Virus Mpox pertama kali teridentifikasi di Kongo Afrika pada 1958 dan ditemukan menginfeksi manusia pada 1971. Penyakit ini bersifat endemik atau hanya ditemukan di wilayah geografis tertentu. Namun, seiring berjalannya waktu penyakit ini semakin menyebar ke luar Afrika.
WHO telah resmi menetapkan kembali Mpox sebagai Public Health Emergency of Internasional Concern pada 14 Agustus 2024. Kasus di Indonesia pertama kali teridentifikasi pada tahun 2022. Peningkatan jumlah terinfeksi yang terkonfirmasi terus meningkat hingga mencapai 88 kasus pada 22 Agustus 2024.
Wabah Mpox menjadi kekhawatiran karena penyebarannya yang cukup cepat di skala internasional. Indonesia termasuk dalam area Asia Tenggara yang masih memiliki tingkat kegawatan rendah, sedangkan Afrika, Mediterania Timur, Amerika Serikat, dan Eropa termasuk dalam wilayah kegawatan moderat.
Belajar dari terjadinya wabah sebelumnya, alangkah baiknya jika dilakukan tindak pencegahan dan penanganan yang tepat untuk menekan angka penyebaran Mpox di Indonesia. Baca uraian dibawah untuk mengetahui definisi, penularan, gejala, dan penanganannya.
Definisi Mpox
Penyakit Mpox disebabkan karena adanya virus Monkeypox yang dapat menyerang hewan maupun manusia. Awalnya penyakit ini menginfeksi hewan kemudian terjadi penularan pada manusia atau yang dapat disebut sebagai penularan zoonosis.
Infeksi ini memiliki beberapa variasi yakni clade Ia, clade Ib, dan clade IIb. Clade Ia terjadi karena penularan zoonosis, sedangkan clade Ib dan IIb sebagian besar terjadi karena kontak seksual. Sebanyak 100% Mpox yang terdiagnosis di Indonesia telah terkonfirmasi termasuk dalam clade IIb.
Penularan Mpox
Penularan Mpox dapat terjadi dari hewan ke manusia maupun manusia ke manusia. Manusia dapat terinfeksi dari hewan karena kontak fisik dengan hewan yang telah terinfeksi. Oleh karena itu, perlu diterapkan perilaku hati-hati terhadap hewan liar, hewan yang sedang sakit, dan bangkai hewan, baik daging maupun darahnya, untuk mencegah penularan.
Penularan dari manusia ke manusia dapat terjadi karena kontak dengan orang terinfeksi. Berikut beberapa cara penularan Mpox dari manusia ke manusia yang dapat digunakan sebagai acuan langkah pencegahan :
- Droplet atau udara napas terlalu dekat (face to face)
- Bersentuhan atau kontak seksual (skin to skin)
- Berciuman atau napas buatan (mouth to mouth)
- Oral sex atau mencium kulit (mouth to skin)
Gejala Mpox
Mengetahui gejala dan diagnosis sedini mungkin adalah salah satu cara penting untuk mencegah terjadinya keparahan infeksi. Fase infeksi dapat dibagi menjadi tahap awal dan lanjut. Tahap awal adalah berlangsungnya infeksi dari hari ke–0 hingga hari ke–5, selebihnya termasuk dalam fase lanjut. Berikut adalah gejala tahap awal infeksi :
- Mengalami demam
- Sakit kepala yang parah
- Limfodenopati (pembengkakan kelenjar getah bening)
- Nyeri punggung
- Mialgia (nyeri otot)
- Astenia (sangat tidak bertenaga)
Gejala lebih lanjut adalah berupa mulai muncul ruam kulit yang biasanya mulai muncul setelah satu hingga 3 hari mengalami demam. Ruam biasanya muncul pada muka ektremitis atau anggota gerak tubuh seperti tangan dan kaki. Seiring dengan meningkatnya infeksi, ruam dapat berkembang menjadi benjolan (lesi) hingga benjolan berisi nanah (pustula).
Penanganan Mpox
Penanganan paling tepat yang dapat dilakukan oleh masyarakat umum adalah deteksi dini dengan mengenali gejala yang dialami dan memeriksakannya. Ketika pemeriksaan telah dilakukan dan diagnosa ditegakkan, penderita infeksi Mpox akan dirawat dengan pengawasan khusus untuk mencegah penularan.
Biasanya masa pemulihan membutuhkan waktu sekitar 2–4 minggu. Penanganan segera, pengobatan yang memadai, pencegahan infeksi tambahan, dan penjagaan asupan gizi yang baik akan memberikan pengaruh besar dalam proses penyembuhan. Vaksinasi sendiri memang sudah dapat dilakukan, tetapi tersedia dalam jumlah yang sangat sedikit di skala internasional.
Uraian informasi diatas setidaknya harus deketahui sebagai pengetahuan dasar untuk melakukan pencegahan dan penekanan penyebaran Virus Mpox lebih jauh. Pengetahuan tingkat individu akan membentuk iklim kepedulian yang lebih baik. Dengan demikian, akan terbentuk ketahanan komunitas untuk mencapai kesehatan masyarakat.
Referensi :
Adnyana, I.M.D.M., Eljatin, D.S., Maulana, S., Ibrahim, K., Umar, T.P., Armini, L.N. and da Cruz, Z.V., 2024. Mpox, HIV Infection, and Genital Skin Disease: Triple Burden, Threats and Challenges from an Epidemiological Perspective. SVĀSTHYA: Trends in General Medicine and Public Health, 1(1), pp.e1-e1.
Patel, M., Adnan, M., Aldarhami, A., Bazaid, A.S., Saeedi, N.H., Alkayyal, A.A., Saleh, F.M., Awadh, I.B., Saeed, A. and Alshaghdali, K., (2023). Current insights into diagnosis, prevention strategies, treatment, therapeutic targets, and challenges of monkeypox (Mpox) infections in human populations. Life, 13(1), p.249.
World Health Organization, 2023, Mpox (monkeypox), World Health Organization, dilihat 25 Agustus 2024
Kementeian Kesehatan RI, 2024, Frequently Asked Questions (FAQ) Mpox, Infeksi Emerging, dilihat pada 25 Agustus 2024
Artikel Edukasi Mpox ini telah direview oleh :
Adam Akbar Maulana, S.K.M
Staf Promkes Puskesmas Sariwangi
Puskesmas Sariwangi
Jl. KH. Muhammad Syabandi No.235, Kec. Sariwangi, Kab. Tasikmalaya
WA 082218632440