Stunting, masalah gizi kronis yang ditandai dengan tinggi badan anak lebih rendah dari standar usianya, kini menjadi tantangan serius bagi kesehatan masyarakat Indonesia. Data menunjukkan prevalensi stunting di Indonesia pernah mencapai 36,8% pada tahun 2007 dan meningkat menjadi 37,2% pada tahun 2013. Angka ini menempatkan Indonesia pada peringkat ke-5 di dunia dengan jumlah anak stunting terbanyak. Meskipun data terbaru menunjukkan penurunan angka stunting dari 24,4% di tahun 2021 menjadi 21,6% di tahun 2022, masalah ini tetap memerlukan perhatian serius. Stunting sering kali tidak disadari oleh orang tua dan dampaknya baru terlihat setelah anak berusia di atas dua tahun. Jika tidak ditangani, stunting akan memengaruhi kualitas sumber daya manusia di masa depan.

Bahaya Stunting: Lebih dari Sekadar Tubuh Pendek
Stunting merupakan bentuk kegagalan pertumbuhan yang diakibatkan oleh akumulasi kekurangan nutrisi dalam waktu lama, mulai dari masa kehamilan hingga anak berusia 24 bulan. Dampak stunting jauh lebih kompleks dan bersifat permanen. Beberapa bahaya utama yang diakibatkan stunting adalah:
- Gangguan Pertumbuhan Fisik dan Kognitif : Stunting dapat menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan otak yang optimal. Hal ini dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan motorik dan mental, yang pada akhirnya berdampak buruk pada kemampuan belajar dan prestasi akademik.
- Peningkatan Risiko Penyakit: Anak stunting lebih rentan terhadap berbagai penyakit tidak menular di masa depan, seperti obesitas, diabetes, hipertensi, dan penyakit jantung.
- Penurunan Produktivitas Dewasa: Gangguan kognitif dan fisik yang terjadi sejak dini dapat membatasi prospek pendidikan, pilihan pekerjaan, dan potensi pendapatan seseorang di usia dewasa.

Peran Kader dalam Pencegahan Stunting
Kader kesehatan memiliki posisi strategis untuk membantu masyarakat dalam mencegah stunting:
- Memberikan Edukasi : Kader dapat memberikan edukasi tentang pentingnya gizi selama kehamilan, pola hidup sehat, dan cara mengatasi stunting.
- Membantu Pelaksanaan Skrining : Membantu pelaksanaan skrining stunting di posyandu atau kegiatan kesehatan desa untuk mendeteksi risiko lebih awal dan memberikan penanganan yang tepat.
- Membimbing Orang Tua: Memberikan bimbingan kepada orang tua terkait pola asuh yang benar dan pemenuhan gizi anak.
Masalah stunting bukan hanya permasalahan pertumbuhan fisik anak, melainkan juga ancaman paling serius terhadap masa depan generasi bangsa. Dampaknya yang diberikan sangat luas dan jangka panjang, mulai dari terganggunya perkembangan kognitif hingga rendahnya produktivitas saat usia dewasa, sehingga perlu menjadikan pencegahan stunting sebagai prioritas utama dalam pembangunan kesehatan masyarakat. Melalui pemahaman yang lebih baik tentang bahaya stunting serta pentingnya intervensi sejak 1000 Hari Pertama Kehidupan, masyarakat diharapkan dapat lebih proaktif dalam memastikan pemenuhan gizi anak secara optimal. Peran serta semua pihak, termasuk orang tua, tenaga kesehatan, dan kader di lapangan, peran yang sangat krusial dalam mewujudkan generasi Indonesia yang lebih sehat, cerdas, dan berkualitas di masa depan.
Referensi
- Yusran Haskas (2020). Gambaran Stunting Di Indonesia: Literatur Review. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 15 Nomor 2 Tahun 2020 eISSN: 2302-2531.
- Mitra (2015). Permasalahan Anak Pendek (Stunting) dan Intervensi untuk Mencegah Terjadinya Stunting (Suatu Kajian Kepustakaan). Jurnal Kesehatan Komunitas, Vol. 2, No. 6, Mei 2015.
- Jihan Fauziah, et al. (2024). Stunting: Penyebab, Gejala, dan Pencegahan. Jurnal Parenting dan Anak Vol: 1, No 2, 2024, Page: 1-11.
Artikel ini telah di-review oleh :
Bani Srinurbani, S.KM
Tenaga Promkes Puskesmas Cigalontang
Puskesmas Cigalontang
Jl. Perkantoran No. 38, Desa Cigalontang, Kecamatan Cigalontang, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat
No Telp: 0852-2241-3135



