Waspada Gangguan Kesehatan Mental : Awas! Jangan Self Diagnosis

Gangguan kesehatan mental semakin marak diperbincangkan, seolah-olah menjadi sesuatu yang sedang trend saat ini. Muncul banyak sekali konten-konten mengenai gangguan kesehatan mental, baik dari pasien, influencer, maupun dari para psikolog dan dokter jiwa. Konten yang beredar rata-rata mengenai edukasi agar masyarakat lebih waspada, dan juga mengenai pengalaman sebagai pasien. 

Sayangnya, fenomena ini tidak hanya menjadikan masyarakat lebih waspada, namun juga berpotensi  menjadikan masyarakat melakukan self-diagnosis. Misalnya informasi mengenai ciri-ciri gangguan mental, masyarakat akan menilai sendiri apakah ciri-ciri yang dipaparkan sesuai dengan keadaannya. Masyarakat yang mulai waspada, sebaiknya segera berkonsultasi dengan psikolog maupun dokter jiwa. Agar hasil diagnosis tepat, sehingga penanganan bisa sesuai dengan diagnosis. 

Pentingnya Kesehatan Mental

Kesehatan mental berkaitan dengan kondisi emosi, kejiwaan dan psikis. Seseorang dikatakan memiliki kondisi mental yang sehat, jika ia sehat seutuhnya secara fisik, rohani dan sosial. Hal ini dapat tercermin dari berbagai hal, seperti kemampuan mengelola emosi, pengambilan keputusan, serta hubungan baik dengan orang lain. Mudah merasa  tenang, tentram dan bersemangat, sehingga memungkinkan untuk dapat menikmati kehidupan.

Sebaliknya, kondisi mental yang tidak stabil dapat mengganggu aktivitas sehari-hari bahkan bisa mempengaruhi kesehatan fisik. Emosi yang tidak stabil, minim rasa semangat, sulitnya menjalin hubungan dengan orang lain, bisa menjadi gejala terganggunya kesehatan mental. Akibatnya, produktivitas dapat terganggu dan sulit untuk mengembangkan potensi diri. 

Mental yang tidak sehat juga berpengaruh besar terhadap kesehatan fisik.  Banyak penelitian yang menunjukkan adanya kaitan antara masalah mental dengan penyakit GERD, gangguan hormonal, sakit kepala, bahkan serangan jantung.

Untuk itu, penting mengetahui berbagai kondisi kesehatan dan gangguan mental. Agar bisa lebih menyadari jika dikemudian hari dirasakan adanya gejala gangguan mental dalam diri sendiri maupun orang terdekat. 

Jenis dan Gejala Gangguan Mental

Ilmu mengenai kesehatan mental terus berkembang. Hingga kini, terdapat banyak sekali klasifikasi gangguan mental. Hal ini dibutuhkan agar diagnosis pasien bisa tepat, sehingga mendapatkan terapi yang sesuai. Gangguan kesehatan mental yang sudah umum diketahui, antara lain : 

  1. Gangguan Kecemasan (Anxiety Disorder) 
    Cemas merupakan perasaan yang hadir ketika mengkhawatirkan sesuatu. Perasaan cemas dan takut masih tergolong dalam keadaan normal. Namun, rasa khawatir yang berlebihan hingga menimbulkan dampak yang mengganggu aktifitas, bisa jadi merupakan gejala gangguan kecemasan. Gejala gangguan kecemasan yang patut diwaspadai, antara lain : 
    – Merasa sakit kepala, sesak nafas bahkan pingsan,
    – Jantung berdebar cepat,
    – Tubuh terasa lemas dan muncul keringat dingin berlebih,
    – Merasa gelisah yang parah
    – Tubuh gemetar 
    – Mengalami gangguan tidur dan nafsu makan
    – Merasa panik dan gugup
    – Kesulitan untuk fokus
    – Perut terasa nyeri dan mual
  2.  Depresi
    Depresi merupakan gangguan mental yang mempengaruhi perasaan, cara berpikir dan perilaku seseorang. Umumnya, depresi dikenal sebagai kondisi ketika seseorang merasa kehilangan yang sangat mendalam. Padahal, banyak faktor yang menyebabkan seseorang terkena depresi, misalnya karena kekerasan, perundungan, faktor genetik maupun lingkungan.
    Gejala depresi yang seringkali dirasakan, antara lain :    
    – Mudah lelah dan tidak bersemangat
    – Sulit konsentrasi
    – Aktivitas terhambat karena mood yang tidak baik
    – Perasaan sedih dan cemas yang berlangsung lama 
    – Menarik diri
    – Memiliki keinginan untuk menyakiti diri atau bahkan mengakhiri hidup.
  3. Seragan Panik (Panic Attack)
    Serangan panik merupakan perasaan sangat takut terhadap suatu kondisi tertentu, yang membuat kewalahan hingga memicu munculnya reaksi fisik. Kondisi ini bisa terjadi secara tiba-tiba tanpa penyebab yang jelas, terasa sangat intens dan bisa terjadi berulang. Serangan panik juga bisa terjadi karena adanya peningkatan stres dan perasaan tertekan akibat kondisi tertentu. 
    Gejala :
    – Perasaan takut berlebihan terhadap sesuatu yang seolah-olah dapat membahayakan jiwa, 
    – Merasa kehilangan kendali ketika beraktifitas, 
    – Merasa kehilangan akan diri sendiri, 
    – Muncul reaksi fisik seperti gemetar, jantung berdebar, sesak, mual, otot tegang, hilang kesadaran.
  4. Gangguan Psikosis
    Psikosis merupakan kondisi terganggunya kemampuan dalam menilai realita, sehingga sulit membedakan antara kenyataan dan imajinasi. Ditandai dengan munculnya halusinasi dan waham (delusi), disertai dengan gangguan reaksi emosional, komunikasi dan ketidakmampuan dalam berhubungan dengan orang lain.

    Gangguan psikosis dapat terjadi karena gangguan mental seperti depresi berat, skizofrenia, maupun bipolar. Selain itu, psikosis juga bisa diakibatkan penyakit fisik yang mempengaruhi fungsi otak, misalnya epilepsi, demensia, parkinson, lupus, dll. 

    Gejala gangguan psikosis yang umumnya dirasakan antara lain delusi dan halusinasi, yang terus berulang dan semakin parah. Sehingga berkembang menjadi keyakinan terhadap sesuatu yang tidak nyata. 
  5. Bipolar
    Bipolar berasal dari dua suku kata, bi yang berarti dua dan polar artinya kutub. Istilah ini menggambarkan kondisi dua jenis mood yang sangat berkebalikan, seperti kutub utara dan selatan. 

    Penderita bipolar akan mengalami perubahan situasi emosi yang sangat ekstrem,  yaitu manik dan depresi. Pada fase manik, penderita mengalami perasaan senang, euforia, sangat bersemangat dan cenderung mengambil keputusan impulsif. Fase ini membuat penderita menjadi sangat produktif, menggebu-gebu, banyak ide, namun terkadang sulit untuk konsentrasi. 

    Sebaliknya, fase depresi membawa perasaan sedih, kehilangan semangat, merasa lelah dan kehilangan kepercayaan diri. Akibatnya, penderita mengalami ketidakmampuan untuk melakukan berbagai aktivitas, tidur seharian, bahkan timbul keinginan mengakhiri hidup. 

Bahaya Self Diagnosis

Menyadari akan gejala gangguan kesehatan mental yang dirasakan memanglah baik. Namun, untuk melabeli gangguan mental yang diderita, tidak bisa dilakukan oleh diri sendiri. 

Bukan hal mudah menentukan kondisi kesehatan mental dan gangguan mental yang dialami seseorang. Beberapa gejala gangguan mental satu sama lain memiliki ciri-ciri yang hampir mirip. Oleh sebab itu, dibutuhkan proses yang panjang dari para praktisi untuk menentukan tegak diagnosis suatu gangguan mental. 

Melakukan self diagnosis dan melabeli diri dengan suatu gangguan mental, justru bisa menjadi bahaya. Beberapa bahaya Self diagnosis antara lain 

  1. Under diagnosis
    Mengabaikan gangguan mental yang sebenarnya berat, sehingga berakibat fatal karena tidak tertangani. 
  1. Over diagnosis
    Diagnosis yang berlebihan, sehingga penderitaan menjadi takut dan panik karena merasa sudah terkena gangguan mental yang berat.
  1. Misdiagnosis,
    Diagnosis yang salah akan berdampak pada penanganan yang salah, serta pertolongan yang tidak tepat. 
  1. Salah terapi,
    Mendiagnosa diri dan melabeli diri dengan penyakit yang tidak tepat, namun tetap memutuskan sendiri terapi yang dijalani. Hal ini dapat membuat salah memilih terapi, salah salah satunya ialah mengkonsumsi obat yang tidak seharusnya karena tidak didampingi oleh tenaga kesehatan profesional.

Jika dirasakan gejala-gejala yang dialami mengarah ke gangguan mental, sebaiknya segera konsultasikan dengan psikolog maupun dokter jiwa. Hubungi pelayanan kesehatan terdekat seperti puskesmas untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai layanan kejiwaan. 

Artikel ini telah di review oleh :
Nita Nur Arifin, S.K.M
Programer Promkes Puskesmas Gunungtanjung

Puskesmas Gunungtanjung
Jl. Raya Gunungtanjung No. 17, Kecamatan Gunungtanjung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.
Kode Pos  46496
Telp (0265)2390045
Email : pkmgunungtanjung@yahoo.com
Instagram : @puskesmasgunungtanjung

Yuk Share Postingan Ini:
Insan Tsabita
Insan Tsabita
Articles: 17

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *