PPTI: Memberdayakan dan Menguatkan Peran Kader Kesehatan Tuberkulosis di Masyarakat Sejak Tahap Perencanaan Program Tahunan

Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI) Kota Depok mengadakan kegiatan Penyusunan Rencana Aksi Tahunan dengan para perwakilan kader kesehatan.

Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI) Kota Depok telah memulai kegiatannya di kota ini sejak tahun 2012. PPTI merupakan komunitas yang didirikan oleh mereka yang berlatar belakang pendidikan kesehatan dan non-kesehatan dengan pendidikan yang cukup tinggi. Dalam melaksanakan programnya, PPTI melibatkan masyarakat yang direkrut dari kecamatan dan menjadikan istri Kepala Kecamatan menjadi anggota terhormat. Sejak berdirinya dan membangun jejaring yang kuat di level kecamatan, PPTI mulai mengakar dan mendapat dukungan dari Kota Depok untuk melaksanakan program yang lebih masif dan berdampak pada penanggulangan Tuberkulosis.

Menjelang akhir tahun 2024, Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI) Kota Depok mengadakan kegiatan Penyusunan Rencana Aksi Tahunan dengan para perwakilan kader kesehatan dari sejumlah kecamatan dan/atau kelurahan. Tujuan kegiatan ini antara lain untuk memperkuat kapasitas kader kesehatan sebagai pelaksana upaya penanggulangan Tuberkulosis yang berbasis di masyarakat, serta menguatkan silaturahmi antara anggota dan pembina di komunitas PPTI.

Dari segi pengetahuan dasar tentang Tuberkulosis, kader yang terlibat dalam kegiatan PPTI dapat dikatakan telah cukup baik. Namun, dengan peran yang lebih banyak dilekatkan pada kader kesehatan, penting bagi PPTI untuk menguatkan komitmen pada kader kesehatan melalui kegiatan bersama seperti ini. Selain itu, kader kesehatan juga telah mulai terlibat dalam kegiatan pengambilan keputusan di level kelurahan melalui kegiatan Musrenbang sehingga diperlukan penguatan kapasitas advokasi, yang bisa dimulai dari analisis perencanaan program tahunan.

Melibatkan relawan atau kader kesehatan dalam perencanaan tahunan untuk program berbasis masyarakat dapat meningkatkan peluang keberhasilan perencanaan program. Selanjutnya, manfaat minimum dari pemberian kapasitas bagi kader kesehatan tersebut adalah untuk meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan kesehatan[i]. Kader atau sukarelawan kesehatan setempat merupakan kelompok masyarakat yang memiliki pengetahuan langsung tentang tantangan kesehatan spesifik, nuansa budaya, dan hambatan dalam intervensi kesehatan[ii]. Di samping itu, pelatihan penyusunan rencana tahunan dapat meningkatkan sense of belonging dari para kader kesehatan terhadap kegiatan tahunan di masa mendatang, meningkatkan kepercayaan diri mereka untuk mengambil inisiatif dan bertindak sebagai pemimpin atau champion di masyarakat, memperkuat kolaborasi dengan kelompok masyarakat lainnya serta, yang paling penting, adalah menjaga keberlanjutan program yang akan berdampak positif bagi pemerintah daerah setempat.

Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI) Kota Depok

Dengan melibatkan relawan atau kader kesehatan dalam perencanaan tahunan untuk program berbasis masyarakat sangat penting karena beberapa alasan, karena mereka adalah kontributor utama bagi keberhasilan dan keberlanjutan inisiatif ini. Berikut ini alasan mengapa keterlibatan mereka diperlukan:

1. Memanfaatkan pengetahuan lokal; kader atau sukarelawan kesehatan setempat merupakan kelompok masyarakat yang dapat dikatakan memahami kebutuhan masyarakat. Kader kesehatan sangat melekat dalam masyarakat dan memiliki pengetahuan langsung tentang tantangan kesehatan spesifik, nuansa budaya, dan hambatan dalam perawatan[iii]. Maka, melakukan intervensi yang mengembangkan wawasan dalam merancang program dapat menghasilkan rencana yang lebih relevan dan responsif terhadap kebutuhan lokal, serta meningkatkan kemungkinan keberhasilan.

2. Meningkatkan kepemilikan program; melibatkan relawan dalam proses perencanaan memberi mereka rasa kepemilikan dan tanggung jawab atas hasil program. Di samping itu, relawan cenderung menjadi lebih terlibat dan termotivasi ketika mereka merasa suara mereka didengar dan kontribusi mereka penting.

3. Membangun kapasitas dan kepercayaan diri; berpartisipasi dalam lokakarya perencanaan membekali relawan dengan keterampilan dalam berpikir strategis, pemecahan masalah, dan alokasi sumber daya. Keterlibatan ini meningkatkan kepercayaan diri mereka untuk mengambil inisiatif dan bertindak sebagai pemimpin masyarakat.

4. Meningkatkan efektivitas program dan memberikan umpan balik yang praktis. Relawan dapat mengidentifikasi kesenjangan dalam implementasi program sebelumnya dan menyarankan solusi praktis selama perencanaan. Dengan demikian, terjadi pemantauan kelayakan mengingat partisipasi mereka memastikan bahwa rencana yang diusulkan realistis dan dapat diterapkan dalam konteks masyarakat.

5. Memperkuat kolaborasi dan menciptakan sinergi mengingat perencanaan bersama menumbuhkan hubungan yang lebih kuat dan koordinasi yang lebih baik antara relawan kesehatan, manajer program, dan pemangku kepentingan lainnya. Atau dengan kata lain hal ini dapat menghindari redundansi karena perencanaan bersama memastikan bahwa upaya diselaraskan dan sumber daya digunakan secara efisien.

6. Meningkatkan kepercayaan dan keterlibatan masyarakat; dengan kata lain para sukarelawan kesehatan menjadi agen advokat tepercaya dimana relawan bertindak sebagai jembatan antara program dan masyarakat, mengadvokasi program sambil mengatasi masalah masyarakat. Model partisipasi aktif mereka mendorong keterlibatan dan dukungan masyarakat yang lebih besar.

7. Memastikan keberlanjutan; karena terjadi transfer pengetahuan dimana relawan yang terlibat dalam perencanaan menjadi sarana untuk membangun kapasitas mereka dalam mempertahankan kegiatan program bahkan setelah pendanaan atau dukungan eksternal berakhir. Di saat yang sama, hal ini menjadi sarana untuk pengembangan kepemimpinan karena menumbuhkan rasa tanggung jawab dan mempersiapkan mereka untuk mengambil peran kepemimpinan yang lebih banyak di masa mendatang.

Penyusunan Rencana Aksi Tahunan PPTI Depok

Kesimpulan

Sebagai komunitas yang beranggotakan para akademisi, PPTI memiliki tanggungjawab untuk menumbuhkan dan menguatkan kapasitas dari para kader kesehatan yang menjadi relawan PPTI. Sebagian besar para relawan merupakan mereka yang sudah lama terlibat dalam kegiatan TBC. Secara keilmuwan tentang penyakit ini dapat dikatakan sudah lebih dari cukup untuk memberi edukasi bagi masyarakat. Namun, dengan melibatkan relawan atau kader kesehatan dalam perencanaan tahunan akan meningkatkan level kapasitas para relawan. Selain itu, kegiatan ini memastikan bahwa program berbasis masyarakat tidak hanya selaras dengan kebutuhan populasi tetapi juga praktis, berkelanjutan, dan berdampak. Hal ini mengubah relawan dari sekadar pelaksana menjadi mitra strategis dalam promosi kesehatan. Terlebih, hal ini dapat meningkatkan kapasitas para kader kesehatan yang tidak hanya sebagai pelaksana program tetapi juga aktor kebijakan yang dapat melakukan advokasi untuk program kesehatan yang lebih baik.


Daftar Pustaka

Eftekhari MB, Falahat K, Dejman M, Forouzan AS, Afzali HM, Heydari N, Mirabzadeh A. The main advantages of community based participatory health programs: an experience from the islamic republic of iran. Glob J Health Sci. 2013 Jan 20;5(3):28-33. doi: 10.5539/gjhs.v5n3p28. PMID: 23618472; PMCID: PMC4776779.

TCI Urban Health. (2024). Community Health Volunteers. [Internet]. Tersedia di:  https://tciurbanhealth.org/courses/philippines-toolkit-demand-generation/lessons/engaging-barangay-health-workers/

Woldie M, et al. Community health volunteers could help improve access to and use of essential health services by communities in LMICs: an umbrella review. Health Policy Plan. 2018 Dec 1;33(10):1128-1143. doi: 10.1093/heapol/czy094. PMID: 30590543; PMCID: PMC6415721.

WHO. (2024). Community engagement for quality health services. Tersedia pada: https://www.who.int/teams/integrated-health-services/quality-of-care/community-engagement


[1] Woldie M, et al. Community health volunteers could help improve access to and use of essential health services by communities in LMICs: an umbrella review. Health Policy Plan. 2018 Dec 1;33(10):1128-1143. doi: 10.1093/heapol/czy094. PMID: 30590543; PMCID: PMC6415721.

[1] WHO. (2024). Community engagement for quality health services. Tersedia pada: https://www.who.int/teams/integrated-health-services/quality-of-care/community-engagement [1] WHO. (). Community engagement for quality health services. Tersedia pada: https://www.who.int/teams/integrated-health-services/quality-of-care/community-engagement


Penulis:
Ratih Oktarina
Mahasiswa Pasca-sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia.

Dosen Pembimbing:
Prof. Dr. Dra. Dumilah Ayuningtyas, MARS

Yuk Share Postingan Ini:
Amrullah Jabar
Amrullah Jabar

Editor Kesmas-ID

Articles: 129

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *