Menurut data Kementerian Kesehatan RI, pada tahun 2024 kasus DBD mengalami peningkatan hingga mencapai 119.709 kasus. Padahal di tahun 2023 kasus DBD berhasil diturunkan sekitar 35% atau setara dengan 114.720 kasus. Meskipun demikian, peningkatan jumlah kasus kematian akibat DBD mengalami penurunan, dimana pada 2023 jumlah kematian akibat DBD mencapat 894 kasus, sedangkan sampai minggu ke-22 tahun 2024 terdapat 777 kasus kematian.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kementerian Kesehatan (Kemenkes), DR. Imran Pambudi, menjelaskan bahwa berdasarkan data distribusi kasus DBD sesuai kelompok umur dalam tiga tahun terakhir, kelompok umur 15 hingga 44 tahun menjadi kelompok yang paling banyak terkena DBD, sedangkan pada kasus kematian akibat DBD dalam tujuh tahun terakhir, kelompok umur 5 hingga 14 tahun menjadi kelompok umur paling rentan.
Maka dari itu, orang tua harus memperhatikan anak-anaknya agar terhindar dari DBD. Bagaimana caranya? Simak penjelasan berikut ini!
Apa Itu DBD? Apa Penyebabnya?
Menurut Sukohar, Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh infeksi virus dengue dengan manifestasi klinis pendarahan yang menimbulkan syok dan berujung kematian. Virus ini bisa masuk ke dalam tubuh manusia melalui perantara nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat yang memiliki ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut. Hampir setiap tahun terdapat kasus Kejadian Luar Biasa (KLB) yang berasal dari penyakit DBD di beberapa daerah dan biasanya akan menyerang saat musim penghujan, tetapi pada saat ini musim kemarau juga dapat menyerang.
Apa Saja yang Bisa Menjadi Penyebab DBD?
Faktor risiko penyebab DBD diantaranya:
- Orang dengan sistem imunitas yang rendah akan lebih rentan terinfeksi virus dengue;
- Golongan usia memiliki tingkat risiko masing-masing dan dapat mempengaruhi terjadinya penularan penyakit. Kelompok usia yang memiliki peluang lebih besar untuk terkena DBD adalah yang kurang dari 15 tahun;
- Keberadaan jentik nyamuk dilingkungan tempat tinggal;
- Tinggal di daerah perumahan yang padat, berdekatan dan memiliki dinding rapat lebih berisiko terjangkit penyakit DBD dibandingkan dengan daerah perumahan yang kepadatan huniannya rendah dan dinding rumah yang berjauhan;
- Tempat penampungan air yang tidak ditutup dan tidak diberikan abate/obat pembasmi larva nyamuk;
- Kebiasaan menggantung pakaian di rumah dapat mengundang nyamuk dengue;
- Kebiasaan tidak menggunakan kelambu, tidak menggunakna obat anti nyamuk dan tidak menggunakan kipas angin saat tidur;
- Penghasilan yang rendah membuat orang tidak mampu mengakses pelayanan kesehatan yang baik bagi keluarga;
- Kualitas pendidikan yang rendah memicu ketidaksadaran lingkungan keluarga yang sehat; dan
- Tidak melaksanakan praktik PSN 3M Plus dengan baik dirumah.
Bagaimana Gejala Penyakit DBD?
Jika Sudah Terjangkit DBD, Bagaimana Mengobatinya?
Dilansir dari kompas.com, terdapat 5 cara mengobati demam berdarah yang perlu diketahui, yaitu sebagai berikut:
- Obat pereda nyeri seperti paracetamol atau acetaminophen yang berguna untuk meredakan nyeri otot dan sendi, serta mengatasi lese pada pasien DBD.
- Terapi elektrolit untuk memastikan kinerja saraf, otot, jantung dan otak, melancarkan metabolisme, menyeimbangkan kadar air dalam tubuh, membawa nutrisi ke dalam sel, serta menjaga keseimbangan pH tubuh.
- Transfusi darah jika terjadi penurunan jumlah trombosit.
- Konsumsi makanan sehat dan bergizi yang mengandung vitamin C dan kaya akan zat besi.
- Istirahat dan tidur yang cukup untuk memulihkan tenaganya kembali.
Cara Mencegah DBD Sebelum Terlambat!
Lalu yang dimaksudkan plus-nya adalah bentuk upaya pencegahan dari gigitan dan perkembangbiakan nyamuk tambahan yang meliputi:
- Memelihara ikan pemakan jentik nyamuk;
- Menggunakan obat anti nyamuk;
- Memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi;
- Gotong royong membersihkan lingkungan;
- Memeriksa tempat-tempat penampungan air;
- Meletakkan pakian bekas pakai dalam wadah tertutup;
- Memberikan larvasida pada penampungan air yang susah dikuras;
- Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar; dan
- Menanam tanaman pengusir nyamuk.
Penjelasan di atas merupakan langkah awal untuk meningkatkan pengetahuan bagi masyarakat luas. Mari cegah demam berdarah dengan menjalankan pola hidup sehat dan menjaga kebersihan lingkungan yang bebas dari sarang nyamuk!
Referensi
- Sukohar, Asep. (2014). Demam Berdarah Dengue (DBD). Medula: Jurnal Profesi Kedokteran Universitas Lampung. 2(2):1-15. Diakses dari: https://www.neliti.com/id/publications/152633/demam-berdarah-dengue-dbd.
- Kementerian Kesehatan RI. (13 Juni 2019). Upaya Pencegahan DBD Dengan 3M Plus. Diakses dari: https://ayosehat.kemkes.go.id/upaya-pencegahan-dbd-dengan-3m-plus.
- Tansil, Melissa. G., Rapengan, Novie. H., & Wilar, Rocky. (2021). Faktor Risiko Terjadinya Kejadian Demam Berdarah Dangue Pada Anak. Jurnal Biomedik, 13(1):90-99. Diakses dari: https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/article/download/31760/31144.
- Kompas.com. (26 Juni 2022). 5 Cara Pengobatan Demam Berdarah (DBD), Apa Saja? Diakses dari: https://health.kompas.com/read/2022/06/26/160000968/5-cara-pengobatan-demam-berdarah-dbd-apa-saja-.
- Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Bandung. (26 Maret 2024). Penting Diketahui, Perbedaan Gejala DBD Dulu dan Sekarang. Diakses dari: https://jabarprov.go.id/berita/penting-diketahui-perbedaan-gejala-dbd-dulu-dan-sekarang-12865.
- Kementerian Kesehatan RI. (14 Juni 2024). Waspada DBD di musim Kemarau. Diakses dari: https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20240616/0045767/waspada-dbd-di-musim-kemarau/.
Artikel edukasi tentang penyakit DBD ini sudah direview oleh:
Agis Rahmat, S.Kep.,Ners
Programer Promkes Puskesmas Leuwisari
Puskesmas Leuwisari
Alamat: Jl. Leuwisari No. 25 Desa Arjasari Kec. Leuwisari Kab. Tasikmalaya Jawa Barat 46464
No. Telp: 0265-542756/08522310505