Grand Opening Yayasan Santri Peduli Negeri & Seminar Nasional Problematika Kesehatan Dalam Ruang Lingkup Pondok Pesantren

Kontribusi pesantren sehat tidaklah dapat berdiri sendri, melainkan butuh kerjasama dari berbagai lintas sektor diantaranya aparat desa, pelayanan kesehatan ataupun mitra kesehatan lainnya dalam mewujudkan pesantren sehat, dan SAPIN saat ini hadir sebagai Lembaga atau Yayasan yang berharap dapat bermitra untuk mewujudkan santri yang sehat.

Bekasi – Yayasan Santri Peduli Negeri atau yang bisa disingkat dengan Nama SAPIN telah mendapatkan pengesahan Yayasan berdasarkan Surat Keputusan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan nomor AHU- 0015242.AH.01.04 Tahun 2023 per tanggal 18 September 2023 yang lalu.

Minggu, 26 November 2023, bertempat di Graha Bismillah, Jatiasih, Kota Bekasi, Yayasan SAPIN telah melaksanakan grand opening (launching) diiringi dengan kegiatan seminar nasional yang bertemakan “Problematika Kesehatan Dalam Ruang Lingkup Pondok Pesantren”. Acara yang diselenggarakan atas inisiasi beberapa Alumni Pondok Pesantren tersebut dihadiri oleh puluhan orang dari berbagai latar belakang profesi yang berbeda-beda seperti Pengasuh Pondok Pesantren, Organisasi Masyarakat Sipil, Lembaga Swadaya Masyarakat, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Cendikiawan Muslim, Tokoh Visioner dan Akademisi. Dalam kesempatan terseut, Yayasan ini mengundang beberapa narasumber yang mengapresiasi pelaksanaan dan kegiatan yang bermanfaat untuk jangka panjang bagi masyarakat luas.

Perhelatan acara tersebut dilaksanakan dalam bentuk talkshow (dialog interaktif) dengan berbagai narasumber yang inspiratif yakni: Ibu dr. Elvieda Sariwati, M. Epid selaku Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI, juga terdapat Bapak Dr. Sunarno, M.Si, Med selaku Kepala Pusat Riset Biomedis Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan Bapak Dr. Mahrus El Mawa selaku Kasubdit Pendidikan Diniyah dan Ma’had ‘Aly di Kementerian Agama RI, serta Bapak dr. Faruq Yufarriuqu Mufaza selaku Dewan Pembina Yayasan Santri Peduli Negeri (SAPIN).

Seminar Nasional dibuka oleh Yasayasan Santri Peduli Negeri yang diwakili oleh dr. Faruq Yufarriqu Mufaza selaku Dewan Pembina, beliau menyampaikan jumlah pesantren yang sangat banyak di Indonesia yakni berjumlah 39.403 pondok pesantren dan 5 juta lebih santri dan santriwati yang tersebar sangat membutuhkan edukasi dan perhatian khusus dari pemerintah terkait kesehatan di Pesantren. Kontribusi pesantren sehat tidaklah dapat berdiri sendri, melainkan butuh kerjasama dari berbagai lintas sektor diantaranya aparat desa, pelayanan kesehatan ataupun mitra kesehatan lainnya dalam mewujudkan pesantren sehat, dan SAPIN saat ini hadir sebagai Lembaga atau Yayasan yang berharap dapat bermitra untuk mewujudkan santri yang sehat.

SAPIN akan mencoba untuk tetap terus melangkah dengan mantap dalam space yang kami bangun selama 6 tahun terakhir (2017), dan akan terus memperdalam pengetahuan terutama di bidang kesehatan agar semakin tepat dalam melangkah, dan juga inovasi yang dihasilkan semakin tajam serta sesuai dengan apa yang dibutuhkan publik dan khalayak luas. Kami percaya masyarakat sipil memiliki suara, kekuatan dan dan keahlian yang sangat amat bisa diandalkan dalam membangun negeri.

Sektor kesehatan haruslah menjadi prioritas pembangunan. Yayasan SAPIN berharap pemerintah dapat melaksanakan tata kelola yang partisipatif untuk sistem kesehatan, menjalankan investasi bermakna untuk sistem kesehatan, menjadikan kebutuhan masyarakat sebagai fokus utama sistem kesehatan, mewujudkan diplomasi integratif untuk kesehatan, serta mewujudkan kerja layak untuk seluruh tenaga kesehatan. Pembangunan kesehatan mesti berkelanjutan, terlepas dari terjadinya pergantian pemerintahan. Masukan dari masyarakat akan selalu relevan bagi pemerintah yang sedang berjalan maupun yang akan datang.

Selanjutnya dilanjutkan dengan pemaparan narasumber dari Kementerian Kesehatan RI, Ibu dr. Elvieda Sariwati, M. Epid selaku Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat menyampaikan rekomendasi perencanaan strategis untuk merumuskan kebijakan terkait kesehatan, yakni dengan berkomitmen melakukan berbagai transformasi kesehatan di Indonesia.

Kementerian Kesehatan melakukan pendekatan layanan kesehatan mulai dari tingkat dasar dan bertahap di seluruh Indonesia dan juga telah menetapkan 3 fokus Integrasi Pelayanan Kesehatan Primer. Dalam mendukung transformasi kesehatan, diperlukan adanya strategi promosi kesehatan sebagai acuan kegiatan promotive preventive yang di lakukan. Diharapkan promosi kesehatan ini bisa efektif sampai ke hasil dan time effective.

Saat ini sedang mengembangkan literasi kesehatan dan sudah mengidentifikasi sebanyak 22 topik yang masuk bertemakan kesehatan. Saat ini Kemenkes RI dan Kemendikbud RI melakukan kolaborasi yakni dengan melakukan workshop di berbagai sekolah dan mulai tahun 2024 ingin menerapkan ke berbagai sekolah serta berfokus ke Pesantren di Indonesia yang diharapkan bisa memonitor kesehatan di Indonesia sebagai fokus integrasi pelayanan kesehatan. Kemenkes juga sudah mengupdate 29 bahan ajar yang telah selesai diproduksi dan sedang dalam proses kurasi oleh Kemendikbud RI yang disesuaikan dengan jenis usia santri.

Kemudian narasumber Bapak Dr. Mahrus El Mawa selaku Kasubdit Pendidikan Diniyah dan Ma’had ‘Aly di Kementerian Agama menyampaikan bahwa UU Pondok Pesantren No 18 Tahun 2019 bisa menjadi payung besar yang dapat menjadi pedoman di dalam ruang lingkup pondok pesantren. Dahulu pendidikan selama di pesantren tidak pernah mengacu undang-undang, karena dahulu undang-undang tidak memberikan ruang dan kesempatan yang cukup luas. Kemenag berharap bahwa Kemenkes dan Kemenag dapat saling bersinergi dalam menentukan pedoman untuk pesantren sehat.

Regulasi saat ini yang sedang dibuat ialah pesantren ramah anak, untuk pesantren sehat mengacu dan mengikuti kepada program yang dibuat oleh Kemenkes. Beliau mempersoalkan perihal kesehatan di pesantren perlu ditilik lagi dari segi pesantrenya, dan tata pengelolaannya. Jika pesantren cukup besar dan diisi oleh banyak santri, memerlukan pengelolaan yang lebih rumit jika dibandingkan dengan pesantren yang lebih sedikit santrinya.

Acara berakhir dan ditutup dengan pemaparan narasumber dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bapak Dr. Sunarno, M.Si, Med selaku Kepala Pusat Riset Biomedis. Beliau menyampaiakan permintaan dari pihak Kementerian Kesehatan terkait evidence based telah diterima dan siap untuk bersinergi bersama. BRIN siap mendukung penelitian-penelitian karena sudah memiliki anggaran yang cukup banyak untuk berbagai penelitian – penelitian di pondok pesantren.

Saat ini BRIN telah menyediakan beasiswa untuk dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi bagi santri, dan BRIN siap memfasilitasi dan berkolaborasi. Rencana kedepan BRIN akan mengajak SAPIN ke pertemuan selanjutnya sebagai implementasi kegiatan yang diinginkan. BRIN berprinsip dan siap berkolaborasi dan memfasilitasi semua kegiatan yang diadakan oleh SAPIN. Kesehatan pesantren sangatlah rumit (complicated). Butuh perhatian lebih dari pihak pemerintah bagaimana cara untuk mengelola dan menyikapi kesehatan di pesantren, terutama dari sisi gizi, kesehatan reproduksi, kesehatan jiwa, sanitasi dan lingkungan, kesehatan bencana serta penyakit wabah menular dan tidak menular perlu mendapatkan perhatian khusus serta edukasi yang tepat.


Penulis:
Heidya Rifdasuci
Kontributor Yayasan Santri Peduli Negeri

Yuk Share Postingan Ini:
Kesmas.ID
Kesmas.ID
Articles: 672

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *