Meski Kutai Timur (Kutim) disebut sebagai daerah berkembang yang kaya dengan segala potensi alamnya, namun kasus gizi buruk masih ditemukan setiap tahunnya. Kasus yang kerap dialami balita tersebut terjadi di beberapa kecamatan.
Menurut Plt Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kutai Timur, Bahrani Hasanal didampingi Kepala Bidang (Kabid) Bina Kesehatan Masyarakat (Binkesmas), Oeryantono mengatakan bahwa timbulnya kasus gizi buruk di wilayah Kutim, selain memang dikarenakan faktor bawaan dari lahir, juga lebih disebabkan faktor kesalahan dalam pola asuh orang tua kepada anak. Selain itu, rendahnya tingkat kesejahteraan ekonomi atau belum mapan, juga menjadi faktor pendukung terjadinya gizi buruk.
“Kalau angkanya tidak bisa kami ekspose. Yang jelas, rata-rata anak yang mengidap gizi buruk, juga memiliki penyakit bawaan,” ucap Oeryantono.
Dia mengatakan, hampir di setiap kecamatan di Kutim ada ditemukan kasus gizi buruk. Namun temuan kasus ini lebih didominasi pada daerah yang sedang berkembang perkebunan sawit. Kebanyakan warga pendatang yang bekerja sebagai buruh sawit, sering tidak terlalu memperhatikan pola asuh kepada anak. Karena anak hanya dititipkan di tempat penitipan sehingga pola makan anak yang seharusnya memiliki asupan gizi yang cukup, sering terabaikan. Terlebih lagi rendahnya kesadaran warga setempat terhadap fasilitas dan program-program peningkatan kesehatan anak, seperti Posyandu.
“Belum lagi adanya penyakit bawaan yang sering diderita balita, seperti diare, TBC hingga Hydro Sepalus, menjadi penyakit utama yang kemudian membawa balita pada kondisi gizi buruk,” lanjutnya.
Sementara itu, kata dia, dalam penanganan kasus gizi buruk, Dinas Kesehatan Kutim melalui Puskesmas di masing-masing kecamatan terus melakukan pendampingan dengan memberikan makanan tambahan. Jika memang tidak dapat tertangani oleh pihak Puskesmas, barulah dilakukan rujukan kepada Rumah Sakit yang memang ditunjuk untuk menangani kasus gizi buruk. Selain itu, sosialisasi guna memberikan pemahaman kepada keluarga dalam menjaga pola asuh anak serta pemberian asupan makanan bergizi, juga terus dilakukan. Hal ini agar pihak keluarga terutama orang tua sadar akan pentingnya mejaga kesehatan keluarga khususnya anak serta tidak mengesampingkan pola asuh anak yang benar.
“Kami harap dari sosialisasi yang intens, kasus gizi buruk bisa lebih ditekan,” harap Oeryantono. (aj)
Penyebab Gizi Buruk
- Infeksi penyakit
- Asupan gizi kurang karena kemiskinan, pendidikan rendah, dan kurangnya ketersedian pangan
- Ibu hamil yang kurang memperhatikan asupan gizi kandungannya, tidak memeriksakan kehamilan dan kurang memperhatikan kehamilannya.