Angin berembus sepoi-sepoi. Pepohonan rindang menambah sejuk suasana. Jalan paving selebar 6 meter terlihat sangat rapi, berhiasan bunga dan tanaman di sepanjang jalan. Suasananya terasa indah dan asri.
Itu terlihat di Desa Sambogunung, Kecamatan Dukun. Tidak satu pun sampah yang terlihat berserakan. Setiap rumah ”dijaga” satu tong sampah besar. Jangankan sampah plastik atau kertas, daun pohon yang ”gugur” pun tidak tampak. Lingkungan di sana tampak bersih sekali.
Selain tong sampah, rumah-rumah dilengkapi tempat cuci tangan lengkap dengan sabun dan air yang mengalir. Rata-rata menggunakan ember dan timba yang dimodifikasi untuk tempat air.
Masuk ke RT 1A, RW 1, spanduk besar bertulisan ”Kampung Buah dan Sayur” menyambut. Spanduk itu menggantung di gapura dari bambu. Puluhan buah dan sayur mengelilingi wilayah tersebut. Total, ada 50 jenis buah dan 17 jenis sayur yang ditanam warga.
Berbeda dengan RT 3A, RW 1, kampung itu mempunyai keunggulan lain. Namanya, Kampung ASI. Sebab, kesadaran warga kampung akan pentingnya pemberian ASI eksklusif cukup tinggi. Cakupan ASI eksklusifnya maksimal, 100 persen!
Kepala Desa Sambogunung Mohammad Saiful Bahri menuturkan, warga desa sejatinya mempunyai kebiasaan PHBS sejak lama. Pada 1976 Desa Sambogunung sudah dianugerahi gelar desa sehat oleh Pemkab Gresik. Desa berpopulasi 3.500 jiwa itu ”menyingkirkan” ratusan desa lain yang juga peserta lomba PHBS. Di tingkat nasional, Sambogunung berhadapan dengan 6 kota/kabupaten dari 32 provinsi di Indonesia.
Pada 2012 desa seluas 366,5 hektare tersebut resmi mendeklarasikan diri sebagai kampung bebas buang air besar (BAB) sembarangan atau open defecation free (ODF). Dari situlah, kebiasaan PHBS mulai digencarkan.
Pemerintah desa mulai memberikan perhatian khusus di bidang kesehatan. Mulai kesehatan personal warga sampai lingkungan. ”Pada 2014 mulai digelar lomba tingkat RT,” ungkap Saiful.
Lomba tersebut berlanjut ke tingkat desa, kecamatan, hingga kabupaten. Hingga akhirnya, Desa Sambogunung lolos tingkat Provinsi JawaTimur dan melenggang ke tingkat nasional pada 4 Februari 2017.
April 2017 tim penilai dari pusat berkunjung ke Desa Sambogunung. Kebersihan dan keindahan lingkungan desa membuat tim juri kagum. Hingga akhirnya, desa itu resmi meraih juara dan dinobatkan sebagai desa PHBS tingkat nasional pada Sabtu (15/7).
Saiful menyatakan, tidak mudah mengajak warga menerapkan PHBS. Ada saja warga yang kurang peduli. Ada yang cuek. ”Ada juga yang tidak mau menanam bunga dan pohon di rumah,” jelas lelaki kelahiran 1974 itu.
Meski Saiful menemui kendala, semangatnya pantang surut. Secara perlahan, warganya yang kurang kooperatif didekati. Mulai pendekatan personal hingga kekeluargaan. ”Akhirnya sadar dan mau bersama-sama membangun desa,” katanya
Menurut dia, keberhasilan Desa Sambogunung tidak lepas dari peran semua orang yang terlibat. Mulai masyarakat hingga birokrat. ”Puskesmas dan dinas (kesehatan, Red) intens mendampingi. Itu menjadi motivasi,” tuturnya.
Bupati Gresik Sambari Halim Radianto mengaku bangga dengan Desa Sambogunung. Budaya masyarakat untuk menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan patut mendapat apresiasi. Hal tersebut bisa menjadi contoh desa-desa yang lain untuk mencetak prestasi. ”Harus dipertahankan dan ditingkatkan,” ujarnya. ”Desa yang lain semoga bisa menyusul,” imbuhnya.
Sumber jawapos.com