Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Di Indonesia, kasus ini masih tinggi, terutama saat musim hujan. Namun, banyak masyarakat yang salah paham ketika demam turun, padahal itu justru menjadi momen paling berbahaya.

Penurunan demam sering disalahartikan sebagai tanda sembuh. Pada kenyataannya, ini adalah fase kritis DBD di mana virus bisa menyebabkan kebocoran plasma darah yang berujung pada syok, pendarahan hebat, hingga kematian jika tidak ditangani dengan tepat.
Menurut Kementerian Kesehatan, fase demam turun bukan tanda sembuh, melainkan pintu masuk ke fase kritis. Kesalahpahaman inilah yang sering membuat pasien terlambat mendapat pertolongan medis.
Mengenal Fase “Pelana Kuda” pada DBD
DBD memiliki perjalanan penyakit yang dikenal dengan pola pelana kuda, yaitu naik-turun seperti kurva berbentuk U. Fase ini terbagi menjadi tiga:
- Fase Demam (hari ke-1 hingga ke-3)
Suhu tubuh bisa mencapai 39–40°C. Pasien biasanya mengeluh sakit kepala, nyeri otot, atau mual. - Fase Kritis (hari ke-4 hingga ke-6)
Suhu tubuh menurun dan sering membuat pasien merasa lebih baik. Namun, inilah momen berbahaya karena risiko kebocoran plasma, perdarahan, hingga syok dapat terjadi. - Fase Penyembuhan (hari ke-7 dan seterusnya)
Kondisi pasien berangsur pulih, nafsu makan kembali, dan cairan tubuh membaik.
Transisi inilah yang membuat masyarakat terkecoh. Ketika panas turun bukan berarti tubuh sudah sehat, melainkan harus ekstra waspada.
Gejala yang Harus Diwaspadai
Selain demam, ada beberapa tanda bahaya DBD yang tidak boleh diabaikan, di antaranya:
- Nyeri perut hebat atau muntah terus-menerus.
- Perdarahan di gusi, hidung, atau muncul bintik merah di kulit.
- Tubuh lemas dan terasa dingin di tangan atau kaki.
- Penurunan kesadaran
Jika gejala ini muncul di fase demam turun, segera bawa pasien ke fasilitas kesehatan terdekat.
Pentingnya Edukasi Keluarga dan Lingkungan
Kesadaran masyarakat tentang fase pelana kuda masih minim. Oleh karena itu, peran keluarga dan lingkungan sangat penting. Edukasi sederhana seperti mencatat hari ke berapa demam muncul, memperhatikan tanda bahaya, serta memastikan pasien cukup cairan bisa menyelamatkan nyawa.
Lebih jauh, pencegahan DBD tetap kunci utama. Gerakan 3M Plus (menguras, menutup, mengubur, serta mencegah gigitan nyamuk dengan kelambu atau lotion anti-nyamuk) harus menjadi kebiasaan harian, bukan hanya saat ada kasus.

Demam yang turun memang memberi rasa lega, tapi jangan sampai rasa lega itu menjadi awal dari bencana. DBD punya tiga fase seperti pelana kuda: demam, kritis, dan penyembuhan. Fase kritis justru hadir saat demam mereda, sehingga butuh kewaspadaan ekstra.
Mari lebih peka terhadap tanda bahaya, segera periksa ke fasilitas kesehatan, dan terus lakukan pencegahan di lingkungan sekitar. Karena mencegah selalu lebih baik daripada menyesal.
Referensi:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2021). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/4636/2021 tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Infeksi Dengue Anak dan Remaja. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (n.d.). Demam Berdarah Dengue. Ayo Sehat. Diakses dari https://ayosehat.kemkes.go.id/topik/demam-berdarah-dengue
Artikel ini telah direview oleh:
Gina Marliyana, S.KM
Tenaga Promkes Puskesmas Cibalong
Puskesmas Cibalong
Jalan Karang Nunggal No. 204, Desa Cibalong, Kec. Cibalong, Kab. Tasikmalaya
Prov. Jawa Barat, 46185
No. Telp. 08211547674



