Diabetes melitus menjadi salah satu penyakit tidak menular yang jumlah penderitanya terus meningkat di Indonesia. Banyak orang baru menyadari setelah muncul komplikasi serius. Padahal, mengenali sejak dini sangat penting agar bisa dicegah dan dikendalikan.
Apa Itu Diabetes?
Diabetes melitus adalah kondisi ketika kadar gula (glukosa) dalam darah terlalu tinggi. Hal ini terjadi karena tubuh tidak menghasilkan cukup insulin atau tidak dapat menggunakan insulin dengan baik.
Insulin adalah hormon yang berfungsi membantu gula dari makanan masuk ke dalam sel untuk diubah menjadi energi. Tanpa insulin yang bekerja normal, gula menumpuk di darah sehingga merusak organ tubuh.
Gejala Diabetes
Diabetes sering berkembang secara perlahan sehingga banyak orang tidak menyadari gejalanya. Beberapa tanda yang perlu diwaspadai antara lain:
- Berat badan turun tanpa sebab jelas, meskipun pola makan tidak berubah.
- Mudah merasa lelah atau lemas, karena sel tubuh kekurangan energi.
- Pandangan kabur atau buram, akibat perubahan cairan pada lensa mata.
- Luka yang lama sembuh, terutama di kaki atau bagian tubuh lain.
- Infeksi berulang, misalnya infeksi gusi, kulit, atau saluran kemih.
- Kesemutan atau mati rasa di tangan dan kaki, tanda awal kerusakan saraf.
- Perubahan pada kulit, seperti muncul bercak hitam atau kulit menebal di leher dan ketiak.
Gejala-gejala ini sering dianggap sepele, padahal bisa menjadi tanda awal diabetes.
Faktor Risiko Diabetes
Beberapa faktor dapat meningkatkan risiko seseorang terkena diabetes, di antaranya:
- Riwayat keluarga: jika orang tua atau saudara kandung menderita diabetes, risiko akan lebih tinggi.
- Berat badan berlebih atau obesitas: kelebihan lemak tubuh, terutama di perut, membuat sel lebih sulit merespons insulin.
- Pola makan tidak sehat: konsumsi makanan tinggi gula, lemak jenuh, minuman manis, serta rendah serat dapat mempercepat munculnya diabetes.
- Kurang aktivitas fisik: jarang bergerak membuat tubuh tidak membakar glukosa dengan optimal, sehingga gula darah menumpuk.
- Usia: risiko meningkat seiring bertambahnya usia, terutama setelah 40 tahun, meskipun kini juga banyak ditemukan pada usia muda.
- Gangguan tidur dan stres: kurang tidur dan stres kronis memengaruhi hormon yang mengatur gula darah, sehingga meningkatkan risiko diabetes.
Memahami faktor risiko membantu kita lebih waspada dan mendorong perubahan gaya hidup lebih sehat.
Cek Gula Darah
Satu-satunya cara pasti mengetahui kondisi gula darah adalah dengan pemeriksaan medis. Ada tiga jenis pemeriksaan utama:
- Gula Darah Sewaktu (GDS)
Dilakukan kapan saja tanpa perlu berpuasa. Hasil normal < 200 mg/dL. Jika hasil ≥ 200 mg/dL disertai gejala, kemungkinan besar diabetes. - Gula Darah Puasa (GDP)
Dilakukan setelah puasa minimal 8 jam. Normal < 100 mg/dL. Hasil 100–125 mg/dL menunjukkan kondisi prediabetes, sedangkan ≥ 126 mg/dL mengarah ke diabetes. - Tes HbA1c
Mengukur rata-rata kadar gula darah selama 2–3 bulan terakhir. Hasil normal < 5,7%. Nilai 5,7–6,4% disebut prediabetes, dan ≥ 6,5% menandakan diabetes.
Rutin cek gula darah sangat penting agar kondisi dapat diketahui lebih dini, sehingga tindakan pencegahan dan pengendalian bisa segera dilakukan.
Diabetes bukan penyakit yang muncul tiba-tiba, tetapi berkembang perlahan. Dengan mengenali apa itu diabetes, gejala, faktor risiko, serta rutin cek gula darah, kita bisa mencegah dan mengendalikannya sejak dini agar tidak berujung pada komplikasi serius.
Referensi:
American Diabetes Association. (2024). Diabetes Overview. Diakses dari https://diabetes.org
Mayo Clinic. (2024). Diabetes: Symptoms and Causes. Diakses dari https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/diabetes/symptoms-causes/syc-20371444
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2023). Cegah dan Kendalikan Diabetes Melitus.
Artikel ini direview oleh:
Yuni Yuniar, S.K.M.
Tenaga Promkes Puskesmas Jatiwaras
Puskesmas Jatiwaras
Jl. Raya Papayan-Cikatomas Desa Jatiwaras, Kabupaten Tasikmalaya Kecamatan Jatiwaras, Jawa Barat 46185
No Telp: 0822-3333-6922



