Setiap lima tahun sekali, Badan Litbangkes melakukan survei untuk mengevaluasi status gizi balita secara nasional. Survei nasional terkait evaluasi status gizi yang terakhir dilaksanakan yaitu Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) pada tahun 2018 yang menggunakan metode pengukuran antropometri berat dan tinggi badan. Riskesdas dilaksanakan setiap lima tahun sekali, sedangkan pemerintah memerlukan monitoring dan evaluasi status gizi stunting balita setiap bulan berdasarkan indikator output intervensi gizi spesifik dan sensitif tiap kabupaten/kota. Oleh karena itu, sejak tahun 2019–2024 dilaksanakan SSGI (Survei Status Gizi Indonesia) untuk mengukur status gizi balita.
SSGI merupakan suatu survei nasional yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk mengukur status gizi balita di seluruh wilayah negara yang dilaksanakan setiap lima tahun sekali oleh Badan Litbangkes. SSGI bertujuan untuk mengetahui status gizi balita, seperti stunting, underweight, dan overweight; mengukur indikator sasaran intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif; dan memperoleh informasi mengenai capaian indikator intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif.
Data yang diperoleh melalui SSGI nantinya digunakan untuk melakukan perencanaan program pencegahan stunting di tingkat desa. SSGI menjadi hal yang sangat penting untuk memastikan bahwa seluruh anak mendapatkan nutrisi yang cukup untuk pertumbuhan dan perkembangannya secara optimal.
Salah satu tujuan dari SSGI adalah untuk mengukur indikator sasaran intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif. Intervensi gizi spesifik merupakan intervensi yang ditujukan pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) yang berkontribusi sebanyak 30% pada penurunan stunting. Kegiatan intervensi gizi spesifik umumnya dilakukan pada sektor kesehatan dengan sasaran ibu hamil, ibu menyusui dan anak usia 0–6 bulan, serta ibu menyusui dan anak usia 7–23 bulan.
Intervensi gizi sensitif dilakukan melalui kegiatan pembangunan di luar sektor kesehatan dan berkontribusi sebanyak 70% dalam intervensi stunting. Sasaran dan intervensi gizi sensitif adalah masyarakat secara umum. Beberapa kegiatan intervensi gizi sensitif di antaranya yaitu menyediakan dan memastikan akses bersih dan sanitasi, menyediakan aksis layanan KB (Keluarga Berencana), menyediakan JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) dan Jampersal (Jaminan Persalinan Universal), memberikan pendidikan pengasuhan orang tua dan pendidikan gizi masyarakat. Serta meningkatkan ketahanan pangan dan gizi.
Beberapa manfaat yang didapatkan dari dilaksanakannya SSGI antara lain terpantaunya perkembangan status gizi balita yang hasilnya dapat dijadikan sebagai landasan untuk pengambilan kebijakan kesehatan yang tepat oleh pemangku kebijakan. Sehingga akhirnya seluruh balita mendapatkan nutrisi yang cukup untuk tumbuh dan berkembang secara optimal.
Pentingnya SSGI bagi kesehatan masyarakat sebagai bentuk pemantauan status gizi balita untuk selanjutnya dilakukan penetapan kebijakan kesehatan untuk mengatasi permasalahan status gizi balita. Semakin baik status gizi balita dan menurunnya status gizi stunting dapat menjadi indikator kesehatan suatu masyarakat. Dengan rendahnya angka stunting pada suatu daerah, dapat menggambarkan bahwa masyarakat pada daerah tersebut memiliki kesehatan yang baik, karena balita dengan riwayat status gizi stunting memiliki imunitas yang rendah sehingga mudah terkena infeksi.
Artikel ini telah direview oleh:
Ari Sriyanti, S.KM.
Petugas Promkes UPTD Puskesmas Culamega Tasikmalaya
UPTD Puskesmas Culamega Tasikmalaya
Jl. Gubernur Sewaka No. 2, Desa Cintabodas, Kecamatan Culamega, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. 46188
02657584