Q & A : Informasi Seputar Imunisasi

Masih banyak terjadi miskonsepsi tentang imunisasi. Berikut ini informasi seputar imunisasi yang layak untuk diketahui.

Imunisasi adalah suatu upaya pencegahan penyakit dengan memberikan vaksin (produk bakteri/virus yang dilemahkan) agar menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap penyakit tertentu. Meskipun imunisasi sudah bukan lagi hal asing bagi kita, namun seringkali masih banyak terjadi miskonsepsi tentang imunisasi. Banyak pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam masyarakat tapi kurang mendapatkan jawaban. Berikut ini informasi seputar imunisasi yang layak untuk diketahui.

Apa perbedaan imunisasi DT dan Td ?

Imunisasi DT (Difteria Tetanus) diberikan untuk mencegah beberapa penyakit infeksi seperti difteri, tetanus, dan batuk rejan (pertussis). Sedangkan imunisasi Td (Tetanus Diphteria) merupakan imunisasi lanjutan dari imunisasi DT agar anak semakin kebal dengan ketiga penyakit tersebut.

Bayi / anak sedang pilek batuk, bolehkah di imunisasi ?

Boleh. Batuk pilek ringan tanpa demam boleh diimunisasi, kecuali bila bayi sangat rewel, imunisasi dapat ditunda 1 – 2 minggu kemudian.

Jika sedang minum antibiotik bolehkah diimunisasi ?

Boleh, karena antibiotik tidak mengganggu potensi vaksin. Perlu dipertimbangkan apabila bayi / anak menderita penyakit atau keadaan tertentu sesuai pedoman umum vaksinasi.

Jika sedang minum obat lain apakah boleh diimunisasi ?

Apabila anak sedang minum obat prednison 2 mg/kgbb/hari, dianjurkan menunda imunisasi 1 bulan setelah selesai pengobatan.

Sesudah diimunisasi apakah pasti tidak akan tertular penyakit tersebut ?

Bayi / Anak yang telah diimunisasi walaupun kemungkinannya kecil masih dapat tertular penyakit tersebut, namun dampak yang timbul akan jauh lebih ringan dibanding terkena penyakit secara alami.

Apakah jadwal imunisasi untuk bayi prematur harus ditunda ?

Ya, vaksin polio sebaiknya diberikan sesudah bayi prematur berumur 2 bulan atau berat badan sudah > 2000 gram, demikian pula DPT, hepatitis B dan Hib.

Berapa lama jarak antara pemberian ASI dengan pemberian vaksin polio oral ?

Air susu ibu dapat diberikan segera setelah imunisasi polio oral pada umur lebih dari 1 minggu. ASI yang diproduksi dalam 1 minggu pertama (kolostrum) terdapat antibodi dengan titer tinggi yang dapat mengikat vaksin polio oral.

Bagaimana jika bayi memuntahkan vaksin polio ?

Jika muntah terjadi sebelum 10 menit segera berikan lagi vaksin polio dengan dosis sama.
Jika muntah berulang, berikan lagi pada keesokan harinya.

Apabila jarak antar imunisasi lebih lama dari jarak yang dianjurkan, apakah vaksinasi perlu diulang ?

Tidak perlu diulang, karena sistem imunisasi tubuh dapat “mengingat” rangsangan vaksin terdahulu. Lanjutkan dengan vaksinasi yang belum diberikan dengan jarak sesuai anjuran.

Apabila anak diberi beberapa jenis vaksin sekaligus apakah tidak berbahaya ?

Tidak berbahaya, asalkan imunisasi dilakukan di bagian tubuh yang berbeda (misalnya paha / lengan kiri dan kanan), menggunakan alat suntik yang berlainan dan memperhatikan ketentuan umum tentang pemberian vaksin.

Beberapa dokter menyuntikkan vaksin di tempat yang berbeda walaupun vaksinnya sama. Apakah ada perbedaan kekebalan ?

(Misalnya penyuntikan vaksin BCG ada yang di lengan atau pinggul, campak, hepatitis B, Hib, DPT di lengan atau paha).

Pemilihan tempat penyuntikan vaksin berdasarkan beberapa pertimbangan antara lain tebal otot atau lemak, untuk mendapatkan kekebalan optimal, cedera yang minimal pada jaringan, pembuluh darah, saraf di sekitarnya, memperkecil kemungkinan rasa tidak nyaman pada bayi dan anak akibat gerakan, sentuhan, terutama apabila bayi sudah dapat berjalan, dan bayi dan anak akibat gerakan, sentuhan, terutama apabila bayi sudah dapat berjalan, dan pertimbangan estetis. Perbedaan tempat penyuntikan tidak menimbulkan perbedaan kekebalan, asalkan kedalaman penusukan jarum atau jaringan yang disuntik vaksin (infrakutan, subkutan, intramuskular) sesuai dengan ketentuan untuk setiap jenis vaksin. Khusus untuk BCG sudah ada kesepakatan diberikan pada lengan kanan atas (deltoid)

Jika pada imunisasi terdahulu timbul Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), bagaimana jadwal vaksinasi selanjutnya ?

Jika KIPI hanya ringan, vaksinasi berikutnya sesuai jadwal, tetapi jika berat sebaiknya dosis berikutnya tidak dilanjutkan. Jika kejadian ikutan pasca imunisasi DPT cukup berat, dosis berikutnya menggunakan vaksin DT.

Apakah dibenarkan mengurangi dosis menjadi setengahnya atau menjadi dosis terbagi (split doses) ?

Pengurangan dosis menjadi setengahnya, atau membagi dosis sangat tidak dibenarkan.

Apabila bayi / anak sudah pernah sakit campak, rubela atau batuk rejan bolehkah di imunisasi untuk penyakit-penyakit tersebut? Apakah justru indikasi kontra ?

Boleh, vaksinasi bayi / anak dengan riwayat pernah sakit campak akan meningkatkan kekebalan dan tidak menimbulkan risiko. Diagnosis campak dan rubella tanpa konfirmasi laboratorium sangat tidak dapat dipercaya. Anak dengan riwayat pernah sakit tersebut sebaiknya tetap diberikan MMR.

Apakah anak yang menderita epilepsi bolehkah diimunisasi ?

Boleh, namun orangtua atau pengasuh harus diingatkan bahwa sesudah vaksinasi dapat timbul demam. Oleh karena itu dianjurkan untuk segera memberikan obat penurun panas. Harus diingatkan pula bahwa demam pasca vaksinasi campak timbul 5 – 10 hari setelah imunisasi.

Apakah anak yang menderita alergi boleh diimunisasi ?

Pasien asma, eksim dan pilek boleh diimunisasi tetapi kita harus sangat berhati-hati jika anak alergi berat terhadap telur. Jika riwayat reaksi anafilaktik terhadap telur (urtikaria luas, pembengkakan mulut atau tenggorok, kesulitan bernafas, mengi, penurunan tekanan darah atau syok) merupakan indikasi kontra untuk vaksin influenza, demam kuning dan demam Q. Sedangkan untuk vaksin MMR karena kejadian reaksi anafilaktik sangat jarang, masih boleh diberikan dengan pengawasan.

Bolehkah memberi paracetamol setelah imunisasi?

Jika bayi/anak mengalami gejala flu seperti pilek dan demam ringan usai imunisasi, itu menunjukkan bahwa sistem kekebalannya merespons dan membangun sel kekebalan terhadap penyakit apa pun yang telah diimunisasi kepadanya. Oleh karena itu, sebenarnya demam ini pertanda positif, Berikan parasetamol pada anak hanya jika ia mengalami demam di atas 38.5 °C, atau jika anak benar-benar merasakan sedang tidak enak badan. Berikan obat peringan rasa sakit seperti ibuprofen ataupun paracetamol, meski tetap harus disesuaikan dengan resep dari dokter/petugas.

Jika pada saat balita sudah diimunisasi lengkap, apakah di sekolah perlu diimunisasi lagi ?

Imunisasi yang perlu diberikan ulangan pada sekolah pada sekolah dasar yaitu imunisasi campak dan DT (kelas 1), dan TT (kelas 2, 3 dan 6). Banyak anak yang sudah divaksinasi waktu bayi ternyata pada umur 5 -7 tahun 28,3 % diantaranya masih terkena campak. Pada umur >10 tahun masih dijumpai kasus difteria. Untuk pemberantasan tetanus neonatorium sedikitnya dibutuhkan 5 kali suntikan tetanus toksoid sejak bayi sampai dewasa, sehingga kekebalan pada umur dewasa akan berlangsung sekitar 20 tahun lagi. Sehingga vaksinasi lanjutan pada program BIAS perlu dilakukan kembali untuk memperkuat kekebalan tubuh anak.

Q & A : Informasi Seputar Imunisasi

Hal yang Tidak Boleh Dilakukan Setelah Imunisasi

  • Jangan mengoleskan salep ke tempat area kulit bekas suntikan
  • Jangan menekan area suntikan
  • Hindari aktivitas fisik berlebihan
  • Kompres dengan air dingin pada area bekas suntikan.
  • Mencukupi kebutuhan cairan tubuh anak (dengan ASI atau air buah).
  • Mengenakan pakaian yang nyaman bagi anak.
  • Memberikan obat penurun panas sesuai resep dokter.
Mari kita Wujudkan Generasi Emas dengan Mengikuti Program BIAS !

Artikel ini telah direview oleh:

Bani Srinurbani S.K.M.

Tenaga Promkes Puskesmas Cigalontang

Puskesmas Cigalontang

Jl Perkantoran No 38 Ds. Cigalontang Kec. Cigalontang Kab Tasikmalaya, Jawa Barat
Telepon : 0265 543 052/02657079797

Baca ini Juga :

Yuk Share Postingan Ini:
Rizki Prakoso Suranto Putri, S.K.M.
Rizki Prakoso Suranto Putri, S.K.M.
Articles: 10

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *