“Lebih dari separuh santri di sekolah berasrama mengalami skabies dalam satu tahun terakhir.” Temuan ini bukan sekadar statistik, melainkan alarm bagi dunia pendidikan dan kesehatan masyarakat. Di tengah upaya nasional mewujudkan kota sehat, Universitas Siliwangi mengambil langkah nyata untuk menjawab tantangan tersebut melalui kegiatan pengabdian masyarakat yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Al-Hikmah, Tasikmalaya.
Kegiatan ini merupakan bagian dari pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya dalam bentuk pengabdian kepada masyarakat. Universitas Siliwangi tidak hanya hadir sebagai pengamat, tetapi sebagai aktor utama yang memobilisasi edukasi kesehatan berbasis komunitas. Dalam pelaksanaannya, kampus ini juga bermitra dengan Puskesmas Sangkali, yang menghadirkan tim promosi kesehatan untuk memberikan materi langsung kepada para santri.
Skabies: Ancaman Nyata di Lingkungan Pesantren
Skabies, penyakit kulit menular yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei, menjadi salah satu masalah kesehatan yang paling sering muncul di lingkungan pesantren. Penelitian Amalia et al. (2023) mencatat prevalensi 18,5% di pesantren Jawa Tengah, sementara P. Mawardi et al. (2024) menemukan angka 15% di Jawa Barat. Lebih ekstrem lagi, studi Rr. W. Awisarita et al. (2024) mengungkap prevalensi 62,6% di sebuah sekolah berasrama.
Penyebaran skabies dipicu oleh kondisi lingkungan yang padat dan perilaku higienis yang belum optimal. Santri kerap berbagi tempat tidur, pakaian, dan perlengkapan pribadi lainnya, membuka celah bagi penularan tungau. Minimnya pemahaman tentang pentingnya mandi teratur, mencuci tangan, dan mengganti pakaian bersih memperburuk situasi. Dampaknya tidak hanya pada aspek fisik, seperti infeksi kulit yang dapat menular dan demam sistemik dapat terjadi, tetapi juga pada aspek psikososial, seperti rasa malu, isolasi, dan terganggunya proses belajar.
Intervensi Edukatif dan Kolaboratif

Universitas Siliwangi merancang kegiatan ini dengan pendekatan edukatif dan partisipatif. Santri diberikan pemahaman tentang personal hygiene melalui pemaparan materi oleh tim promosi kesehatan dari Puskesmas Sangkali. Kegiatan dilengkapi dengan simulasi praktik kebersihan, kuis interaktif, dan pretest-posttest untuk mengukur pemahaman peserta.
Antusiasme para santri sangat tinggi. Mereka aktif bertanya, berdiskusi, dan menunjukkan komitmen untuk menerapkan kebiasaan bersih dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan ini membuktikan bahwa dengan dukungan akademik dan kemitraan lintas sektor, pesantren dapat menjadi ruang strategis dalam membentuk generasi muda yang sehat dan berdaya.
Pondok Pesantren Al-Hikmah: Titik Awal Perubahan
Pemilihan Pondok Pesantren Al-Hikmah sebagai lokasi kegiatan bukan tanpa alasan. Sebagai institusi pendidikan yang menampung puluhan santri, pesantren ini menjadi representasi nyata dari tantangan dan potensi dalam peningkatan kesehatan remaja. Kegiatan yang dilaksanakan pada 16 Agustus 2025 ini menjadi bukti bahwa perubahan bisa dimulai dari ruang-ruang sederhana, selama ada komitmen dan kolaborasi.

Menuju Kota Sehat yang Berkelanjutan
Langkah Universitas Siliwangi ini bukan hanya tentang satu pesantren, tetapi tentang membangun ekosistem pendidikan yang sehat dan berkelanjutan. Jika direplikasi lebih luas, pendekatan ini dapat menjadi fondasi kota sehat yang dimulai dari ruang belajar remaja. Remaja yang sehat secara fisik dan mental akan tumbuh menjadi generasi yang tangguh, berdaya, dan peduli terhadap lingkungan. Mari kita wujudkan Indonesia yang lebih sehat, dimulai dari institusi pendidikan yang membentuk masa depan bangsa.
Penulis:
Tim Pengabdian Masyarakat Universitas Siliwangi
(Andy Muharry, Faisal Fadilla Noorikhsan, Kharisma Nurul Fazrianti Rusman, Yuni Laferani, Wulan Tri Yutanti, Irfan Nafis Sjamsuddin, Siti Sa`adah, Riana Pramuji)



