Maraknya berita tentang kasus pencemaran air menjadi momok menakutkan bagi sebagian orang. Hal ini mengingat bahwa air merupakan kebutuhan dasar manusia yang juga memiliki peranan penting sebagai sumber kehidupan di muka bumi. Pencegahan pencemaran air minum penting untuk dilakukan karena badan air yang tercemar dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan, seperti kolera dan diare, terutama jika keberadaannya berdekatan atau justru menjadi sumber air yang kita konsumsi sehari-hari.
World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa terdapat sekitar 1 juta orang di dunia yang meninggal setiap tahunnya karena terjangkit diare akibat pencemaran air dan kondisi sanitasi yang buruk. Air dapat menjadi media berkembangbiaknya mikroba patogen, seperti bakteri dan parasit, sehingga berisiko menjadi awal penyebab timbulnya masalah kesehatan ketika masuk ke dalam tubuh.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menjaga kualitas air minum agar layak dan aman dikonsumsi sesuai standar kesehatan. Berikut merupakan empat upaya yang dapat kita lakukan untuk mencegah pencemaran air minum.
1. Stop Perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS)

BABS merupakan kebiasaan membuang tinja di tempat terbuka seperti sungai, kebun, ladang, atau pantai tanpa fasilitas sanitasi yang layak. Kebiasaan ini sangat berisiko menjadi sumber penyebaran penyakit karena bakteri E. coli dari kotoran manusia dapat masuk ke dalam tubuh melalui tangan atau mulut dengan perantara air yang tercemar. Maka dari itu, gerakan ‘STOP BABS’ yang digelontorkan pemerintah harus diikuti untuk memastikan lingkungan sekitar kita bebas dari zat pencemar. Beberapa upaya yang bisa dilakukan antara lain dengan membuat jamban sesuai standar kesehatan, serta membiasakan diri cuci tangan pakai sabun setiap kali selesai buang air. Air minum rumah tangga dapat dikatakan layak apabila diambil dari sumber yang memiliki jarak sekurang-kurangnya 10 m dari tempat pembuangan kotoran, pembuangan limbah, dan pembuangan sampah.
2. Pengelolaan Sampah yang Tepat

Perilaku membuang sampah sembarangan, terutama ke badan air alami, dapat menyebabkan perairan tercemar, sehingga sumber air bersih menjadi berkurang. Dalam skala rumah tangga, kita dapat mengambil langkah dengan memisahkan sampah organik dan anorganik. Sampah organik seperti sisa buah, sayur, dan makanan dapat diolah menjadi kompos atau dimasukkan ke dalam lubang biopori. Sementara itu, sampah anorganik dapat dikumpulkan untuk kemudian diangkut ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS). Melalui upaya tersebut, kita telah berkontribusi dalam mengurangi penumpukan sampah di satu lokasi, sehingga risiko terjadinya pencemaran menjadi berkurang.
3. Pengolahan Air Minum yang Tepat

Selain dari sumbernya, pencemaran air minum juga dapat terjadi ketika proses pengolahan. Proses ini dilakukan apabila air tidak diambil dari sumber yang bisa langsung diminum. Adapun tahapan pengolahan air minum yang dapat kita terapkan dalam skala rumah tangga adalah sebagai berikut.
- Filtrasi (penyaringan) menggunakan kain, plastik, saringan pasir, keramik filter, membran, atau media lain yang sesuai guna menghilangkan partikel termasuk bakteri, virus, dan protozoa.
- Sedimentasi (pengendapan) dengan tujuan untuk mengendapkan flok partikel dan memisahkan kotoran/warna, sehingga air akan terolah dan menjadi lebih jernih.
- Aerasi, yaitu memaksimalkan kontak antara air dengan udara pada saat penyimpanan sebelum diolah. Dalam skala rumah tangga, proses ini bisa kita lakukan dengan memasang keran air sedikit lebih tinggi dari tempat penampungan atau dengan membiarkan wadah penampungan air terbuka beberapa jam sebelum proses pengolahan lebih lanjut. Aerasi berfungsi untuk meningkatkan kadar oksigen, melepaskan gas-gas terlarut berbau, serta mengendapkan kadar besi dalam air, sehingga air minum akan terasa lebih segar.
- Dekontaminasi, yaitu proses pengolahan melalui desinfeksi dan sterilisasi secara fisik maupun kimiawi untuk menghilangkan kontaminasi mikroorganisme. Proses ini bisa kita lakukan dengan merebus, menambahkan klorin cair/padat dengan dosis dan cara yang tepat, serta metode lain yang sesuai.
4. Pewadahan dan Penyajian Air Minum yang Tepat

Pewadahan dan penyajian air minum juga penting diperhatikan untuk menghindari terjadinya pencemaran ulang. Kita bisa mengupayakan dengan menyimpan air minum dalam wadah yang tertutup rapat, kuat, serta terbuat dari bahan stainless steel, keramik, kaca, atau plastik. Wadah tersebut juga harus dibersihkan secara berkala sesuai prinsip higiene dan sanitasi minimal sekali dalam seminggu. Selain pewadahan, pada saat penyajian juga perlu dihindari adanya sentuhan langsung dengan tangan atau mulut.
Air minum yang layak konsumsi dapat dikenali dengan beberapa kriteria, seperti tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak mengandung zat berbahaya. Selain upaya pencegahan, kriteria ini juga penting untuk diketahui agar kita terhindar dari masalah kesehatan akibat konsumsi air yang tidak layak dan tidak aman.
Referensi:
- Laporan Studi Kualitas Air Minum Rumah Tangga Indonesia Tahun 2020, https://repository.badankebijakan.kemkes.go.id/id/eprint/4936/1/Laporan%20SKAM-RT%20Balitbangkes.pdf.
- Nurhidayati, Wa Ode. and L. M. Zainul (2023) ‘Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS) pada Masyarakat di Desa Wakeakea Kabupaten Buton Tengah’, Miracle Journal of Public Health (MJPH), 6(01), pp. 62–69.
- Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 2 Tahun 2023.
- World Health Organization (2023), drinking water, https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/drinking-water.
Artikel ini telah direview oleh:
Sri Nurjanah, S.K.M.
Staf Promkes Puskesmas Rajapolah
Puskesmas Rajapolah
Jl. Raya Rajapolah, Rajapolah, Kec. Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat 46155
Telp. (0265) 42000



