Wanita Cerdas, Cegah Anemia Sejak Usia Remaja

Indonesia merupakan negara yang memiliki 3 masalah gizi (triple burden), yaitu kekurangan gizi (stunting dan wasting), kelebihan gizi (overweight dan obesitas), dan kekurangan zat gizi mikro, salah satunya anemia. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, prevalensi anemia di Indonesia adalah 48,9% pada ibu hamil, 26,8% pada usia 5–14 tahun, dan 32% pada usia 15-24 tahun.

Anemia merupakan suatu kondisi tubuh dimana kadar Hemoglobin (Hb) pada sel darah merah lebih rendah dari batas normal. Pada remaja putri, kadar Hb dikatakan tidak memenuhi standar dan masuk dalam golongan anemia apabila Hb kurang dari 12 gr/dL. Hb memiliki peran penting untuk mengikat oksigen dan mengedarkannya ke seluruh jaringan tubuh, termasuk di antaranya otak dan otot, sehingga dapat berfungsi optimal. Apabila Kadar Hb kurang dari batas normal, asupan oksigen akan terhambat sehingga memunculkan gejala 5L yaitu Lelah, Lemah Letih, Lesu, dan Lunglai.

Bagaimana Remaja Putri Dapat Terkena Anemia?
Remaja putri merupakan masa peralihan dari anak menjadi dewasa yang ditandai perubahan fisik dan mental. Perubahan fisik ditandai dengan berfungsinya alat reproduksi, seperti menstruasi yang dialami pada umur 10–19 tahun. Remaja putri dikatakan mengalami anemia apabila kadar Hb dalam darah kurang dari 12 gr/dL. Penyebab kadar Hb turun yaitu:

  1. Defisiensi zat gizi
    Zat gizi yang berperan penting dalam pembentukan hemoglobin adalah zat besi, protein hewani, protein nabati, asam folat dan vitamin B12. Pada penderita infeksi kronis seperti Tuberkulosis, HIV/AIDS, dan kanker, sering kali mengalami anemia akibat asupan gizi yang dikonsumsi tidak diserap dengan baik oleh tubuh.
  2. Perdarahan
    Perdarahan paling umum terjadi pada remaja putri adalah akibat menstruasi setiap bulan. Selain itu, anemia juga dapat disebabkan oleh perdarahan karena kecacingan dan trauma atau luka.
  3. Hemolitik
    Hemolitik dapat terjadi pada penderita malaria kronis yang menyebabkan terjadinya hemolitik. Hemolitik menyebabkan terjadinya penumpukan zat besi (hemosiderosis) di organ tubuh, umumnya pada hati dan limpa, yang tidak tersalurkan sebagaimana mestinya. Selain itu, pada penderita thalassemia, anemia sering kali terjadi karena sel darah merah mudah pecah sehingga terjadi penumpukan zat besi dalam tubuh.

Apa Dampak Jangka Pendek dan Jangka Panjang Anemia pada Remaja Putri?
Dampak jangka pendek anemia pada remaja putri seringkali terlihat pada aktivitas sehari-hari. Dampak tersebut berupa penurunan kesehatan akibat penurunan daya tahan tubuh dan konsentrasi yang berdampak pada produktivitas dan prestasi di sekolah.
Pada usia dewasa, anemia akan menyebabkan peningkatan risiko Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT), bayi lahir prematur, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), stunting, dan gangguan tumbuh kembang lainnya pada anak yang dilahirkan. Selain itu, anemia di usia dewasa dapat menyebabkan perdarahan pada ibu sebelum dan saat melahirkan yang meningkatkan risiko kematian ibu, kesakitan dan kematian neonatal bayi, dan anemia pada bayi.

Bagaimana Cara Mencegah Terjadinya Anemia pada Remaja Putri?
Pada dasarnya anemia awal tidak memiliki gejala. Meskipun demikian, kondisi kekurangan zat besi dalam jumlah kecil maupun besar tetap memiliki dampak pada kesehatan oragan tubuh. Karenanya, penting untuk mencegah anemia sejak usia remaja dengan menerapkan hal-hal berikut:

  1. Mengkonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) secara rutin, yaitu 1 minggu sekali. Kebutuhan zat besi usia 13–49 tahun adalah sebesar 15–18 mg/hari dan dapat bertambah 9 mg/hari pada kondisi hamil. TTD bagi remaja putri didapatkan dari sekolah. Jika tidak memiliki TTD, siswa dapat menghubungi sekolah dan/atau puskesmas. TTD juga dapat dibeli secara bebas di apotek sesuai dengan kecocokan konsumen.
  2. Mengkonsumsi makanan yang tinggi kandungan zat besi dan protein sehingga tubuh dapat membentuk Hb dan menyerap zat besi dengan baik.
  3. Mengkonsumsi makanan bergizi seimbang (Isi Piringku) dan makan buah sayur dalam jumlah yang cukup.
  4. Memeriksa kadar Hb.
  5. Mengonsumsi vitamin A, C dan E.

Berdasarkan data Riskesdas 2018, kepatuhan mengkonsumsi TTD sesuai standar sangat rendah, yaitu 1,4% remaja putri dan 38,1% pada ibu hamil. Penyebabnya adalah adanya efek samping yang dirasakan setelah mengkonsumsi TTD, seperti mual, perih di ulu hati, serta tinja berwarna kehitaman. Namun, hal ini seharusnya tidak perlu dikhawatirkan karena efek samping tersebut akan mereda setelah tubuh menyesuaikan diri dengan asupan TTD rutin.

Tips Minum Tablet Tambah Darah (TTD)

  1. Minum TTD setelah makan.
  2. Imbangi asupan TTD dengan makanan bergizi seimbang.
  3. Konsumsi TTD menggunakan air putih saja dan hindari konsumsi TTD bersamaan dengan kopi, teh dan susu.
  4. Jaga kebersihan tangan dengan cara cuci tangan menggunakan air bersih dan sabun.

Fakta tentang Tablet Tambah Darah (TTD)
Masyarakat sering kali menganggap bahwa TTD hanya dikonsumsi oleh wanita yang telah terdiagnosis anemia atau ibu hamil yang terkena anemia saja. Namun, faktanya adalah sebagai berikut:

  1. Tidak perlu melakukan pemeriksaan kadar Hb dalam darah untuk bisa mulai mengkonsumsi TTD.
  2. Konsumsi TTD tidak berpengaruh pada volume darah menstruasi dan kesakitan saat menstruasi.
  3. TTD tidak memengaruhi naiknya tekanan darah seseorang jika dikonsumsi secara rutin.
  4. Konsumsi TTD secara rutin tidak berbahaya bagi kesehatan. Tubuh akan menyerap zat besi sesuai kebutuhan dan kelebihannya akan dibuang bersama dengan tinja.
  5. TTD bukan obat anemia. TTD adalah suplemen yang bertujuan untuk menambah kadar zat besi tubuh dan mencegah anemia. TTD dikatakan sebagai obat apabila dikonsumsi oleh penderita penyakit kronis yang mengalami anemia dengan aturan minum sesuai petunjuk dokter.

Anemia tidak selalu bergejala sehingga perlu dilakukan pencegahan dan pengecekan rutin untuk mencegah dampak merugikan yang memengaruhi kesehatan dan produktivitas diri sejak dini. Dengan sadar dan melakukan perubahan pola hidup serta mulai mengonsumsi TTD, kita dapat menyelamatkan generasi penerus dengan mencapai tubuh sehat di masa mendatang. Bijak dalam memelihara kesehatan diri adalah cerminan wanita cerdas dan sehat.

Sumber:
Kemeterian Kesehatan RI. (2023). Buku Saku Pencegahan Anemia pada Ibu Hamil dan Remaja Putri. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. https://r.search.yahoo.com/_ylt=AwrKCT1FhhRnBQIAmz7LQwx.;_ylu=Y29sbwNzZzMEcG9zAzQEdnRpZAMEc2VjA3Ny/RV=2/RE=1730607942/RO=10/RU=https%3a%2f%2fayosehat.kemkes.go.id%2fpub%2ffiles%2f197ed157db03c65a4d1be68182613638.pdf/RK=2/RS=huNwuUtWgrevKOs0MqR7NSBuAVg-. Diakses pada 20 Oktober 2024
Latief, Dini., dkk. (2016). Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Anemia pada Remaja Putri dan Wanita Usia Subur (WUS). Jakarta : Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI. https://platform.who.int/docs/default-source/mca-documents/policy-documents/guideline/IDN-RH-43-02-GUIDELINE-2016-ind-Guideline-of-Prevention-and-Countermeasures-of-Anemia-in-Teenage-Girl-and-Women-of-Childbearing-Age.pdf diakses pada 20 Oktober 2024
Margarini, Eunice. (2021). Remaja Putri Sehat Bebas Anemia di Masa Pandemi Covid-19. https://ayosehat.kemkes.go.id/remaja-putri-sehat-bebas-anemia-di-masa-pandemi-covid-19 diakses pada 20 Oktober 2024

Artikel ini telah di review oleh:
Hendra Koswara, S.KM.
Tenaga Promkes Puskesmas Taraju

Puskesmas Taraju
Jalan Raya Taraju No. 149, Desa Taraju, Kec. Taraju, Kab. Tasikmalaya, Prov. Jawa Barat
Kode Pos.46474
No. Telp. 08164667273/02657080205

Yuk Share Postingan Ini:
yustifitya
yustifitya
Articles: 16

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *