Penyakit cacingan masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia, terutama pada anak usia sekolah dasar. Salah satu faktor pemicu yaitu karena berada di lingkungan tropis, kebiasaan bermain di tanah tanpa alas kaki, serta rendahnya kesadaran menjaga kebersihan membuat anak-anak sangat rentan terkena infeksi cacing. Menurut World Health Organization (WHO), terdapat lebih dari 1,5 miliar orang di dunia terinfeksi soil-transmitted helminths (STH), dan sekitar 55 juta anak Indonesia membutuhkan pengobatan pencegahan cacingan.
Di Indonesia, prevalensi cacingan bervariasi antara 2,5% hingga 65%, bahkan bisa mencapai 80% pada anak usia sekolah. Kondisi ini menunjukkan bahwa penyakit cacingan bukanlah hal sepele, melainkan ancaman serius yang dapat mengganggu tumbuh kembang generasi muda bahkan dapat memberikan dampak fatal.

Bahaya Cacingan pada Anak
Infeksi cacing usus seperti Ascaris lumbricoides (cacing gelang), Trichuris trichiura (cacing cambuk), dan Ancylostoma duodenale (cacing tambang) dapat menyebabkan gangguan kesehatan serius. Cacing hidup dalam usus dan menyerap nutrisi yang seharusnya digunakan tubuh untuk tumbuh. Akibatnya:
- Gangguan gizi : anak menjadi kurus, pucat, lesu, dan berat badan sulit naik.
- Anemia : cacing tambang menghisap darah sehingga menurunkan kadar hemoglobin.
- Gangguan kognitif : kekurangan gizi dan anemia menurunkan konsentrasi belajar dan prestasi akademik.
- Masalah tumbuh kembang : anak kehilangan periode emas (golden period) pertumbuhan fisik dan perkembangan otak.
Jika tidak segera ditangani, cacingan dapat menurunkan kualitas kesehatan, kecerdasan, tumbuh kembang dan produktivitas anak di masa depan.

Cara Pencegahan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Cacingan sebenarnya dapat dicegah dengan menerapkan metode Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Beberapa langkah sederhana yang dapat dilakukan antara lain:
- Mencuci tangan dengan sabun sebelum makan, setelah bermain, dan setelah dari toilet.
- Menggunakan alas kaki saat bermain di luar rumah untuk mencegah larva cacing masuk lewat kulit kaki.
- Memotong kuku secara rutin agar telur cacing tidak menempel dan masuk ke dalam mulut.
- Menggunakan air bersih dan jamban sehat untuk mengurangi risiko penularan dari tanah atau air yang tercemar.
- Makan makanan dengan gizi seimbang yang diolah dengan baik agar terhindar dari pencemaran telur cacing.
- Minum obat cacing rutin setiap 6 bulan sesuai anjuran dari Kementerian Kesehatan RI.

Peran Kader dalam Melindungi Generasi Anak Indonesia
Kader kesehatan baik desa dan sekolah memiliki peran sangat penting dalam upaya pencegahan cacingan, antara lain:
- Edukasi dan sosialisasi tentang bahaya cacingan serta cara pencegahannya dengan PHBS kepada anak-anak dan orang tua.
- Membantu pelaksanaan program pemberian obat cacing massal setiap 6 bulan sekali.
- Mengawasi kebersihan lingkungan sekolah dan rumah agar tetap sehat dan tidak menjadi tempat berkembangnya telur cacing.
- Menjadi agen perubahan dan penghubung antara masyarakat dengan tenaga kesehatan, sehingga anak-anak dapat memperoleh pengobatan lebih cepat bila terinfeksi.
Dengan peran aktif kader, orang tua, dan guru, maka generasi muda Indonesia dapat terbebas dari ancaman cacingan dan tumbuh menjadi anak yang sehat, cerdas, dan berprestasi.
Gambaran Kasus Nyata
- Seorang balita bernama Raya (4 tahun) dari Kampung Pasir Ceuri, Kabupaten Sukabumi, mengalami infeksi cacing parah. Ia berasal dari keluarga dengan latar belakang rentan: ibunya adalah ODGJ dan ayahnya pengidap TBC. Pada 13 Juli 2025, Raya dievakuasi dalam kondisi tidak sadarkan diri oleh tim relawan. Ia tidak memiliki identitas resmi dan tidak terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan, sehingga pengurusan biaya perawatan menjadi sangat sulit. Pihak pemerintah baru merespons setelah kondisi sudah sangat parah.
Cacingan pada anak bukan hanya masalah kesehatan individu, tetapi juga ancaman bagi kualitas sumber daya manusia Indonesia. Pencegahan melalui PHBS, kepatuhan minum obat cacing, serta edukasi berkelanjutan menjadi kunci utama. Dengan dukungan kader kesehatan, guru, dan orang tua, generasi anak Indonesia dapat tumbuh sehat, cerdas, dan berdaya saing.
Referensi
- Hakim, A. R., Saputri, R., & Mustaqimah. (2023). Edukasi Tentang Penyakit Cacingan dan Cara Mencuci Tangan yang Benar pada Siswa SD. Majalah Cendekia Mengabdi, 1(1), 1–4.
- Agustin, S. K., Ramadhani, A., Herlina, M. I., Putri, N. S. D., & Atmadani, R. N. (2023). Penyuluhan Bahaya Cacingan bagi Siswa SD sebagai Upaya Mewujudkan Anak Indonesia Sehat dan Berprestasi. Jurnal Pengabdian UNDIKMA, 4(1), 257–263.
- Arrizky, M. H. I. A. (2021). Faktor Risiko Kejadian Infeksi Cacingan. Jurnal Medika Hutama, 2(4), 1181–1186.
- Kisah nyata kasus “Raya”: infeksi cacing, latar keluarga rentan, kendala administratif, dan respons terlambat pihak berwenang. Kompasiana
Artikel ini telah di-review oleh:
Bani Srinurbani, S.KM
Tenaga Promkes Puskesmas Cigalontang
Puskesmas Cigalontang
Jl. Perkantoran No. 38, Desa Cigalontang, Kecamatan Cigalontang, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat
No Telp: 0852-2241-3135



