Suku Korowai darurat kesehatan. Begitu dikatakan sejumlah mahasiswa asli suku Korowai yang sedang menempuh pendidikan di Kota Jayapura.
Mereka menyatakan hal itu terkait tidak adanya fasilitas kesehatan sehingga angka kematian tinggi.
Bendahara Umum Komunitas Pelajar, Mahasiswa Yahukimo (KPMY) Bekinus Yandom yang bertandang ke Redaksi Jubi, Selasa (14/3/2017) malam mengatakan, sangat prihatin dengan kondisi kesehatan di daerahnya.
“Saya meminta kepada Dinas Kesehatan Provinsi Papua segera membentuk tim untuk turun memberikan pelayanan kesehatan di sana, karena kami mendapat kabar masyarakat di sana banyak yang meninggal dunia akibat tidak mendapatkan pelayanan kesehatan,” katanya.
Yando berharap empat kabupaten yang berbatasan langsung dengan wilayah Korowai, seperti Kabupaten Asmat, Boven Digoel, Yahukimo, dan Pengunungan Bintang untuk tidak menutup mata terhadap masyarakat di Korowai.
“Kalau pemilihan legislatif atau pilkada saja empat kabupaten tersebut berlomba-lomba untuk mendapatkan suara di sana, tetapi kalau masalah kemanusiaan seperti layanan kesehatan, suku Korowai seperti diabaikan,” ujarnya.
Anggota KPMY, Atius Unip mengaku belum pernah mendengar Satgas Kaki Telanjang yang merupakan program Dinas Kesehatan Papua untuk pelayanan kesehatan ke wilayah-wilayah terpencil di Papua Provinsi Papua melakukan pelayanan kesehatan kepada suku Korowai.
“Seandainya ada kenapa sampai masyarakat masih mengeluh tidak ada pelayanan kesehatan?” ujarnya.
Menurutnya, Puskesmas Pembantu ada di sana, namun tidak ada petugas medisnya. Sedangkan puskesmas dan rumah sakit cukup jauh dengan jarak tempuh 200-300-an km dengan akses jalan terbatas.
Sebelumnya, Kepala Dinkes Provinsi Papua Aloysius Giyai mengatakan, melalui Satgas Kaki Telanjang dan Terapung 2018, layanan derajat kesehatan bakal meningkat di Provinsi Papua.
“Karena sudah tersentuh layanan kesehatan, terutama kampung yang mendapat rapor merah dari kinerja 12 Satgas Kaki Telanjang dan Terapung tim pertama 2015,” ujarnya.