Puskesmas Poto Tano terletak di Desa Tambak Sari, Kecamatan Poto Tano yang berada di bagian paling barat Kabupaten Sumbawa Barat. Kecamatan Poto Tano merupakan pintu gerbang Pulau Sumbawa sehingga sering disebut sebagai lawang desa. Wilayah UPTD Puskesmas Poto Tano mencakup seluruh desa yang ada di Kecamatan Poto Tano.
Secara topografi, wilayah Kecamatan Poto Tano berada pada daerah daratan, pegunungan dan pesisir pantai. Wilayah Kecamatan Poto Tano terdiri dari delapan desa, lima desa tergolong Desa Biasa (Desa Poto Tano, Desa Kokarlian, Desa Tambak Sari, Desa Senayan, Desa Tebo), dua desa tergolong Desa Terpencil (Desa Tuananga dan Desa Kiantar) serta satu desa tergolong Desa Sangat Terpencil (Desa Mantar).
Desa yang berada di daerah pesisir pantai adalah Desa Poto Tano, Desa Tambak Sari, Desa Kokarlian, Desa Tuananga dan Desa Kiantar. Desa yang berada di pegunungan adalah Desa Mantar. Sedangkan Desa Senayan dan Desa Tebo adalah desa yang dikelilingi oleh pegunungan. (Plan of Action Pencerah Nusantara Penempatan Sumbawa Barat, 2016).
Gambar 1.1 Peta Wilayah KerjaPuskesmasPotoTano
(Sumber : ProfilPuskesmasPotoTano)
Berbicara tentang status kesehatan masyarakat, di Poto Tano masih ada permasalahan-permasalahan yang menjadi prioritas penyelesaian, diantaranya terkait masalah gizi. Wilayah Kecamatan Poto Tano memiliki angka kasus gizi tertinggi di Kabupaten Sumbawa Barat.
Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Masyarakat yang dilakukan oleh Tim Pencerah Nusantara pada tahun 2016 menemukan kasus gizi kurang sebesar 19,3 % dan 2 kasus gizi buruk. Fakta tersebut menunjukkan bahwa 1 dari 10 balita mengalami gizi kurang.
Dari Laporan Tahunan Program Gizi Puskesmas Poto Tano Tahun 2017 menyebutkan beberapa capaian gizi masih di bawah target, diantaranya: partisipasi masyarakat dalam kegiatan posyandu kurang, angka kenaikan bayi yang ditimbang masih rendah, dan angka Bawah Garis Merah (BGM) sebanyak 3,7 %.
Pada Tahun 2017 sudah tidak ditemukan kasus gizi buruk. Meskipun demikian di wilayah Poto Tano memiliki berbagai macam masalah gizi pada bayi dan balita mulai dari berat bayi lahir rendah (bblr), pendek (stunting), kurus (wasting), dan gizi kurang.
Masalah gizi di wilayah Poto Tano dipengaruhi oleh berbagai macam faktor mulai dari kurangnya pemahaman keluarga dan masyarakat, partisipasi dalam kegiatan posyandu masih rendah, adanya pantangan makan (food taboo) di lingkungan masyarakat bagi ibu hamil dan bayi balita, serta lemahnya kerjasama lintas sektor.
Kondisi ini memotivasi Petugas Gizi Puskesmas Poto Tano beserta Tim Pencerah Nusantara penempatan Sumbawa Barat untuk berupaya bersama dalam menekan masalah-masalah gizi di Poto Tano. Inovasi-inovasi yang datang ini tergabung dalam susunan program Revitalisasi Posyandu dan Kelorisasi yang terdiri dari berbagai macam kegiatan diantaranya ialah evaluasi posyandu, inovasi posyandu, kelas gizi inovatif, home visit, konseling gizi, peningkatan kapasitas kader, pemanfaatan pangan lokal (kelor) sebagai alternatif PMT, dan peningkatan kerjasama lintas sektor.
Wanita Tangguh Pejuang Gizi
Laili Yuli Asri, AMG merupakan Petugas Gizi di Puskesmas Poto Tano. Beliau lahir di Malang 32 tahun yang lalu. Wanita ini mendedikasikan dirinya secara optimal dalam mengatasi permasalahan gizi di wilayahPoto Tano. Menjadi satu-satunya Petugas Gizi di Puskesmas PotoTano yang memiliki wilayah kerja 8 desa dengan akses yang cukup sulit, tidak sedikit pun mengurangi semangatnya dalam mengunjungi masyarakat terutama pada keluarga yang memiliki bayi/ balita dengan gizi kurang.
Ibu 2 anak ini selalu terbuka untuk berdiskusi dan sangat inovatif. Tim Pencerah Nusantara Penempatan Sumbawa Barat lebih tepatnya Puskesmas Poto Tano memiliki salah satu program terkait gizi yang bekerjasama secara aktif dengan Petugas Gizi Puskesmas.
Sebagai salah satu Tim Pencerah Nusantara (PN) sekaligus Tenaga Kesehatan Masyarakat, saya sangat sering berdiskusi dengan Kakak Laili sapaan akrab saya kepada Petugas Gizi ini, baik terkait program PN maupun Program Gizi Puskesmas. Diskusi yang berlangsung dengan Kakak Laili selalu menyenangkan dan menghasilkan banyak masukan. Meskipun bukan masyarakat asli tanah Sumbawa, namun 10 tahun pengalaman berkarya di Puskesmas Poto Tano menjadikan Kakak Laili memiliki pandangan yang cukup luas terkait kondisi masyarakat PotoTano.
Kakak Laili juga tidak memiliki rasa malas sekalipun harus melakukan home visit di luar jam kerja. Setiap harinya Kakak Laili selalu datang ke Puskesmas tepat waktu. Di Puskesmas ia juga merupakan penanggung jawab konseling terpadu dan pelaksana gizi di rawat inap dan UGD.
Meskipun demikian ia tidak pernah melewatkan kegiatan posyandu, karena menurutnya di posyandu ia dapat berinteraksi langsung dengan banyak ibu bayi/ balita, minimal ada satu atau dua informasi yang ia sampaikan kepada ibu-ibu yang menimbangkan bayinya.
Di posyandu pula ia dapat melakukan up grading kader tanpa harus menunggu kegiatan formal. Ia dapat membantu peningkatan pemahaman kader misalnya ketrampilan pengisian KMS dan konseling PMBA. Kegiatan home visit sering kali ia lakukan di luar jam kerja, baik sore hari setelah pulang kantor maupun di hari libur, baginya kalau hanya berpatok pada jam kerja, mungkin banyak kasus gizi yang tidak tertangani apalagi pelacakan kasus gizi.
Gambar 2.1 Kunjungan ke rumah keluarga bayi dengan masalah gizi
Kelas gizi baru mulai dijalankan sekitar awal tahun 2017 bersama Tim Pencerah Nusantara. Dalam pelaksanaannya, kembali Kakak Laili menunjukkan niat tulusnya dalam upaya mengatasi masalah gizi. Kelas gizi selalu ia jalankan 3 hari berurutan di setiap desanya dengan berbagai materi integrasi dan praktik pemberian makanan.
Selain bergandengan dengan Tim Pencerah Nusantara, kegiatan kelas gizi melibatkan berbagai macam program di Puskesmas baik imunisasi, SDIDTK, serta diare. Kegiatan di kelas gizi terdiri dari pengukuran, penyampaian materi, praktik PMBA, dan praktik pembuatan MODISCO (campuran minyak, susu, dan gula).
Gambar 2.2 Pelaksanaan Kelas Gizi
Kakak Laili termasuk salah satu tenaga kesehatan yang aktif melakukan koordinasi tingkat desa maupun kecamatan. Beliau sangat mengerti pentingnya peranan lintas sektor dalam peningkatan status gizi masyarakat.
Tak jarang beliau mengunjungi seluruh kepala desa untuk berdiskusi terkait masalah gizi di desa tersebut. Beliau juga telah melakukan beberapa kali pertemuan lintas sektor yang khusus untuk membahas masalah gizi.
Saat ini telah ada kerjasama antara Puskesmas dan Desa serta Kecamatan terkait tentang penanganan kasus gizi dengan memberikan anggaran dana desa untuk Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pemulihan pada bayi/ balita gizi kurang.
Tidak terhenti pada kegiatan-kegiatan edukatif, Kakak Laili bersama TimPencerah Nusantara juga menginovasikan salah satu pangan lokal daerah yang jumlahnya sangat melimpah dan bernilai gizi tinggi untuk menjadi salah satu makanan pendamping bagi balita di Poto Tano yaitu kelor.
Kelor yang biasa tumbuh di sepanjang jalan Poto Tano dan biasa dikonsumsi sebagai sayur bening oleh masyarakat, kini telah dikembangkan menjadi salah satu bahan cemilan dan makanan sehat untuk balita.
Berbagai menu makanan kreatif telah diuji coba dan dikampanyekan kepada masyarakat diantaranya ialah pudding kelor, greenish (brownies kelor), miekelor, bakso kelor, sempolan kelor, donat kelor, dan banyak lagi ragam makanan berbahan kelor. Berawal dari inovasi ini, pemanfaatan kelor telah diangkat sebagai program Kabupaten Sumbawa Barat.
Dinas Kesehatan yang tertarik dengan inovasi ini mencoba mereplikasi sebagai program gizi daerah. Selain itu, BAPPEDA menginisiasi untuk mengangkat inovasi ini ke dalam Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi (RADPG) yang berkolaborasi dengan beberapa jajaran pemerintah daerah diantaranya DinasKesehatan, Dinas Ketahanan Pangan, Dinas Perindustriandan Koperasi, serta Penggerak PKK Kabupaten untuk optimalisasi pemanfaatan pangan lokal khusunya kelor dan mendeklarasikan Kabupaten Sumbawa Barat sebagai kabupaten kelor.
Gambar 2.3 Praktikpengolahankelorsebagaimakanankreatif
Sinergi Bersama Tim Pencerah Nusantara
Pencerah Nusantara memiliki waktu penerjunan selama 3 tahun dan berupaya untuk menjadikan inovasi-inovasi yang telah dikembangkan dapat berkelanjutan.
Saat ini merupakan tahun terakhir penempatan Pencerah Nusantara di Sumbawa Barat. Mengingat pentingnya peranan aktor lokal dalam kelanjutan program sehingga Tim Pencerah Nusantara harus tetap melakukan kolaborasi secara aktif. Dengan adanya sosok Petugas Gizi dengan potensi yang besar dan dukungan-dukungan sektor yang sudah mulai terjalin, Tim Pencerah Nusantara harus terus menjaga bahkan meningkatkan ritme tersebut sampai masa penugasan berakhir.
Semoga dengan potensi dan inovasi tersebut dapat meningkatkan status kesehatan khususnya masalah gizi di PotoTano, dan wilayah Poto Tano tidak lagi menjadi peringkat pertama untuk masalah gizi di Kabupaten Sumbawa Barat serta kegiatan-kegiatan yang sudah berjalan untuk lebih bisa dikembangkan.
Sebagai Tim Pencerah Nusantara Sumbawa Barat Batch V kami menyampaikan rasa bangga kepada Kakak Laili yang telah sangat bekerja keras dan semoga semangatnya untuk mengentaskan masalah gizi senantiasa berkobar tanpa pernah padam.
Penulis:
Ririh Citra Kumalasari
Pencerah Nusantara Sumbawa Barat Batch V