentuh langsung ke masyarakat sasaran karena terhambat aktivitas mata pencaharian masyarakat, misalnya rendahnya cakupan D/S karena pada saat posyandu banyak ibu balita yang tidak hadir karena berada di ladang.
- Sistem Organisasi Kemasyarakatan
Organisasi kemasyarakatan merupakan aspek budaya pada masyarakat, di masyarakat yang masih menjunjung tinggi adat dari leluhurnya, keberadaan organisasi masyarakat ini berupa dewan adat. Peran dewan adat sangatlah besar dalam membentuk perilaku masyarakat, adanya peraturan adat yang harus ditaati oleh masyarakat inilah yang membentuk perilaku masyarakat. Intervensi kesehatan harus memanfaatkan peran sistem organisasi kemasyarakatan, guna keberhasilan dari intervensi tersebut.
- Sistem Teknologi dan Peralatan Hidup
Sistem teknologi dan peralatan hidup tidak hanya berbicara pada alat-alat yang digunakan saat bekerja saja atau barang-barang elektronik hiburan masyarakat. Namun tata cara penyimpanan makanan, cara memasak, alat-alat memasak itu pun menjadi bagian penting dan tentunya berkaitan dengan kesehatan.
Jamban yang digunakan oleh masyarakat misalnya apakah sesuai dengan standar kesehatan atau tidak, ini menjadi bagian sistem teknologi dan peralatan hidup yang berkaitan dengan kesehatan. Kalau pada kesehatan ibu dan anak ada kegiatan pertolongan persalinan oleh dukun, alat-alatnya harus menjadi kajian karena berkaitan langsung dengan kesehatan ibu maupun janin. Sehingga intervensi berbasis budaya itu juga memperhatikan interaksi manusia terhadap peralatan/ teknologi.
- Bahasa
Bahasa penting dalam kajian budaya, karena memang bahasa merupakan unsur interaksi manusia dengan sesama manusia. Pembentukan perilaku pun didorong oleh bahasa, penyuluhan kesehatan jika dilakukan dengan bahasa yang tidak dimengerti oleh masyarakat akan sia-sia. Begitu juga dengan media-media promosi kesehatan, akan lebih baik dan mengena terhadap masyarakat sasaran jika menggunakan bahasa yang sesuai dengan masyarakat sasaran.
- Kesenian
Kebanyakaan orang berfikir bahwa kesenian itu hanya musik, seni rupa, tarian dan sebagainya. Namun konsep kesenian sebagai aspek budaya menurut Koentjaraningrat adalah berkaitan dengan keindahan. Hal inilah yang mendasari seseorang membentuk gaya hidup dan menjadi perilaku keseharian. Orang ingin kurus karena mencitrakan tubuhnya supaya terlihat lebih cantik dan indah, sehingga mendororong untuk mengubah pola makan yang belum tentu sesuai dengan prinsip gizi kesehatan.
Dengan demikian ketujuh aspek budaya ini menjadi faktor penting dalam pembentukkan perialku masyarakat. Sehingga mengintervensi kesehatan masyarakat untuk membentuk perilaku hidup sehat harus melalui pendekatan sosial budaya.
Gb.1 Kombinasi Teori H.L Bloom dan Koentjaraningrat
Lalu bagaimana kita memulai intervensi dengan pendekatan budaya
Tentunya perlu perencanaan dengan baik. Sebelum pada tahapan perencanaan memang diperlukan adanya kajian terlebih dahulu, kajian budaya dalam kesehatan biasanya dilakukan studi etnografi kesehatan. Studi ini bersifat kualitatif, dan memerlukan waktu yang lama.
Hasil studi inilah nantinya yang akan menjadi dasar untuk melakukan intervensi dengan pendekatan sosial budaya.
Leave a Reply