Faktor peningkatan kesehatan masyarakat tidak hanya dipengaruhi oleh pola hidup dan lingkungan fisik, tetapi juga interaksi dengan hewan di sekitar. Salah satu ancaman nyata yang sering diabaikan adalah gigitan hewan. Ular, serangga, hingga hewan penyebar rabies dapat menimbulkan penyakit serius, bahkan bisa menyebabkan kematian jika tidak ditangani dengan tepat.
Menurut World Health Organization (WHO), setiap tahun terjadi sekitar 5,4 juta kasus gigitan ular di dunia, dengan 2,7 juta di antaranya menyebabkan keracunan dan 125.000 berujung pada kematian. Di Indonesia, kasus gigitan ular mencapai 1.000–3.000 per tahun, dengan risiko tinggi di wilayah tropis.
Sayangnya, pengetahuan masyarakat yang terbatas sering membuat pertolongan pertama dilakukan dengan cara keliru, seperti mengikat luka dengan tali, menghisap racun menggunakan mulut, atau menempelkan ramuan tradisional. Alih-alih menyembuhkan, cara tersebut justru dapat memperburuk kondisi korban.

Penyakit dan Komplikasi Akibat Gigitan Hewan Berbisa
Gigitan hewan berbisa dapat menimbulkan berbagai keluhan kesehatan, antara lain:
- Reaksi lokal: nyeri hebat, bengkak, memar, luka melepuh, hingga jaringan mati (nekrosis).
- Gangguan sistemik: mual, muntah, pusing, kejang, tekanan darah turun, perdarahan, gagal ginjal.
- Rabies akibat gigitan anjing atau kelelawar: menyerang sistem saraf pusat, berakibat fatal bila tidak segera diberikan vaksin.
- Gangguan psikologis: korban gigitan ular dapat mengalami kecemasan hingga stres pascatrauma (PTSD).
- Kecacatan permanen: amputasi, kelumpuhan, dan kerusakan organ.
Gambaran Kasus Nyata
1. Gigitan Nyamuk Aedes aegypti → Demam Berdarah Dengue (DBD)
Seorang anak usia 10 tahun di wilayah perkotaan mengalami demam tinggi mendadak, sakit kepala, nyeri sendi, dan muncul bintik merah di kulit. Setelah diperiksa, ternyata anak tersebut terkena DBD akibat gigitan nyamuk Aedes aegypti. Kasus ini menunjukkan bahwa gigitan serangga kecil sekalipun dapat memicu penyakit serius yang bisa berakibat fatal bila terlambat ditangani.
2. Gigitan Ular Berbisa → Nekrosis Jaringan
Seorang petani di desa terpencil digigit ular weling saat membersihkan lahan. Karena tidak mengetahui pertolongan pertama yang tepat, Ia mengikat kakinya dengan tali kencang dan menempelkan ramuan daun. Setelah beberapa jam, luka gigitan membengkak, menghitam, dan jaringan mulai mati (nekrosis). Pasien akhirnya harus dirawat intensif di rumah sakit dan menjalani operasi untuk mencegah amputasi.
3. Gigitan Anjing → Rabies
Seorang anak di pedesaan digigit anjing peliharaan yang tidak divaksin. Luka gigitan hanya dibersihkan seadanya tanpa perawatan medis. Beberapa minggu kemudian, anak tersebut mengalami gejala takut air (hydrophobia), kejang, dan perubahan perilaku. Diagnosis medis menyatakan rabies, yang pada tahap lanjut hampir selalu berakibat fatal.

Pertolongan Pertama yang Dianjurkan
WHO dan Kementerian Kesehatan RI menekankan bahwa penanganan pertama pada gigitan hewan berbisa harus dilakukan dengan benar. Beberapa langkah yang disarankan:
- Tetap tenang dan menenangkan korban untuk mencegah peningkatan denyut jantung.
- Imobilisasi area gigitan dengan bidai atau balut tekan (pressure immobilization bandage).
- Posisikan tubuh korban dengan aman (misalnya miring bila muntah, atau baringkan bila lemas).
- Segera rujuk ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan antivenom atau perawatan medis.
- Bila memungkinkan, bawa hewan yang menggigit (atau foto jelas) untuk mempermudah identifikasi jenis racun.
Hal yang Harus Dihindari
Masyarakat sering melakukan tindakan yang justru memperburuk kondisi korban, seperti :
- Mengikat luka dengan tali kencang (tourniquet).
- Membakar atau menyayat area gigitan.
- Menghisap racun dengan mulut.
- Mengoleskan obat herbal, bahan kimia, atau es secara ekstrem.
- Memberikan alkohol atau obat sembarangan.
Pencegahan dan Langkah Praktis
- Tingkatkan pengetahuan tentang bahaya gigitan hewan, terutama hewan berbisa.
- Gunakan alas kaki dan pakaian pelindung saat berada di area rawan ular/serangga.
- Jauhkan hewan peliharaan dari lingkungan berisiko rabies dan pastikan hewan peliharaan sudah divaksinasi.
- Pahami pertolongan pertama yang benar , terutama jika Anda tinggal di area rawan.
- Segera hubungi layanan darurat 119 jika terjadi kasus gigitan.
Gigitan hewan berbisa adalah ancaman serius yang dapat menimbulkan penyakit, kecacatan, hingga kematian. Penanganan yang tidak tepat justru memperburuk kondisi korban. Oleh karena itu, edukasi mengenai bahaya dan penanganan gigitan hewan berbisa sangat penting untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat, menekan angka kematian, dan menciptakan lingkungan yang lebih aman.
Referensi
- Apriyani, S. Tirtayanti, & S. Huda. (2022). Edukasi Penanganan pada Gigitan Hewan Berbisa. Jurnal Khidmah, 4(2), 523–528.
- Amri, N. (2022). Peningkatan Pengetahuan Masyarakat tentang Pertolongan Pertama pada Gigitan Binatang. Jurnal Abdimas Saintika, 4(2), 204–206.
- Munawaroh, I., dkk. (2024). Edukasi Pertolongan Pertama Kegawatdaruratan pada Gigitan Ular. ABHIPRAYA, 2(1), 57–62.
Artikel ini telah di-review oleh:
Bani Srinurbani, S.KM
Tenaga Promkes Puskesmas Cigalontang
Puskesmas Cigalontang
Jl. Perkantoran No. 38, Desa Cigalontang, Kecamatan Cigalontang, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat
No Telp: 0852-2241-3135



