PR Berat, Angka Kematian Ibu dan Anak di Jember Terburuk di Jawa Timur

Ironisnya, angka kematian ibu itu tempat kematiannya di tahun 2017 dan tahun sebelumnya tertinggi di Rumah Sakit,” beber Bupati Jember dr Hj Faida, MMR

Bupati Jember dr Hj Faida, MMR, tidak hanya memperhatikan nasib relawan, pasien miskin dhuafa, dan tenaga kesehatan yang ada di Jember. Bupati juga menaruh perhatian kepada kesehatan ibu dan anak. Karena menurutnya, angka kematian ibu dan anak di Jember terburuk di Jawa Timur.

Pada tahun 2015, angka kematian ibu meninggal berjumlah 32 orang, dengan angka bayi meninggal sebanyak 229 anak, sedangkan tahun 2016 angka ibu meninggal adalah berjumlah 33 orang, dengan tingkat bayi meninggal masih tinggi di angka 228 anak.

“PR berat itu, kita tentu saja harus dibarengi dengan penataan sumber daya manusia di Rumah Sakit, atau di Puskesmas,” ujar Bupati Jember dr Hj Faida, MMR, di sela menerima dr Kirana, staf Kemenkes RI yang melakukan visitasi dan WKDS ke RSD dr Soebandi, Jumat (26/5/2017) kemarin.

Tahun 2017, angka kematian ibu masih tinggi hingga bulan Mei ini, tetapi angka kematian bayi telah turun. Kalau dilihat dari penelitiannya, trend kematian ibu masih tinggi. Yang mengkhawatirkan itu sekitar bulan Mei, sekitar 7 kasus.

“Ironisnya, angka kematian ibu itu tempat kematiannya di tahun 2017 dan tahun sebelumnya  tertinggi di Rumah Sakit,” beber Bupati disambut gemuruh para nakes yang mendengarkan.

“Jangan buru buru, kita akan lihat penyebabnya.  Jangan – jangan yang lambat Puskesmas. Kalau tiap bulan rata – rata 2 -3 ibu bayi meninggal, dan bayi meninggal 18,” ujar Bupati lagi membeber.

Melihat peta yang ada, dengan jumlah Puskesmas sebanyak 50 unit, Puskesmas dengan perawatan 42 unit, Puskesmas Poned 9 unit, Puskesmas Pembantu 135 unit, Posyandu 2884, Ponkesdes 72, RS Pemerintah  5 unit, RS Swasta ada 7, seharusnya trend kematian ibu di rumah sakit harus turun.

“Lihat table ini. Ada 11 kasus kematian dengan tempat di RS,  di Puskesmas ada dua kasus,  di  BPM ada satu kasus, dalam perjalanan ada satu kasus,” ujar Bupati lagi.

Untuk kematian bayi berdasarkan umur di tahun  2017 , umur 0-7 hari ada 28 anak, umur 8 – 28 hari ada 7 anak, umur 29 hari – 11 bulan ada 8 anak, totalnya 43 kasus. Sedangkan, penyebabnya di usia 0-7 hari  akibat BBLR ada 9 kasus, asfiksia ada 8 kasus, sepsis 1 kasus, kelainan bawaan  3 kasus, ikterus dua kasus, jumlahnya 28 kasus.

Untuk penyebab kematian bayi usia 7 – 28 hari, BBLR  ada 3 kasus, sepsis ada 1 kasus, kelainan bawaan 3 kasus, jumlahnya 7 kasus.  Untuk penyebab kematian bayi usia 29 – 11 bulan dengan sebab sepsis ada 1 kasus, sebab trauma lahir ada satu kasus, diare ada dua kasus,  pnuomenia dua kasus, HIV satu kasus, dan TBC satu kasus, dengan jumlah 8 kasus.

Untuk itu, Bupati Jember dr Hj Faida, MMR, melakukan berbagai upaya ke depan untuk menekan angka kematian tinggi ibu dan anak tersebut. Salah satunya, mereformasi dan melakukan rekrutmen penataan Sumber Daya Manusia (SDM) tenaga kesehatan sesuai kompetensi, sesuai SK, tepat, dan bertanggungjawab.

Sumber portalindonesia.co.id

Yuk Share Postingan Ini:
Kesmas.ID
Kesmas.ID
Articles: 673

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *