Yuk Intip Keseruan Penyuluhan Sekolah Sehat Bersama Mahasiswa Prodi Kesehatan Masyarakat STIKes Respati Tasikmalaya

“Alhamdulillah pada hari ini bisa bertemu dengan Mahasiswa STIKes Respati yang mengangkat masalah kesehatan dalam penyuluhan ini. Sangat baik, sangat cocok, sangat beguna. Merasa berterima kasih dan bangga, malah kalau bisa setahun sekali datang”, ungkap Lilis, Guru di SDN Cikadongdong.

“Melihat data dari Rikesdas dan Kemenkes menunjukkan betapa tingginya prevalensi kejadian dan 10 faktor resiko yang menyebabkan timbulnya penyakit-penyakit, seperti diare dan sebagainya”, ujar Wuri Ratna Hidayani, S.KM, M.Sc.

Dari latar belakang tersebut, perempuan yang biasa di sapa Bu Wuri, Dosen Prodi Kesehatan Masyarakat pengampu mata kuliah Kesehatan Keluarga, melakukan upaya preventif dengan memberikan tugas kelompok kepada mahasiswa prodi kesehatan masyarakat semester 2, STIKes Respati, untuk melakukan penyuluhan ke lapangan, yaitu kepada siswa di SD yang berlokasi tidak jauh dari kampus.

Tugas kelompok tersebut berupa penyuluhan ‘Sekolah Sehat’ dengan kegiatan diantaranya penyuluhan CTPS (Cuci Tangan Pakai Sabun), Senam Kapiten (beraktifitas fisik), penentuan status gizi, dan pengukuran tinggi badan dan berat badan.

Ia melanjutkan, kegiatan penyuluhan sekolah sehat ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan siswa, salah satunya pengetahuan cara mencuci tangan dengan sabun yang benar, menginformasikan efek dari jajan sembarangan, dan penentuan status gizi apakah berat badan siswa ideal atau tidak.

Sebanyak dua Sekolah Dasar yang dipilih untuk melaksanakan penyuluhan, yaitu SDN Margamulya dan SDN Cikadongdong. Penulis sendiri ditempatkan di SDN Cikadongdong untuk melaksanakan penyuluhan.

Awalnya penyuluhan hanya diberikan ke kelas 3 SD, namun permintaan dari pihak sekolah sehingga kami untuk memberikan penyuluhan ke seluruh kelas.

Tidak semua mahasiswa masuk ke dalam kelas untuk melakukan penyuluhan, beberapa mahasiswa melakukan pengecekan ke ruang UKS, toilet, kantin sekolah, dan jumlah tempat sampah untuk mengetahui tingkat kebersihan sekolah.

Selain penyuluhan CTPS, Ibu Wuri yang mendampingi kegiatan penyuluhan mahasiswanya mengisi materi penyuluhan dengan pemaparan informasi tentang bahaya jajan sembarangan yang berdampak pada penyakit pencernaan, seperti Diare, Gastritis (Maag), dan penyakit lainnya.

Antusiasme para siswa sangat besar mengikuti kegiatan penyuluhan. Bahkan meski tidak kebagian tempat duduk, beberapa siswa rela duduk di lantai dan berdiri di pintu kelas untuk melihat penyuluhan berlangsung.

Semua rekan bersemangat memberikan penyuluhan, terutama bila targetnya siswa SD. Disini para promotor dipaksa memposisikan diri sebagai pengasuh anak, saat memberikan penyuluhan ke kelas 1 sampai 3 SD.

Beda lagi bila penyuluhan ke siswa kelas 4 sampai 6 SD, promotor memposisikan dirinya sebagai partner. Meski terkadang menemukan hambatan, seperti mengurus adik-adik yang lincah, namun tetap semangat dalam menyampaikan pesan kesehatan kepada generasi tunas bangsa.

Keseruan terjadi saat melakukan senam kapiten bersama, dari raut wajah para siswa di kelas 3 akhir nampak serius mengikuti gerakan yang terpampang di layar infocus. Tiba saatnya di sesi penutup, yaitu games. Games konsentrasi Si Simon yang menjadi primadona yang memancing konsentrasi di akhir jam pelajaran.

Sebelum membubarkan diri, kami menyempatkan foto bersama dengan siswa dan guru di SD. Kegiatan penyuluhan ini mendapatkan respon positif dari guru-guru di SDN Cikadongdong dan SDN Margamulya.

“Alhamdulillah pada hari ini bisa bertemu dengan mahasiswa STIKes Respati yang mengangkat masalah kesehatan dalam penyuluhan ini. Sangat baik, sangat cocok, sangat beguna. Merasa berterima kasih dan bangga, malah kalau bisa setahun sekali datang”, ungkap Lilis, Guru di SDN Cikadongdong.

Akhir kegiatan, Wuri Ratna Hidayani, S.KM, M.Sc berharap penyuluhan sekolah sehat ini dapat memberikan manfaat kepada seluruh siswa di SDN Cikadongdong dan SDN Margamulya.

“Harapannya setelah penyuluhan ini selesai, siswa SD menjadi lebih paham, lebih tahu, dan bertambah pengetahuannya tentang kesehatan dan memulai perilaku hidup sehat itu di mulai dari dirinya sendiri”, paparnya.

Kini saatnya mengubah paradigma sakit menjadi paradigma sehat sejak dini. Menyiapkan bibit-bibit terbaik yang nantinya akan menggiring perjalanan bangsa, ke peradaban yang lebih maju.

Seperti kata pepatah, mengukir di atas batu. Masa anak-anak adalah masa emas dimana masa tersebut merupakan masa pertumbuhan yang sangat penting dan akan mempengaruhi ketika beranjak dewasa.

Apa yang ditanamkan sejak kecil akan terus ingat. Saatnya kita memberikan pupuk yang terbaik untuk generasi emas bangsa.

Yuk Share Postingan Ini:
Ahmad Yudi S
Ahmad Yudi S

Public Health Observer
IG @imam_ngopiisme

Articles: 13

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *