Indonesia merupakan salah satu negara dengan beban ganda permasalahan gizi. Permasalahan gizi tersebut antara lain stunting, wasting, overweight dan kekurangan zat gizi mikro. Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada tahun 2022, balita yang mengalami stunting sebanyak 21,6 %, mengalami penurunan berat badan secara drastis (wasting) 7,7 %, gizi kurang atau gizi buruk 17,1% dan kelebihan berat badan sebanyak 3,5%. Permasalahan gizi ini merupakan permasalahan yang sangat penting karena dapat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak. Oleh karena itu, perlu upaya yang terbaik untuk menekan dan mencegah terjadinya masalah gizi yang lebih buruk yaitu dengan deteksi dini status gizi anak.

Apa Itu Status Gizi?
Menurut WHO (World Health Organization) status gizi digunakan sebagai tolok ukur dalam menilai perkembangan dan kebutuhan nutrisi anak. Status gizi merupakan keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan gizi dari makanan dan kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk metabolisme tubuh.
Kelompok Usia Rentan
Kelompok usia yang rentan terkena masalah gizi antara lain:
- Bayi (usia kurang dari 1 tahun)
- Anak usia 1 sampai kurang dari 2 tahun (baduta)
- Anak pra-sekolah usia 2 sampai kurang dari 6 tahun
Faktor Risiko Status Gizi
Status gizi dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor langsung dan tidak langsung. Faktor langsung yaitu penyakit infeksi dan jenis pangan yang dikonsumsi baik secara kualitas maupun kuantitas. Sedangkan faktor tidak langsung antara lain sosial ekonomi, pendidikan, pengetahuan, pendapatan, pola asuh yang kurang memadai, sanitasi lingkungan yang kurang baik, rendahnya ketahanan pangan tingkat rumah tangga dan perilaku terhadap pelayanan kesehatan.
Pentingnya Memahami Status Gizi Anak
Status gizi berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan balita. Status gizi akan sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak baik secara fisik, kognitif dan psikologis. Anak dengan gizi yang baik akan mengalami tumbuh kembang yang baik dan ideal. Anak yang mengalami kekurangan gizi akan menyebabkan berbagai keterbatasan antara lain pertumbuhan mendatar, berat badan dan tinggi badan menyimpang dari pertumbuhan normal dan akan mengalami keterlambatan dalam perkembangan motorik. Oleh karena itu, untuk menghindari risiko berbahaya pada pertumbuhan anak, orang tua harus melakukan pemeriksaan kesehatan rutin dan memberikan pola makan dengan gizi seimbang. Selain itu, orang tua juga perlu memberikan variasi makanan, menjaga tingkat aktivitas fisik, menjalani gaya hidup yang bersih, serta rutin memantau berat badan untuk menjaga berat badan yang sehat dan mencegah masalah gizi.

Penilaian Status Gizi
Penilaian status gizi penting dilakukan karena gizi yang bermasalah akan berdampak pada tumbuh kembang anak yang bisa mengakibatkan kesakitan dan kematian. Indikator ukuran antropometri digunakan sebagai kriteria utama untuk menilai kecukupan asupan gizi dan pertumbuhan bayi dan balita. Standar Antropometri Anak digunakan untuk menilai atau menentukan status gizi anak. Penilaian status gizi Anak dilakukan dengan membandingkan hasil pengukuran Berat Badan (BB) dan Panjang atau Tinggi Badan (PB/TB) dengan Standar antropometri anak. Klasifikasi penilaian status gizi berdasarkan indeks antropometri sesuai dengan kategori status gizi pada WHO Child Growth Standards untuk anak usia 0-5 tahun. Berikut cara menghitung status gizi anak :
Indeks BB/U ini menggambarkan berat badan relatif dibandingkan dengan umur anak. Indeks ini digunakan untuk menilai anak dengan berat badan kurang (underweight) atau sangat kurang (severely underweight), tetapi tidak dapat digunakan untuk mengklasifikasikan anak gemuk atau sangat gemuk. Penting diketahui bahwa seorang anak dengan BB/U rendah, kemungkinan mengalami masalah pertumbuhan, sehingga perlu dikonfirmasi dengan indeks BB/PB atau BB/TB atau IMT/U sebelum diintervensi. Berikut indikator status gizi anak sesuai dengan standar WHO pengukuran BB/U.
- Berat badan sangat kurang (severely underweight) : <-3 SD
- Berat badan kurang (underweight) : – 3 SD s.d <- 2 SD
- Berat badan normal : -2 SD s.d +1 SD
- Risiko Berat badan lebih : > +1 SD
Indeks PB/U atau TB/U menggambarkan pertumbuhan panjang atau tinggi badan anak berdasarkan umurnya. Indeks ini dapat mengidentifikasi anak-anak yang pendek (stunted) atau sangat pendek (severely stunted), yang disebabkan oleh gizi kurang dalam waktu lama atau sering sakit. Anak-anak yang tergolong tinggi menurut umurnya juga dapat diidentifikasi. Anak-anak dengan tinggi badan di atas normal (tinggi sekali) biasanya disebabkan oleh gangguan endokrin, namun hal ini jarang terjadi di Indonesia. Berikut indikator status gizi menurut WHO pengukuran PB/U atau TB/U.
- Sangat pendek (severely stunted) : <-3 SD
- Pendek (stunted) : – 3 SD s.d <- 2 SD
- Normal : -2 SD s.d +3 SD
- Tinggi : > +3 SD
- Gizi buruk (severely wasted) : <-3 SD
- Gizi kurang (wasted) : – 3 SD s.d <- 2 SD
- Gizi baik (normal) : -2 SD s.d +1 SD
- Berisiko gizi lebih (possible risk of overweight) : > + 1 SD s.d + 2 SD
- Gizi lebih (overweight) : > + 2 SD s.d + 3 SD
- Obesitas : > + 3 SD
Indeks IMT/U digunakan untuk menentukan kategori gizi buruk, gizi kurang, gizi baik, berisiko gizi lebih, gizi lebih dan obesitas. Grafik IMT/U dan grafik BB/PB atau BB/TB cenderung menunjukkan hasil yang sama. Namun indeks IMT/U lebih sensitif untuk penapisan anak gizi lebih dan obesitas. Anak dengan ambang batas IMT/U >+1SD berisiko gizi lebih sehingga perlu ditangani lebih lanjut untuk mencegah terjadinya gizi lebih dan obesitas. Berikut indikator status gizi menurut WHO pengukuran IMT/U.
- Gizi buruk (severely wasted) : <-3 SD
- Gizi kurang (wasted) : – 3 SD s.d <- 2 SD
- Gizi baik (normal) : -2 SD s.d +1 SD
- Berisiko gizi lebih (possible risk of overweight) : > + 1 SD s.d + 2 SD
- Gizi lebih (overweight) : > + 2 SD s.d +3 SD
- Obesitas : > + 3 SD
Referensi
- Adriani, M. & Wirjatmadi B. (2016). Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta: Kencana.
- Kemenkes RI. (2022). Buku Saku Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022.
- Kemenkes. https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/blog/20170216/0519737/status-gizi-balita-dan-interaksinya/ (diakses pada 22 Juli 2024).
- Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Standar Antropometri Anak.
- Setiani, D. Y. & Ratna, I. (2023). Pemeriksaan Status Gizi Anak Sekolah Sebagai Upaya Pencegahan Masalah Gizi. Abdimas Kosala, 2(2): 63-69.
Artikel Edukasi Status Gizi Anak ini sudah direview oleh:
Ari Sriyanti, S.K.M.
Programer Promkes Puskesmas Culamega
Puskesmas Culamega
Alamat : Jl. Gubernur Sewaka No. 2, Desa Cintabodas, Kec. Culamega, Kab. Tasikmalaya, Jawa Barat 46188
Telpon : 0265758416