Posyandu Anak Sekolah membuat anak kelas V SD dapat menyelamatkan keluarga dan masyarakat di lingkungannya. Program Posyandu Anak Sekolah (PPAS) adalah program promosi kesehatan berbasis masyarakat di Sekolah Dasar di Timika.
Berawal dari pemikiran bahwa anak kecil dapat menyelamatkan ibu dan adiknya yang masih balita, jika diberikan pengetahuan dasar tentang penyakit-penyakit utama yang sering menyerang masyarakat, serta pengetahuan tentang gizi dan hidup sehat.
Dalam keterangan pers yang diterima Jumat (5/5/2017) disebutkan, Program Posyandu Anak Sekolah (PPAS) berdiri di tahun 1999, dengan melibatkan kemitraan Freeport Indonesia, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Kesehatan, dan PKK Kabupaten Timika.
Kemitraan ini dimotori oleh Freeport Indonesia, yang melihat fakta rendahnya kesadaran masyarakat untuk cek kesehatan, serta tingginya angka penderita penyakit yang umumnya bisa disembuhkan di Posyandu asal rajin cek ke fasilitas kesehatan.
Program inovatif ini berupa kurikulum pengajaran kesehatan dasar (Posyandu, informasi penyakit, cara penularan dan pencegahnnya) kepada anak kelas V SD melalui muatan lokal pendidikan jasmani dan kesehatan.
Dengan metode yang menyenangkan melalui gambar, sandiwara, lagu, survey mini, serta permainan, anak-anak SD mudah menyerap informasi tersebut sehingga mampu menjadi ‘kader kesehatan cilik’ di dalam keluarga dan lingkungan rumahnya.
Salah satunya adalah survey mini. Siswa harus bisa penyuluhan kesehatan serta membawa dan memonitor ibu (beserta bayi/balitanya) untuk cek kesehatan di posyandu secara rutin. Tanggung jawab inilah yang membuat para siswa ini menjadi antusias karena mempengaruhi nilai mata pelajaran muatan lokal.
Secara rutin Freeport bekerjasama dengan Dinkes dan Dinas Dikbud menyelenggarakan cerdas cermat PPAS untuk menstimulan semangat dan pengetahuan siswa dalam belajar, dan mendorong partisipasi aktif dari sekolah untuk mengukir prestasi siswanya. Manfaat langsung yang dirasa oleh kader cilik ini, mereka menjadi paham hidup sehat untuk dirinya, keluarga, dan lingkungan sekitarnya.
Berkat kader-kader cilik ini, kualitas kesehatan masyarakat terutama ibu, bayi dan balita mulai meningkat karena mereka rajin periksa kesehatan di posyandu maupun fasilitas kesehatan terdekat. Dan yang paling utama adalah perubahan perilaku untuk hidup sehat.
“Banyak sisi positif dari PPAS ini, siswa menjadi percaya diri mengemukakan pendapat di depan orang lain serta adanya perubahan perilaku. Beberapa muridnya tadinya jarang ke sekolah, namun berubah menjadi rajin karena tanggung jawab mereka terhadap survey mini PPAS, dan perilaku hidup sehat sejak dini,” ungkap Philippus Maybubun, Guru Kelas V SD Inpres Timika 1, yang telah menjadi Kepala Sekolah SD Inpres Pomako.
Dengan bangga Philippus menambahkan PPAS ini menginspirasi siswa sehingga ada siswa yang sudah menjadi perawat, apoteker, mantri kesehatan bahkan dokter baik di Timika dan Jayapura.
Maria Rafra, seorang dokter lulusan Universitas Hasanuddin, Makasar, memilih mengabdikan ilmunya di Puskesmas Wania, Kampung Kamoro Jaya. Ia adalah salah satu kader cilik pertama yang merasakan manfaat dari keberadaan PPAS.
“Apa yang sudah saya pelajari dulu sewaktu menjadi kader cilik di tahun 1999 masih terngiang-ngiang hingga sekarang. Pelajaran tersebut membuat saya mencintai dunia kesehatan, akhirnya ketika di bangku SMP saya harus giat belajar agar bisa menjadi dokter. Banyak manfaat yang saya dapat, baik bagi diri saya maupun keluarga saya sendiri,” ujar Maria.
Sedangkan Fransiskus Putranto, rekan satu tim Maria ketika ikut cerdas cermat PPAS di bangku SD, juga terjun ke dunia medis. Fransiskus memilih menjadi seorang apoteker di RS Mitra Masyarakat (RSMM). Rumah sakit yang didirikan dan didanai oleh dana kemitraan PT Freeport Indonesia.
PPAS menginspirasi Maria untuk berbuat hal yang sama buat masyarakat dan menanamkan hidup sehat sejak dini. Ia ikut menerapkan penyuluhan kesehatan lewat sekolah dan mulai menginisasi dokter cilik seperti layaknya ia dulu ketika duduk di bangku SD.
Philippus dan Maria berharap program seperti ini terus berlangsung dan akan lahir kader-kader kesehatan yang mumpuni sejak dini sehingga kesadaran untuk hidup sehat di masyarakat bisa tumbuh saat masih anak-anak.