24 Agustus-01 September 2018. Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Muhammadiyah Jakarta bekerja sama dengan Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta mengirimkan mahasiswa sebagai relawan Tim Siaga Bencana ke Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Sebanyak 6 mahasiswa dari FKM UMJ dan 5 mahasiswa FIKES UIN Jakarta di dampingi oleh 3 Dosen yaitu Nurfadhilah, Muhammad Ainul Ma’ruf dan Waras Budi Utomo. Seluruh kegiatan relawan difasilitasi oleh Bapelkes Mataram yang juga berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan NTB.
Berdasarkan keputusan Dinas Kesehatan, kami ditempatkan di tiga Puskesmas yang berbeda dengan sistem pembagian tim yang terdiri dari 4 atau 3 orang untuk membantu kegiatan Puskesmas yang semakin meningkat sesudah terjadinya gempa dahsyat 7 SR dan tenaga Puskesmas merasa kelelahan menangani pasien yang lebih banyak 2 kali lipat dari biasanya.
Penempatan relawan dimulai dari tanggal 26 Agustus 2018 dan Puskesmas yang mendapatkan bantuan adalah Puskesmas Penimbung, Puskesmas Gunung Sari dan Puskesmas Meninting di Lombok Barat. Ketiga Puskesmas tersebut mengalami dampak dari gempa yang terjadi seperti pada pola pelayanan yang dulu dilakukan didalam ruangan dan sekarang dilakukan di halaman Puskesmas karena ditakutkan masih ada gempa susulan yang dapat menambah korban, namun kebersihan peralatan medis tetap menjadi perhatian utama tenaga kesehatan walaupun dalam lingkungan yang tidak mendukung sekalipun.
Relawan Tim Siaga Bencana FKM UMJ dan FIKES UIN Jakarta juga membawa bantuan berupa alat-alat keperluan sekolah (buku bacaan, buku menggambar, pensil, pulpen, buku tulis, pensil warna, penghapus, dll), kurma, baju dan uang tunai.
Kemudian selama tiga hari penempatan relawan di Puskesmas, mereka sudah dapatmembantu dalam hal pendataan MCK di posko-posko pengungsian yang datanya dapat diolah sebagai tindak lanjut dari pelayanan kesehatan yang akan diberikan oleh tenaga kesehatan yang berada di Puskesmas.
Pendataan bukan hanya terkait dengan MCK, tetapi juga jumlah ibu hamil, bayi balita dan kepala keluarga disetiap posko, sehingga mempermudah tenaga kesehatan melakukan pemantauan dan kontrol terhadap kondisi ibu hamil atau bayi dan balita yang membutuhkan perhatian lebih lanjut.
Melakukan survailens faktor risiko yang dilakukan terhadap kondisi lingkungan di sekitar lokasi bencana atau lokasi penampungan pengungsi. Kemudian mereka juga melakukanMass Blood Survey (MBS) di daerah Malake, Sampenan dan BatuKemali. Fungsi MBS untuk memutus mata rantai penularan malaria. MBS sangat penting guna memberikan indikasi yang jelas dalam pemberantasan malaria agar bisa ditemukan dan diobati sedini mungkin.
Kegiatan relawan bukan hanya fokus pada pendataansemata, tapi juga Psychosocial Support(PSS) program terutama pada anak-anak yang terkena dampak trauma dari gempa tersebut. Selain itu terdapat kegiatan kelas bersama, kemudian melakukan permainan yang sebelumnya anak-anak mainkan, mengingat mereka masih sangat takut sehingga untuk bermain atau pun keluar dari tenda sering masih merasa takut sehingga anak-anak membutuhkan hiburan untuk melupakan kejadian gempa yang pernah mereka alami, walaupun tidak permanen namun setidaknya bisa membuat mereka tersenyum dan berkumpul bersama dengan sesama pengungsi sehabis magrib untuk melakukan kegiatan diskusi, mengaji bersama dan kegiatan silaturrahim lainnya.
Program ini berdampak jangka panjang. Bagaimana caranya kita bisa membangkitkan kembali aktivitas yang biasa dilakukan sebelumnya dan membantu korban pulih dari trauma. Karena relawan tidak akan selamanya berada disana. Yang relawan lakukan adalah berbagi, memberikan contoh sehingga mereka yang akan melanjutkan dan menebarkan semangat bermanfaat. Jadi proses pemulihan itu sendiri akan terus berkelanjutan sehingga bisa lebih cepat pulih dari trauma.
Kegiatan lainnya yang dilakukan juga yaitu dengan pengenalan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan metode bermain. Kegiatannya seperti dalam mencuci tangan dan kapan saja waktu yang tepat untuk mencuci tangan, melakukan pengendalian sampah agar kondisi pengungsian selalu bersih untuk mencegah timbulnya penyakit.
Selama 8 hari relawan telah ditugaskan di tiga Puskesmas dan sudah waktunya untuk kembali ke Jakarta. Khairunnaas ‘anfauhum linnaas – sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. One simple intervention can tackle multiple societal challenges. Mereka yang bukan siapa-siapa selalu punya kesempatan untuk menjadi manusia yang berharga. Berharga, karena tak ternilai, tak ternilai karena memberi nilai-nilai tanpa meminta dinilai. Relawan adalah pemberi berbagai warna sembari merajut sejuta asa bagi manusia-manusia lainnya.