Dampak Perubahan Iklim terhadap Risiko DBD di Indonesia: Apa yang Perlu Anda Ketahui?

Perubahan iklim dapat meningkatkan risiko penularan nyamuk DBD akibat peningkatan suhu dan pola curah hujan yang tidak menentu.

Perubahan iklim bukan hanya menjadi isu lingkungan, tetapi juga ancaman serius terhadap kesehatan global. Di Indonesia, salah satu dampak paling nyata adalah meningkatnya risiko penyakit menular seperti Demam Berdarah Dengue (DBD). Penyakit yang disebabkan oleh virus dengue ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kondisi iklim yang berubah, seperti suhu yang semakin hangat dan pola curah hujan yang tidak menentu, telah menciptakan lingkungan ideal bagi nyamuk-nyamuk tersebut untuk berkembang biak. Apa saja hubungan antara perubahan iklim dan peningkatan risiko DBD?

Kenaikan Suhu Meningkatkan Perkembangbiakan Nyamuk

Perubahan iklim telah meningkatkan suhu rata-rata di berbagai wilayah Indonesia. Nyamuk Aedes aegypti sangat sensitif terhadap suhu. Studi menunjukkan bahwa suhu yang lebih hangat mempercepat siklus hidup nyamuk, mempercepat perkembangan virus dengue di dalam tubuh nyamuk, dan meningkatkan frekuensi gigitan nyamuk terhadap manusia. Pada suhu optimal sekitar 26-30°C, populasi nyamuk bisa berkembang lebih cepat sehingga meningkatkan risiko penularan virus dengue kepada manusia.

Curah Hujan dan Genangan Air sebagai Faktor Pendukung

Pola curah hujan yang tidak menentu juga menjadi faktor penting. Perubahan iklim sering menyebabkan hujan deras di beberapa wilayah, diikuti oleh periode kering yang panjang. Kondisi ini menciptakan genangan air yang menjadi tempat berkembang biak nyamuk. Wadah atau tempat yang dapat menampung air di lingkungan, seperti ban bekas, pot bunga, atau talang air yang tidak bersih, dapat menjadi habitat ideal bagi jentik nyamuk. Hal ini semakin memperburuk epidemi DBD, terutama di daerah perkotaan yang padat penduduk dan memiliki sistem drainase yang kurang baik.

Perluasan Wilayah Geografis Risiko DBD

Salah satu dampak yang sering tidak disadari adalah ekspansi wilayah risiko DBD. Dengan meningkatnya suhu global, daerah-daerah yang sebelumnya memiliki suhu terlalu dingin bagi nyamuk kini mulai menjadi habitat potensial. Hal ini telah dilaporkan di dataran tinggi Indonesia, seperti Malang atau Bandung, yang sebelumnya memiliki kasus DBD yang lebih rendah dibandingkan daerah dataran rendah.

Pencegahan DBD dalam Menghadapi Tantangan Perubahan Iklim

Menghadapi ancaman ini, langkah pencegahan sangat penting. Masyarakat perlu diedukasi untuk memberantas sarang nyamuk, terutama dengan program 3M Plus (Menguras, Menutup, dan Mendaur ulang wadah yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk, serta menggunakan kelambu atau obat nyamuk). Selain itu, penguatan program surveilans dan dukungan penelitian dan kebijakan berbasis bukti juga tidak kalah penting. Kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan organisasi kesehatan internasional seperti WHO dapat membantu menciptakan strategi pencegahan yang lebih efektif, termasuk pengembangan vaksin dengue yang lebih luas dan terjangkau.

Perubahan iklim telah memperburuk epidemi DBD di Indonesia, baik melalui peningkatan suhu, perubahan pola curah hujan, maupun perluasan wilayah risiko. Namun, dengan edukasi yang tepat, pencegahan proaktif, dan kebijakan yang terintegrasi, risiko ini dapat diminimalkan. Sebagai bangsa yang tangguh, Indonesia memiliki peluang besar untuk melawan ancaman ini dengan langkah nyata untuk menjaga kesehatan masyarakat sekaligus melestarikan lingkungan.

Referensi
  • BMKG. (2024). Fakta Perubahan Iklim Oktober 2024.
  • World Health Organization (WHO). (2024). Dengue and Severe Dengue.
  • Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2024). Waspada Penyakit di Musim Hujan.
  • Hales, S., de Wet, N., Maindonald, J., & Woodward, A. (2002). Potential effect of population and climate changes on global distribution of dengue fever. The Lancet, 360(9336), 830-834. doi:10.1016/S0140-6736(02)09964-6.

Yuk Share Postingan Ini:
Dianissafitrah Hidayati
Dianissafitrah Hidayati

Editor in Kesmas-ID | Health Content Strategist

Articles: 30

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *