Melihat anak tumbuh sehat dan berprestasi tentu menjadi kebanggaan bagi orang tua. Prestasi belajar anak dipengaruhi banyak faktor, salah satunya adalah status gizi. Gizi yang baik membuat anak tumbuh sehat, aktif, serta mampu berpikir lebih optimal. Sebaliknya, kekurangan gizi dalam jangka panjang bisa menyebabkan stunting yang berdampak serius pada tumbuh kembang dan prestasi belajar anak di sekolah.
Apa Itu Stunting?
Stunting adalah gangguan tumbuh kembang anak akibat kekurangan gizi dalam waktu lama, sering disertai infeksi berulang dan kurangnya stimulasi psikososial. Menurut WHO, stunting bisa menghambat pertumbuhan tinggi badan sekaligus perkembangan otak anak. Kementerian Kesehatan RI menyebut stunting sebagai masalah kekurangan energi kronis yang harus dicegah sejak dini.

Fakta Angka Stunting di Indonesia
Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), prevalensi stunting turun dari 24,4% pada 2021 menjadi 21,6% pada 2022. Angka ini masih lebih tinggi dibanding standar WHO yaitu di bawah 20%.
Di Jawa Barat, prevalensi stunting mencapai 20,2% pada 2021. Kota Tasikmalaya misalnya, berhasil menurunkan angka stunting dari 14,58% menjadi 12,87% pada 2022, meski beberapa wilayah masih memiliki angka lebih tinggi.
Dampak Stunting Terhadap Prestasi Belajar Anak
Dampak stunting tidak hanya terlihat pada tubuh anak yang lebih pendek. Kekurangan gizi kronis memengaruhi perkembangan otak sehingga:
- Proses pembentukan sel saraf terhambat
- Struktur dan fungsi otak berubah
- Anak kesulitan berpikir kritis dan memiliki daya ingat lemah
- Komunikasi antar sel saraf terganggu karena produksi neurotransmiter berkurang
Kondisi ini membuat anak dengan stunting cenderung memiliki prestasi belajar rendah, sulit fokus, dan berisiko mengalami keterlambatan perkembangan kemampuan akademik.

Penyebab Stunting Pada Anak
Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan stunting, antara lain:
1. Kekurangan gizi kronis akibat pola makan tidak seimbang
2. Rendahnya pendidikan ibu yang memengaruhi pola asuh dan pemberian makan
3. Bayi tidak mendapat ASI eksklusif hingga usia 6 bulan
4. Infeksi berulang seperti diare atau ISPA yang menguras nutrisi tubuh
5. Keterbatasan ekonomi keluarga sehingga sulit menyediakan makanan bergizi
6. Imunisasi tidak lengkap yang membuat anak rentan terkena penyakit
Cara Mencegah Stunting Sejak Dini
Pencegahan stunting dapat dilakukan sejak masa pranikah, kehamilan, hingga anak lahir, melalui langkah-langkah berikut:
1. Memberikan ASI eksklusif 6 bulan pertama, dilanjutkan MPASI bergizi seimbang
2. Melengkapi imunisasi anak sesuai jadwal
3. Edukasi gizi bagi calon orang tua agar lebih siap memberikan asupan yang baik
4. Suplementasi gizi mikro seperti tablet tambah darah, vitamin, dan mineral untuk ibu hamil dan anak
5. Pemeriksaan kesehatan pranikah serta rutin kontrol kehamilan
6. Kolaborasi pemerintah, posyandu, dan masyarakat dalam program edukasi serta intervensi gizi
Stunting berpengaruh besar pada prestasi belajar anak karena menghambat perkembangan otak dan kemampuan berpikir. Anak yang mengalami stunting lebih rentan memiliki prestasi akademik rendah dan kesulitan dalam perkembangan kognitif.
Mencegah stunting berarti mempersiapkan generasi sehat, cerdas, dan berprestasi. Pencegahan bisa dilakukan mulai dari pemenuhan gizi seimbang, ASI eksklusif, imunisasi lengkap, hingga edukasi gizi bagi calon orang tua. Dengan kerja sama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah, angka stunting di Indonesia bisa terus ditekan sehingga anak-anak dapat tumbuh sehat dan meraih prestasi terbaik mereka di sekolah maupun masa depan.
Yuk mulai peduli sejak dini memberikan gizi seimbang dan imunisasi pada anak-anak kita agar terhindar dari stunting dan menggapai prestasi terbaiknya!
Daftar pustaka
Fauziah, J., Trisnawati, K. D., Sulistyo Rini, K. P., & Putri, S. U. (2024). Stunting: Penyebab, Gejala, dan Pencegahan. Jurnal Parenting dan Anak, 1(2), 1-11. https://doi.org/10.47134/jpa.v1i2.220
Arfines, P. P., & Puspitasari, F. D. (2017). Hubungan Stunting dengan Prestasi Belajar Anak Sekolah Dasar di Daerah Kumuh, Kotamadya Jakarta Pusat. Buletin Penelitian Kesehatan, 45(1), 45-52. http://dx.doi.org/10.22435/bpk.v45i1.5798.45-52
Nuraisah, D. S., Handayani, H., Solihat, N., & Muttaqin, Z. (2023). Hubungan Status Gizi Dengan Prestasi Belajar Anak Sekolah Dasar di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Tasikmalaya. SENAL: Seminar Nasional LPPM UMMI, 2(1). https://doi.org/10.35568/senal.v2i1.5274
Lina, N., Maywati, S., & Novianti, S. (2023). Pencegahan Balita Stunting di Kota Tasikmalaya. Social, Humanities, and Education Studies (SHEs): Conference Series, 6(1). https://jurnal.uns.ac.id/sse/article/view/78563
RSUD Haulussy. (2024). Pencegahan Stunting pada Balita. Diakses dari https://rsudhaulussymaluku.com/artikel/ZZeyBEPxJc
Artikel ini telah direview oleh:
Sri Nurjanah, S.K.M.
Staf Promkes Puskesmas Rajapolah
Puskesmas Rajapolah
Jl. Raya Rajapolah, Rajapolah, Kec. Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat 46155
Telp. (0265) 42000



